Kalimantan Timur Ibu Kota Baru
Kritikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil soal Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur, Sebut Boros Lahan
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendukung rencana pemindahan ibu kota Indonesia ke Panajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendukung rencana pemindahan ibu kota Indonesia ke Panajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Namun, sebagai arsitek ia menyoroti soal desain dan asumsi pembangunan kota baru yang dinilai terlalu boros lahan.
"Kalau sudah jadi pertimbangan pemerintah pusat dan DPR saya kira kita dukung. Cuma sebagai arsitek saya melihat desain dan asumsi kota baru banyak hal-hal kurang tepat. Asumsinya lahannya terlalu luas, 200.000 hektar untuk 1,5 juta penduduk. Menurut saya boros lahannya," kata Emil, sapaan akrabnya di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019).
Emil menyebut, Indonesia harus bercermin dengan kondisi ibu kota Brasilia di Brasil atau Myanmar yang kini sepi aktivitas lantaran lahannya yang terlalu luas.
• Ibu Kota Resmi Pindah ke Kalimantan Timur, Pembangunan Sudah Bisa Dimulai pada Tahun 2020
Kondisi itu, sambung dia, akan membuat penduduk tak betah.
"Ibu kota yang baik di dunia, banyak mengalami kesalahan. Contohnya Brasil di Brasilia sampai sekarang tanahnya terlalu luas, manusia tidak betah. Myanmar juga sama sepi," ujarnya.
Emil menilai, salah satu pengembangan ibu kota yang baik adalah di Washington DC.
Menurut dia, ibu kota Amerika Serikat itu punya perbandingan lahan dan populasi yang ideal.
Di Washington DC, kata Emil, populasi penduduknya hanya 700.000 jiwa yang menempati lahan seluas 17.000 hektar.
Di sana, dengan lahan dan penduduk sebanyak itu, bisa berjalan kaki dengan nyaman. Karena itu lahan yang terlalu luas akan berdampak pada besarnya beban penyediaan infrastruktur.
• Ini Waktu Pembangunan Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur, Maksimal saat Habis Masa Jabatan Jokowi

"Jadi kalau 1,5 juta penduduk, tanahnya cukup 35.000 hektar saja. Kalau akan dihuni 1 juta penduduk tapi lahannya 200.000 hektar, kebayang borosnya aspal, kabel, infrastruktur hanya untuk mengakomodir penduduk itu," tutur Emil.
"Jangan mengulangi kesalahan segalanya harus lahan yang luas," ujarnya.
Emil tak mempersoalkan dengan konsep city forest.
Namun, dalam konsep tata kota penduduk perkotaan mesti mendapat fasilitas layanan yang serba dekat.
"Yang jadi masalah itu luasnya, manusia di kota butuh jarak dekat bukan jauh. Jarak jauh konsekuensinya mahal infrastruktur. Berarti trotoar harus lebih panjang, jalan banyak, maka belajar dari kesalahan negara lain, tirulah yang baik, dari kajian saya itu," jelasnya.
• Jadi Ibu Kota Baru, Inilah Profil dan Kelebihan Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur