Pemilu 2019
Suasana Pencoblosan di Luar Indonesia: Antrean 2 Km di Singapura hingga Dipaksa Golput di Australia
Antusiasme Warga Negara Indonesia (WNI) untuk turut andil di momen Pemilu 2019, tampak di sejumlah negara, seperti Singapura hingga Sydney Australia.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Antusiasme Warga Negara Indonesia (WNI) untuk turut andil di momen Pemilu 2019, tampak di sejumlah negara.
Sebagaimana diketahui, sejumlah negara seperti Singapura, Hong Kong, Portugal, hingga Sydney sudah melakukan pencoblosan.
Banyak hal yang terjadi dalam momen pencoblosan di sejumlah negara itu, seperti yang TribunWow.com rangkum berikut ini:
• Jokowi Ibadah Umrah, Maruf Amin Pilih Habiskan Waktu dengan Keluarganya di Masa Tenang Pilpres 2019
1. Singapura
Kumpulan WNI sudah tampak mengantri di trotoar Chatsworth Road, Singapura, atau tepatnya di depan kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura sejak Minggu (14/4/2019) pukul 07.30 waktu setempat.
Mereka berbondong-bondong datang ke sana untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2019.
Kumpulan WNI ini ramai mengantre meski harus menunggu pintu KBRI yang masih belum dibuka.
“Saya datang jam 07.30, mengantre jauh sekali dari KBRI. Ya, sekitar satu jam gitu untuk sampai ke TPS," ucap seorang WNI, Asterlita Gallou, seperti dikutip dari Kompas.com.
“Syukurlah tepat ketika pintu dibuka jam 08.00, proses antrean berjalan dengan sangat cepat dan efisien," lanjut dia.
Video yang menunjukkan ramainya antusiasme WNI di Singapura juga dibagikan oleh Perwira Tinggi Polisi RI, Krishna Murti melalui akun Instagram @krishnamurti_bd91 pada Minggu (14/4/2019).
• H-2 Pemilu, Inilah yang Harus Dibawa Pemilih saat akan Mencoblos di TPS
Dalam unggahannya, tampak antrean panjang di bahu jalanan di Singapura.
WNI dari berbagai kalangan tampak mengantre dengan rapi demi memberikan suaranya.
Krishna Murti menyebut antrean di KBRI Singapura tersebut mencapai hingga 2 kilometer.
Krishna Murti merasa sangat terharu melihat antusiasme masyarakat di sana.
2. Portugal
Antusiasme WNI untuk memilih juga tampak di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Luar Negeri di kantor KBRI Lisbon, Portugal, Sabtu (13/4/2019) pagi waktu setempat.
Diberitakan Kompas.com, WNI yang telah tinggal di Portugal selama 33 tahun, Noor Jannah bahkan rela menempuh perjalanan sekitar tiga jam untuk dapat memberikan hak pilihnya.
“Siapa pun Presiden Indonesia, kita semua harus tetap bersatu,” ujar Noor Jannah.
Ia berharap, hasil Pemilu nanti dapat memajukan dan menyejahterakan masyarakat Indonesia.
• BPN Prabowo-Sandi: Semua Pihak Harus Jaga agar Pemilu Aman, Jujur, Adil
3. Hong Kong
Di Hong Kong, ada 188 ribu WNI yang juga rela mengantre untuk mendapatkan gilirannya memilih.
Sebagian besar dari mereka adalah pekerja migran.
WNI di sana juga dijamin haknya terkait persoalan pemilu ini.
Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mengatakan, para pemilih mendapat informasi cukup untuk mengetahui siapa saja yang dipilihnya, selain capres dan cawapres.
Ada kampanye terbuka dari para calon legislatif, begitu pula dengan tim kampanye dari dua kubu capres.
"Karena Hongkong relatif terbuka, kebebasan berpendapat dilindungi dalam koridor tidak boleh kekerasan dan provokasi," kata Wahyu di Queen Elizabeth Stadium, dikutip dari Kompas.com.
Namun sayangnya, banyak juga WNI yang dalam proses menggunakan hak pilihnya harus terhambat karena paspor TKI dan KTP yang ditahan majikan atau agensi.
"Pemerintah tidak boleh membiarkan mekanisme penahanan paspor seperti ini," kata Wahyu.
"Jadi di luar masalah pemilu, masalah ini untuk menjadi perhatian KJRI bahwa tidak boleh ada penahanan paspor," imbuhnya.
• Inilah Sosok Kader Demokrat yang Teriak-teriak dan Emosi di Luar Arena Debat Capres-cawapres
4. Australia
Meski antusaisme WNI di Sydney Australia juga tak kalah dari WNI di negara-negara lain, nyatanya mereka harus diterpa oleh kekecewaan, Sabtu (13/4/2019).
Pasalnya, ratusan WNI itu dipaksa harus berstatus golput lantaran tak diberikan kesempatan untuk mencoblos.
Permasalahan WNI Sydney yang tidak bisa mencoblos ini bahkan ramai di media sosial.
Diberitakan Kompas.com, Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Sydney, Heranudin menjelaskan, hal ini didasari oleh massa yang membludak.
Heranudin mengaku, pihaknya tidak mengantisipasi hal tersebut hingga akhirnya ia memperkirakan bahwa ada lebih dari 400 WNI yang tidak dapat melakukan pencoblosan karena waktu yang tidak memungkinkan.
"Kami sudah melaporkan soal ratusan WNI yang tidak bisa mencoblos ke KPU. Apakah akan dilakukan pemilu tambahan atau tidak kami tunggu keputusan KPU pusat," ujar Heranudin.
Dikabarkan, ratusan orang yang tidak mendapat kesempatan mencoblos itu berstatus daftar pemilih khusus (DPK), di mana mereka berhak mencoblos pada satu jam terakhir atau sebelum pukul 18.00 waktu Sydney.
Namun, PPLN Sydney ternyata tak sanggup menampung lonjakan massa sehingga antrian membeludak.
"Panitia kewalahan karena satu TPS hanya ada tujuh orang petugas. Antrean di luar ekspektasi kami," akun Heranudin, Minggu.
(TribunWow.com/Nanda)
WOW TODAY: