Terkini Daerah
Kini Jadi Penjual Soto, Mantan Napiter Bom Bali Mengaku Lebih Sulit Racik Bumbu Dapur daripada Bom
Joko mengaku sempa kesulitan ketika memulai usaha sotonya itu, bahkan menurutnya lebih susah racik bumbu dapur daripada bom.
Editor: Lailatun Niqmah
"Kami melakukan upaya deradikalisasi dengan cara kunjungan rutin ke penjara napiter.
Kami ingin mereka bertaubat, kembali ke pangkuan NKRI," ujarnya.
Yayasan Gema Salam dalam presentasinya mengungkapkan ada beberapa sekolah di Jawa Tengah terpapar paham radikal.
Jack Harun membeberkan penyebaran paham radikal paling efektif melalui sekolah dan media sosial.
• Sering Langsung Pakai Baju Baru Tanpa Dicuci Dulu? Ini Sederet Bahaya dan Penyakit yang Mengintai
"Yang paling rawan terpapar paham itu (radikal) adalah anak-anak.
Caranya, kami dulu menanamkan rasa benci dengan mengajarkan anak-anak benci polisi.
Polisi itu thogut, gereja itu tempat orang kafir. Itu rutin diucapkan sehingga anak-anak paham radikal," paparnya.
Jack mengungkapkan ciri-ciri orang terpapar paham radikal adalah dari cara berkomunikasi.
"Ambil contoh begini, ketika ada lawan bicara kita mengatakan polisi itu thoghut dan sebagainya, itu sudah kena paham radikal.
Jangan lihat dari pakaian saja.
Contohnya, pelaku bom Thamrin itu pakaian biasa saja mirip warga sipil," jelasnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memastikan pihaknya akan menertibkan sekolah-sekolah yang mengajarkan paham radikal.
"Saya tadi ketemu MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) sebelum ke sini.
• Bocah Jatuh dari Jendela Apartemen saat Ibunya Memasak, Lihat Video Pria yang Berhasil Menangkapnya
Saya sampaikan juga kepada para kepala sekolah, sekolah yang mengajarkan paham radikal itu harus ditertibkan," tegasnya.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Ganjar mengajak masyarakat berani melaporkan adanya perubahan paham dari anak ke kepolisian maupun Kesbangpolinmas.
Sedangkan dari pihak sekolah, dia meminta kepala sekolah maupun pemilik yayasan kritis terhadap guru yang berpikiran menyimpang. (TribunJateng/Daniel Ari Purnomo)