Breaking News:

Pilpres 2019

Soal Arief Poyuono, Gerindra Minta Demokrat Berbesar Hati: Sama seperti kalau Ada Twit Andi Arief

Gerindra meminta pihak Demokrat mau berbesar hati dalam menanggapi pernyataan Arief Poyuono yang meminta Demokrat mundur dari Koalisi Prabowo-Sandi.

Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Lailatun Niqmah
Kolase Tribunnews.com / Tribunnews.com
Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

TRIBUNWOW.COM - Partai Gerindra angkat bicara atas pernyataan Wakil Ketua Umumnya, Arief Poyuono yang meminta Partai Demokrat mundur dari Koalisi Indonesia Adil Makmur, koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono saat menjadi narasumber di Sapa Indonesia Malam KompasTV, Sabtu (11/5/2019).

Dalam pemaparannya, Ferry meminta agar pihak Partai Demokrat mau berbesar hati dalam menanggapi pernyataan Arief Poyuono itu.

Ferry juga menegaskan bahwa pernyataan Arief Poyyono itu merupakan pernyataan sebagai pribadi.

Sejumlah Tokoh Tanggapi Pernyataan Waketum Gerindra yang Minta Demokrat Mundur dari Koalisi Prabowo

"Kalau pernyataan Mas Arief Poyuono ini kan pernyataannya sudah pasti pribadilah, pernyataan personal," kata Ferry.

"Dan saya juga kemudian minta kebesaran hati teman-teman Demokrat untuk menanggapi bahwa pernyataan tersebut adalah pernyataan personal," sambung dia.

Ferry meminta agar Partai Demokrat tak menghiraukan pernyataan Arief Poyuono, seperti yang biasa dilakukan pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno jika harus menanggapi pernyataan Mantan Kader Demokrat Andi Arief.

"Sama seperti kalau kita ada twit dari Mas Andi Arief, kami pun belajar untuk berbesar hati menanggapi supaya lebih dewasa, lebih arif," ujar Ferry.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono saat menjadi narasumber di Sapa Indonesia Malam KompasTV, Sabtu (11/5/2019).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono saat menjadi narasumber di Sapa Indonesia Malam KompasTV, Sabtu (11/5/2019). (Capture Youtube KompasTV Live)

Ferry lantas menegaskan, hingga saat ini, Partai Demokrat masih tetap berada di BPN dan masih bekerja bersama-sama.

"Tetapi yang saya ingin sampaikan bahwa sampai hari ini Koalisi Adil Makmur di Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi masih, seluruh unsur partai koalisi, masih bekerja bersama-sama dalam rangka mengawal proses rekapitulasi suara real count yang kita kumpulkan," tegas Ferry.

"Kemudian juga melaporkan dugaan pelanggaran kecurangan yang disampaikan ke lembaga yang kompeten, dalam hal ini Bawaslu dan DKPP."

"Jadi sebenarnya nggak ada apa-apa sih. Karena semua, lagipula di unsur, apalagi partai-partai koalisi, ini semua yang di daerah-daerah masih prosesnya ini mengawal semua."

Gerindra Minta Demokrat Mundur dari Koalisi Prabowo, TKN: Kalau Ingin Gabung Jokowi, Kita Welcome

"Jadi sebenarnya tidak dalam posisi kita untuk kemudian mengambil sikap, mengambil langkah, karena memang proses yang terjadi sekarang tidak dalam posisi kita memikirkan yang lain-lain."

"Prosesnya masih itu kok tahapnya," papar Ferry.

Simak videonya mulai menit ke 1.05:

Arief Puyuono Tuding Demokrat

Sebelumnya, Arief Poyuono menuding Presiden Jokowi memberikan jaminan hukum pada keluarga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ia sebut banyak terlibat kasus korupsi.

Arief mencontohkan kasus korupsi proyek Hambalang.

"Saya tahu kok kenapa kayak undur-undur, maklum belum clear jaminan hukum dari Kangmas Joko Widodo bagi keluarga SBY yang diduga banyak terlibat kasus korupsi, kayak kasus korupsi proyek Hambalang," kata Arief.

Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono
Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono (Tribunnews.com)

Hal tersebut kemudian membuat Arief meminta agar Partai Demokrat keluar saja dari Koalisi 02.

"Demokrat sebaiknya keluar saja dari Koalisi Adil Makmur. Jangan elitenya dan Ketum kayak serangga undur-undur ya. Mau mundur dari koalisi aja pake mencla mencle segala," ujar dia.

Arief juga menyebutkan bahwa pihaknya tidak keberatan jika nantinya Demokrat keluar dari koalisi Indonesia Adil dan Makmur.

Pasalnya, menurut Arief, Demokrat selama ini juga tidak memberikan pengaruh dalam memenangkan Prabowo-Sandi dalam kontestasi Pilpres 2019.

Arief menilai, keberadaan Partai Demokrat di koalisi justru membuat suara Prabowo-Sandi menurun.

Partai Demokrat Tanggapi Pernyataan Arief Poyuono, Ferdinand: Demokrat akan Tetap Bertahan

"Monggo keluar aja deh, wong nggak ada pengaruhnya menghasilkan suara Prabowo-Sandi kok selama ini. Malah menurunkan suara lo," papar Arief.

Terkait pernyataan jaminan hukum Jokowi pada SBY, Arief menilai sang capres petahana tentu akan akan bisa menjamin keluarga SBY tak akan diproses hukum oleh KPK.

"Sebab Kangmas (Jokowi) itu selama ini jelas sangat mendukung pemberantasan korupsi. Dan saya yakin nasibnya Demokrat akan seperti kayak tokoh aswatama setelah Perang Bharatayudha. Enggak diterima di mana-mana dan nanti juga oleh koalisi parpolnya Ibu Mega akan ditolak masuk koalisi dan enggak ada yang mau koalisi sama Demokrat tuh," ungkap dia.

Pernyataan 'Setan Gundul' Andi Arief

Sementara sebelumnya, pernyataan Andi Arief juga sempat menjadi polemik dan menimbulkan isu keretakan di koalisi 02.

Diberitakan TribunWow.com, Andi Arief melalui akun Twitternya @AndiArief__ menyebut bahwa ada kelompok tertentu yang memberikan informasi sesat ke calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Ia lantas menyebut bahwa Partai Demokrat ingin menyelamatkan Prabowo dari kelompok yang menyebut angka kemenangan 62 persen.

Kelompok tersebut disebut Andi Arief sebagai 'setan gundul'.

Setan gundul, terang Andi Arief telah menyesatkan Prabowo dengan memberikan informasi perolehan suara tersebut.

Demokrat Diserang Berbagai Tudingan, Majelis Tinggi Partai: Kenapa Demokrat, Bukan Partai Lain?

"Partai Demokrat ingin menyelamatkan Pak Prabowo dari perangkap sesat yang memasok angka kemenangan 62 persen," ujar Andi Arief seperti dikutip dari akun Twitternya, Senin (6/5/2019).

"Dalam koalisi adil makmur ada Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, Berkarya, dan rakyat. Dalam perjalanannya muncul elemen setan gundul yang tidak rasional, mendominasi dan cilakanya Pak Prabowo mensubordinasikan dirinya. Setan Gundul ini yang memasok kesesatan menang 62 persen," kata dia.

"Gerakan rakyat itu hancur lebur karena setan gundul memberi info sesat 02 menang 62 persen. Tidak ada people power berbasis hoaks," tutur Andi Arief.

(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)

WOW TODAY:

Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved