Pilpres 2019
Mantan KSAL Ini Singgung TNI dan Polri yang Mengancam Rakyat: Masa Mau Nembak Kita?
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno memberikan singgungan pada institusi TNI dan Polri.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno memberikan singgungan pada institusi TNI dan Polri.
Hal ini dikemukakan Tedjo Edhy saat berbicara di depan para pendukung pasangan calon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Rumah Perjuangan Rakyat, Jumat (17/5/2019).
Dalam acara tersebut, mantan Menkopolhukam ini mulanya berkomentar soal akan adanya Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) yang akan berlangsung pada 22 Mei 2019 mendatang.
GNKR merupakan istilah pengganti dari people power yang kerap dilontarkan oleh elite Badan Nasional Pemenangan (BPN) Prabowo-Sandi, Amien Rais.
• Ramalan Amien Rais, Telah Ia Prediksi 3 Minggu sebelum Pilpres Berlangsung, Ini Isinya
Tedjo Edhy mulanya berharap bahwa gerakan tersebut jangan sampai berhenti.
Gerakan itu harus tetap ada hingga keadilan telah dimiliki oleh rakyat.
"Saya hanya mengharapkan bahwa gerakan ini jangan sampai berhenti sampai keadilan ini ada di tangan rakyat," ujar Tedjo Edhy yang dilansir oleh channel YouTube Reborn Tv.
"Saya pernah belajar di sekolah dulu bahwa kedaulatan tertinggi di negara ini adalah di tangan rakyat, ya jangan di anukan," tambahnya.
Ia lalu menyinggung institusi TNI dan polisi yang juga berasal dari rakyat.
• Waspadai Penumpang Gelap pada 22 Mei 2019, Wiranto: Ada Pihak-pihak Tertentu yang Tak Mau Kalah
Oleh sebab itu seharusnya para aparat tidak sewenang-wenang menggunakan kekuasaan mereka untuk rakyat.
"Saya melihat seperti polisi atau TNI, TNI itu lahir dari rakyat, berjuang bersama rakyat berjuang waktu kemerdekaan bersama rakyat, lahir mereka ada rakyat," ujar Tedjo Edhy.
Mantan Angkatan Laut ini lalu memberikan semangat para hadirin untuk tidak takut dengan ancaman-ancaman yang selama ini sering menjadi isu akan terjadi di 22 Mei.
"Tidak mungkinlah mereka akan menembaki rakyat, jadi tidak boleh lah seorang pemimpin mengancam rakyatnya tidak boleh," tutur Tedjo Edhy.
"Mereka punya senjata, punya peluru itu yang beli kita semua itu, masak mau untuk nembak kita, enggak mungkin lah, ya jadi untuk itu tetap semangat."
• Peringatkan Para Tokoh, Wiranto: Kalau Enggak Mau Berurusan dengan Polisi Jangan Ngomong Macam-macam
Lihat videonya menit ke 13.50:
Diketahui, sejumlah massa akan digerakkan pada 22 Mei 2019 terkait dengan hasil pemilu presiden.
Menanggapi hal itu, Menkopolhukam Wiranto mengatakan telah melakukan sejumlah langkah-langkah agar kondusif di tanggal yang sama dengan pengumuman pemenang Pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tersebut.
"Langkah-langkah ada, pengamanan sudah siap sepenuhnya,' ujar Wiranto pada Kompas.com, Jumat (17/5/2019).
Saat ini pemerintah melalui Wiranto telah menyampaikan imbauan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
Selain itu, aparat keamanan juga sudah melakukan penindakan terhadap tokoh-tokoh yang hendak melakukan aksi inkonstitusional.
• Di Depan Jokowi, Oesman Sapta Odang Sebut Wiranto Penyebab Kekalahan Pileg Hanura
"Kita lakukan penangkapan tokoh-tokoh yang ekstreme, yang nyata nyata melanggar hukum, ada," ujar Wiranto.
"Supaya tahu bahwa negeri ini ada hukumnya enggak sebebas-bebasnya. Demokrasi iya, tapi bebas sebebas-bebasnya tidak ada," ujar Wiranto.
Ada Ancaman Teroris pada 22 Mei 2019
Diberitakan Kompas.com, kepolisian menyebut ada kemungkinan teroris yang akan menggunakan momen pengumuman rekapitulasi hasil Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019.
Oleh karena itu, Polri mengimbau masyarakat agar tidak turun ke jalan atau melakukan aksi saat pengumuman rekapitulasi hasil Pemilu 2019.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal mengatakan, imbauan ini disampaikan karena adanya terduga teroris yang diduga akan memanfaatkan momentum tersebut.
"Pada tanggal 22 Mei, masyarakat kami imbau tidak turun (ke jalan), ini akan membahayakan. Karena mereka (kelompok terduga teroris) akan menyerang semua massa, termasuk aparat," kata Iqbal saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
• Tangkap 9 Teroris, Polisi Sebut akan Beraksi di Kerumunan Massa saat KPU Umuman Hasil Pemilu 22 Mei
Saat konferensi pers, Polri mengungkapkan telah menangkap sebanyak 29 terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) selama bulan Mei 2019.
Penangkapan dilakukan di Jakarta, Bekasi, Karawang, Tegal, Nganjuk, dan Bitung.
Menurut keterangan polisi, salah satu peran terduga teroris tersebut yaitu berencana memanfaatkan momen hasil pengumuman rekapitulasi resmi Pemilu 2019 oleh KPU pada 22 Mei 2019.
"Keterlibatan tersangka kelompok JAD, yaitu menyembunyikan DPO JAD di Lampung, merencanakan aksi amaliyah atau teror dengan menyerang kerumunan massa pada 22 Mei mendatang dengan menggunakan bom," ujar Iqbal.
• Fahri Hamzah Beberkan soal People Power 22 Mei hingga jika Adanya Tembakan: Selesai Republik Ini
Dalam sebuah video yang ditayangkan Polri, seorang terduga teroris yang mengaku berinisial DY alias Jundi alias Bondan, mengungkapkan akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei tersebut.
DY alias Jundi juga mengaku telah merangkai bom untuk aksi tersebut.
Ia memilih momentum tersebut karena dinilai tak sesuai dengan keyakinannya.
"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliyah, karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya adalah sirik akbar yang membatalkan keislaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," ujar DY seperti dikutip dari video tersebut.
• Mahfud MD: Saya Optimis Tanggal 22 Itu Memang akan Ada Pengerahan Massa
Sebelumnya, Densus 88 telah menangkap terduga teroris kelima berinisial JM alias Jundi alias Diam, di Jepara, Jawa Tengah.
Menurut Iqbal, Densus 88 sudah melakukan beberapa antisipasi, misalnya dengan penangkapan atau preventive strike.
Namun, Polri tidak menganggap remeh kelompok tersebut.
Oleh karena itu, Polri terus bekerja untuk mengantisipasi dan menjaga keamanan.
"Densus 88 tentu sudah memiliki strategi untuk itu semua sehingga Alhamdullilah beberapa hari lalu kami dapat melakukan upaya paksa kepolisian yaitu penangkapan terhadap kelompok ini. Kami tidak ingin ini terjadi, kami tidak ingin ini terjadi, sekali lagi, di kerumunan massa," ujar dia.
(TribunWow.com/Tiffany Marantika)
WOW TODAY: