Mobil Esemka
Sukiyat Beberkan Alasan Mobil Esemka Lama Diproduksi: Di Indonesia Apa-apa Harus Debat Kepanjangan
Sukiyat ungkap alasan mobil Esemka lama diproduksi dan sempat mandeg, Sukiyat sebut banyak proses yang harus dilalui, ditambah perdebatan orang-orang.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Lailatun Niqmah
"Debat, saling mengeluarkan (argumen), itu juga bagus, tapi karena kepanjangan, terus akhirnya kan juga industri (terkena dampak), industri kan harus laba, harus hitung-hitung, harus menyiapkan," jelasnya.
"Baru ini tadi kan (diluncurkan), karena membikin kendaraan itu memang ribuan ya komponennya, supaya nantinya vendor-vendor itu jalan," kata Sukiyat.
Meski mobil sudah bisa dipasarkan, keterlibatan industri lain pun juga dibutuhkan sehingga harus ada proses lain yang memakan waktu.
• Singgung Kekurangan Mobil Esemka, Jokowi: Ya Namanya Juga Pertama
Selama jangka waktu mobil Esemka yang belum diproduksi pada 2012, Sukiyat berinisiatif untuk memproduksi kendaraan lain.
Sukiyat memproduksi Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDES) yang ia beri merek Mahesa.
"Setelah lama itu kan saya bikin Mahesa, AMMDES, untuk mengisi kekosongan saya bikin AMMDES," kata Sukiyat.
Sukiyat ingin membuktikan bahwa dirinya yang difabel bisa menjadi sosok produktif yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Untuk membuktikan bahwa Sukiyat tidak main-main, lho cah ndeso, difabel, isoh lho, (tuh anak desa, difabel, bisa loh-red)," ungkap Sukiyat.
Berikut video lengkapnya (dari menit awal):
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, mobil Esemka pertama kalinya diciptakan oleh Sukiyat pada 7 Januari 2012.
Sukiyat saat itu ingin membantu para siswa Jurusan Otomotif Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, dengan memberikan bodi mobil Toyota Kijangnya.
Siswa lantas diajari cara membuat badan mobil secara manual, yakni membentuk pelat eser dengan teknik ketok (kenteng).
Ia yang mengarahkan siswanya membuat Sedan berubah menjadi mobil sport utility vehicle (SUV).
Sukiyat di tahun 2012 lantas dipertemukan dengan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno.