Kabar Tokoh
Bela Hak Korban Aksi 21-22 Mei, Haris Azhar: Mau 01, 02, atau Siapapun, Mereka Itu Warga Negara
Aktivis HAM) Haris Azhar menegaskan bahwa korban atas kericuhan yang terjadi di aksi massa 21-22 Mei juga memiliki haknya sebagai warga negara.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Haris Azhar menegaskan bahwa korban atas kericuhan yang terjadi di aksi massa 21-22 Mei di Gedung Bawaslu, Jakarta juga memiliki haknya sebagai warga negara.
Diberitakan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Haris Azhar saat menjadi narasumber di program Dua Sisi yang tayang di tvOne pada Kamis (30/5/2019) malam.
Dalam diskusi bertajuk 'Mencari Batas Demokrasi dan Pidana', Haris Azhar menyebutkan, ada banyak variabel bila membahas soal kebebasan bereksresi dalam aksi 21-22 Mei.
Menurut Haris Azhar, negara hanya muncul untuk mengatakan bahwa ini ada upaya untuk memprovokasi.
"Lalu muncul senjata, muncul nama Soenarko (mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko), dan lain-lain, lalu belakangan muncul ini upaya untuk membunuh 4 orang pejabat dan satu direktur lembaga survei," kata Haris Azhar.
Karena hal tersebut, Haris Azhar lantas mempertanyakan soal nasib korban kericuhan di aksi tersebut.
Haris Azhar menegaskan, bagaimanapun para korban tersebut tetaplah warga negara Indonesia yang memiliki haknya sebagai warga negara.
Haris Azhar lantas mempertanyakan alasan seluruh pihak berwenang hanya berfokus pada kasus ancaman pembunuhan pejabat negara saja.

"Ini ada orang anak kecil, dibunuh, digebukin, yang orang-orang yang ditangkapin di 21 dan 22 Mei," tegas Haris Azhar.
"Saya enggak pusing mereka mau 01, 02 atau siapapun. Mereka itu warga negara."
"Diketahui hari ini mereka meninggal, ada yang warungnya dijarah, ada yang tangan dan kakinya patah-patah, ada yang katanya masuk ke rumah sakit tapi enggak tahu siapa yang bawa ke rumah sakit, ada profesor Hermawan Sulistyo (Peneliti LIPI) bilang mereka ditembak dengan satu peluru yang mematikan."
"Oke, makin banyak fakta, makin banyak bukti, makin banyak indikasi. Lalu kenapa kita hanya fokus pada pembunuhan para pejabat negara?" tanyanya kemudian.
Haris Azhar menyebutkan, memang kasus pembunuhan para pejabat negara itu sangat penting untuk diusut.
"Tetapi saya juga pengen suara kelompok minoritas ini, minoritas kekuasaan, minoritas politik, itu juga dibela dong," tegas dia.
Bahkan menurut Haris Azhar, akses yang diberikan untuk mencaritahu mengenai korban sangatlah dibatas.