Breaking News:

Bencana Kabut Asap Karhutla

110 Hektare Lahan Calon Ibu Kota Baru Ikut Terbakar, Ini Kata Polres Penajam Paser Utara

Wilayah calon ibu kota baru, Penajam Paser Utara (PPU) menjadi wilayah yang turut terkena kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Ananda Putri Octaviani
KOMPAS.com/ANDI MUHAMMAD HASWAR
Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran lahan di sejumlah titik di Kalsel, Sabtu (7/9/2019). 

TRIBUNWOW.COM - Wilayah calon ibu kota baru, Penajam Paser Utara (PPU) menjadi wilayah yang turut terkena kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Dikutip TribunWow.com dari TribunKaltim.com, Senin (16/9/2019), telah ada 110 hektare yang terkena karhutla.

Polres Penajam Paser Utara (PPU), AKBP Sabil Umar belum bisa menyimpulkan hal ini sebagai upaya yang disengaja.

Dari pantauan udara, karhutla di Kalsel terus meluas, sudah 5 heli water bombing dikerahkan untuk memadamkan api (5/9/2019).
Dari pantauan udara, karhutla di Kalsel terus meluas, sudah 5 heli water bombing dikerahkan untuk memadamkan api (5/9/2019). ((Humas BPBD Kalsel))

 

Video Pantauan Karhutla Riau dari Udara, Lahan Hijau Tertutupi Kabut Asap Pekat, Lihat Penampakannya

"Makanya, setiap terjadi kebakaran hutan dan lahan, kami langsung pendalaman di sekitar lokasi dan mencari sumber-sumber keterangan yang ada dan kita dalami," katanya, Minggu (15/9/2019).

Ia menuturkan kebakaran RT 11, 12 Kelurahan Petung dan RT 03 Desa Giripurwa yang mencapai 110 hektare, akan tetapi belum diketahui darimana sumber api berasal.

"Kami belum bisa menyimpulkan, karena luasan yang terbakar luas sekali dan kita tidak tahu asal muasal awal api tersebut muncul," tambahnya.

"Masih kita dalami lagi, termasuk saksi dan pemilik lahan yang kemarin sudah kita periksa di kantor (Mapolres PPU, red)," tekannya.

Kapolre Tengok Kebakaran di Riau

Sementara itu, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mempertanyakan mengenai lahan yang tak ikut terbakar di Riau, Sumatera Selatan, Minggu (15/9/2019).

Diketahui beberapa pekan terakhir kabut asap pekat kembali melanda Pekanbaru, Riau.

Akibat kabut asap itu, pencemaran udara di delapan wilayah Riau sudah berada di atas angka 300 atau level berbahaya bagi manusia.

Asap Makin Parah, KLHK: Kita Jaga Harkat dan Martabat Negara, Malu kalau Minta Bantuan Negara Lain

Tito Karnavian melalui keterangan tertulisnya mengungkapkan keheranan dengan sejumlah lahan yang terlihat tak terbakar.

"Apa yang sudah kami lihat dari helikopter bersama Panglima TNI dan Kepala BNPB, lahan yang sudah jadi perkebunan, baik sawit maupun tanaman industri lainnya, kok tidak ada yang terbakar."

"Misal pun ada paling hanya sedikit dan di pinggir," kata Tito melalui keterangan tertulis yang dibagikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (15/9/2019).

Dengan fakta itu, Tito meyakini bahwa karhutla terjadi untuk membuka lahan baru oleh perusahaan tak bertanggungjawab.

"Ini menunjukkan adanya praktik 'land clearing' dengan mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau," ungkapnya.

Pihaknya pun lantas memberikan penghargaan kepada anggotanya.

"Polda beserta jajarannya akan kami berikan 'reward and punishment'," tutur dia.

Udara Level 'Berbahaya' di Palangkaraya

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Senin (16/9/2019), sejak pukul 08.00 WIB, kabut asap terasa semakin tebal dan pekat, menyelimuti wilayah Kota Palangkaraya.

Terpantau melalui papan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Palangkaraya, sudah masuk dalam katagori berbahaya.

Konsentrasi paramater pencemaran PM10, sudah pada angka 500 paramater critical (PM10), yang sangat berbahaya bagi kesehatan warga.

Udara tersebut berbahaya terutama anak dengan usia balita hingga remaja, apalagi saat sedang berada di luar rumah.

Puluhan Ribu Warga Kalsel Terserang ISPA

Selain di Riau, bencana kabut asap juga terasa di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Dampak dari asap yang harus dihirup masyarakat Kalimantan Selatan membuat puluhan ribu terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

Data Dinas Kesehatan Kalsel, sudah 20.000 warga yang terserang ISPA, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Minggu (15/9/2019).

Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, HM Muslim, menyebutkan dari Bulan Agustus dan pertengahan Bulan September menjadi catatan terparah.

"Ini terus meningkat, Agustus hingga pertengahan bulan ini yang paling banyak laporannya masuk," ujar Muslim.

Disebutkannya, bahwa warga mengatakan rata-rata mengeluh batuk dan sesak napas.

"Laporan dari kawan-kawan di kabupaten dan kota, kebanyakan warga yang memeriksakan diri ke Puskesmas mengeluhkan batuk dan sesak nafas," ujar Muslim.

Dan saat ini ada empat kabupaten dan kota yang warganya paling banyak menderita ISPA

Yakni Hulu Sungai Utara, Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Kota Banjarbaru.

Pihaknya pun menghimbau agar masayarakat tak beraktifitas di luar rumah.

"Kualitas udara kita sudah menghawatirkan, sebaiknya warga mengurangi aktifitas di luar rumah," ucapnya.

Dan untuk melakukan penanganan masayarakat yang menderita ISPA, pihaknya telah membuka pelayanan kesehatan 24 jam.

"Untuk daerah-daerah yang parah, yang tinggi kasus ISPA, kita minta Puskesmas di sana buka 24 jam," tutur Muslim.

(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)

Tags:
Bencana kabut asap karhutlaKebakaran hutan dan lahan (karhutla)Ibu Kota BaruPemindahan Ibu KotaKalimantanPenajam Paser Utara
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved