Cerita Selebriti
Raditya Dika Mengaku Pernah Dibully, Merasa Miris Bantu Adik Kelas Sembunyi
Raditiya Dika mengaku pernah mendapat bully saat SD dan SMA. Ia merasa kasus bully pun menjadi sudah tersistem dan membudaya di sekolahnya semasa SMA.
Penulis: AmirulNisa
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Komedian Raditya Dika mengaku pernah mendapat bully saat masih di Sekolah Dasar (SD).
Namun, setelah SMA dia merasa miris melihat adik-adik kelasnya mendapat bully dari teman-temannya.
Hingga akhirnya memutuskan untuk membantu adik kelasnya bersembunyi.
Dia menceritakan pengalamannya tersebut pada Ketua Komisi Perlindungan Anak Nasioanl Seto Muljadi yang kemudian diunggah di channel YouTube Raditya Dika dengan judul 'Audrey dan Bullying (FT kak Seto)' tayang pada Minggu (14/4/2019).
• Bahas Kasus Audrey dengan Kak Seto, Raditya Kaget Dengar Fakta soal Bullying
Dengan Seto ia membahas masalah kasus bully yang menimpa siswi SMP di Pontianak Audrey.
Di sela perbincangan ia menceritakan jika dulu pernah mengalami bully walau tidak separah kasus Audrey.
"Aku pernah di-bully juga, ketika SD. Ketika SD itu cuma kayak eh elo pendek lo, ini lo sama anak," ujar Radit.
Dan saat Radit masuk ke SMA ia menemukan sebuah bullying tersistem.
SMA tempat Radit bersekolah memiliki sebuah budaya bullying yang tidak baik.
Ia menceritakan terdapat sebuah kebiasan di mana senior, paling tua yang duduk di bangku kelas tiga, selalu melakukan bullying pada murid kelas satu.
• Update Kasus Audrey: Begini Kondisi Terkini Korban hingga Perjalanan Hukum yang Ditempuh
"Itu sampai pernah di kelasku itu pagi-pagi, anak kelas tiga datang, terus ngambil satu anak dikempit di tangannya diajak keliling terus ditanya 'lo kenal dia siapa enggak? enggak kak'. Elo itu harus kenal kan temen seangkatan lo' terus digampar," ujar Radit.
Kasus tersebut terus tersistem, seperti semua murid kelas tiga selalu melakukan bully pada murid kelas satu.
Tapi ketika Radit sudah menjadi siswa kelas tiga, dia merasa memiliki empati saat melihat teman-temannya melakukan bully pada siswa kelas satu
"Tapi ketika aku kelas tiga, kan aku ikut Palang Merah Remaja (PMR) kita punya satu ruangan sendiri. Ketika aku ngelihat anak kelas satu digituin, ada empati di diriku," ujar Radit.
Ia kemudian sering mengajak adik-adik kelasnya bersembunyi di ruang PMR untuk menghindari teman-temannya.