Terkini Nasional
HUT TNI Angkatan Udara Jatuh pada Hari Ini, Berikut Kisah Angkatan Udara 73 Tahun Silam hingga Kini
Pada tanggal 9 April 1946, Republik Indonesia resmi memiliki tentara angkatan udara.
Editor: Rusintha Mahayusanty Nugrahaningtyas
Sepanjang era 1950 hingga 1970, angkatan udara berhasil mengembangkan diri dan mengkonsolidasikan diri menjadi angkatan penunjang kedaulatan negara.
Era 1950 adalah gelombang pertama kehadiran pesawat yang lebih modern ketimbang sebelumnya.
Misalnya P-51 Mustang, B-25 Mitchel, B-26 Invander, C-47 Dakota dan lain-lain.
Dalam periode ini, angkatan udara juga melaksanakan sejumlah operasi penumpasan pemberontak. Antara lain penumpasan pemberontakan PKI Madiun, PRRI/Permesta, Republik Maluku Selatan dan DI/TII.
Kegemilangan prestasi angkatan udara Indonesia membawanya menjadi salah satu bala tentara udara yang disegani di kawasan Asia Tenggara pada era 1960-an.
"Pada era ini, angkatan udara mengadakan alutsista dari Blok Barat (C-130 Hercules, C-140 Jetstar dan Helikopter Bell-47-J) dan dari Blok Timur (Mig-19, AN-12 Antonov, Helikopter MI-4 dan MI-6)," papar Jemi.
Dengan kekuatan udara itu, TNI AU berhasil melaksanakan sejumlah operasi, antara lain merebut Irian Barat (Operasi Trikora), Operasi Dwikora (konfrontasi Indonesia-Malaysia) dan penumpasan Gerakan 30 September PKI.
Pada pertengahan 70-an, kekutatan angkatan udara bertambah lagi dengan kedatangan F-86 Sabre, T-33 Bird, Fokker F-27, helikopter Puma SA-330, helikopter latih Bell 47G Sioux dan AT-16 Harvard.
Pada dekade 80-an, hadir pesawat tempur F-5 Tiger II, pesawat A-4 Sku Hawk dan pesawat latih Hawk MK-53 yang memiliki kemampuan pengintaian dan pengamatan wilayah permukaan.
Tahun 1989 didatangkan pula pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon dan Radar Thomson dan Plessey. Sementara, memasuki perideo 1990-an, angkatan udara menambah kekuatan dengan datangnya pesawat CN-235, NAS 332 Super Puma dan Radar Plessey AR-325. Alutsista itu ditempatkan di Skadron Udara 12 dan 1.
"Pada milenium ketiga, angkatan udara dilengkapi alutsista dari Timur, yakni hadirnya Sukhoi SU-27 dan SU-21, pesawat latih dasar KT-1 Woong Bee, helikopter EC-120 Colibri, CN 235-220 MPA dan CN-295 buatan PT Dirgantara Indonesia. Pada periode ini juga dibentuk Skadron Udara 51 Elang Pengintai dengan armada pesawat UAV di Lanud Supadio," ujar Jemi.
• Bukan Suara Pesawat, TNI AU Beri Penjelasan Sementara soal Suara Aneh di Pekalongan dan Sebut NASA
TNI AU, Kini... Sejarah membentuk angkatan udara Indonesia menjadi angkatan yang semakin kuat, modern dan profesional.
Tidak hanya perang, TNI AU kini juga dilibatkan dalam operasi militer, misalnya tugas kemanusiaan di dalam dan luar negeri, bencana alam misalnya gempa bumi, tsunami, banjir bandang dan letusan gunung berapi. TNI AU juga dilibatkan dalam rekayasa cuaca.
"Operasi selain perang ini contohnya mencari jejak jatuhnya Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak, pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 dan pengiriman paket bantuan kemanusiaan pemerintah Indonesia bagi warga Rohingya di Rakhine State, Myanmar," uja Jemi.
Di usia ke-72 ini, TNI AU terus mengepakkan sayapnya, membangun kekuatan alutsista, mengembangkan kemampuan dan organisasi untuk meningkatkan deterrent power. "Dengan dilandasi jiwa ksatria, militan, loyal dan profesional, TNI AU bersama rakyat siap menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI," lanjut Jemi.
(Fabian Januarius Kuwado)
• Brigjen TNI Herianto Syahputra Terpilih sebagai Ketua Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) Jakarta
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Angkatan Udara Republik Indonesia, 72 Tahun Silam Hingga Kini...
Tonton Juga