Pilpres 2019
Soal Surat SBY yang Protes Kampanye Prabowo, Gus Irfan: Inilah Repotnya Kita
Jubir BPN Prabowo-Sandi, Irfan Yusuf Hasyim memberikan tanggapan terkait isi surat Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Irfan Yusuf Hasyim atau Gus Irfan memberikan tanggapan terkait isi surat Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Diberitakan TribunWow.com, hal tersebut seperti tampak dalam program Apa Kabar Indonesia Malam tvOne, Minggu (7/4/2019).
Sebagaimana diketahui, sebelumnya SBY mengirim surat kepada pengurus partainya di Jakarta, untuk memberikan saran pada rangkaian acara di kampanye Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto di GBK, Jakarta.
• Survei Puskaptis: Prabowo-Sandi Kuasai 5 Provinsi di Jawa, Lihat Selisihnya dengan Jokowi-Maruf
Gus Irfan menilai, apa yang disampaikan oleh SBY adalah hal yang wajar.
Pasalnya, sebagai Presiden ke-6 RI, SBY tentu tak ingin kampanye pilpres menjadi kental akan politik identitas.
"Apa yang ditulis oleh Pak SBY adalah hal yang wajar, lumrah. Karena Pak SBY adalah bapak bangsa ini," kata Gus Irfan.
"Beliau khawatir pada berbagai kemungkinan yang terjadi jika kita mengemukakan politik identitas itu," sambung dia.
Gus Irfan menyebutkan, surat yang ditulis SBY itu tertanggal, Sabtu (6/4/2019).
Sementara, acara kampanye berlangsung sehari setelahnya, Minggu pagi.
"Artinya ada tenggang waktu antara surat itu dibikin dan pelaksanaannya sendiri. Mungkin Pak SBY bikin surat itu karena beliau membaca rundown acara. Itu mungkin," ujar Gus Irfan.
Gus Irfan lantas menegaskan, kampanye Prabowo memanglah politik identitas, namun identitas bangsa Indonesia.
"Tapi kalau kita lihat apa yang terjadi pada pagi tadi, itu adalah politik identitas kita, identitas indonesia. Bhinneka Tunggal Ika," tegas Gus Irfan.
Ia menyebutkan, dalam acara tersebut, tak hanya masyarakat Jakarta saja yang berkumpul, tapi juga ada dari berbagai daerah lain.
"Disitu ada teman-teman dari Surabaya naik motor ke sini (Jakarta), dari Lamongan ada, dari Solo ada, dari Sulawesi juga ada," kata Gus Irfan.
"Dari padang charter pesawat, ada. Teman-teman dari papua juga ada. Ditambah lagi ada doa bersama. Doa lintas agama."
Gus Irfan mengartikan pemaparannya itu sebagai bentuk politik bangsa Indonesia, politik identitas Bhinneka Tunggal Ika.
"Dan itu yang tercermin pada pelaksanaan rapat kampanye akbar itu," tegas dia.
• Prabowo Sowan ke Sri Sultan HB X saat Kampanye di Yogyakarta: Ini Kunjungan Kehormatan
Terkait isi rundown yang membuat SBY menulis surat, Gus Irfan menyebutkan, hal tersebut dikarenakan pihaknya mencoba memadatkan acara yang hanya bisa berlangsung sebentar saja.
"Mungkin inilah repotnya kita. Kita diberi jadwal, jam 11 harus selesai. Bagaimana ada kampanye jam 11 pagi selesai?" kata Gus Irfan.
"Nah itu kita memikirkan bagaimana acara tepat waktu, sampai akhirnya seperti itulah yang terjadi. Kita mulai pagi supaya orang juga datang pagi," tandas dia.
Simak videonya mulai menit ke 5.45:
Diberitakan TribunWow.com sebelumnya, Pasangan Calon 02 Prabowo-Sandiaga telah usai melakukan kampanye akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Minggu (7/4/2019).
Sebelum kampanye akbar itu terselenggara, rekan koalisi Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat melontarkan protes.
Protes tersebut disampaikan SBY melalui surat yang ia tulis dari Singapura.
Surat itu ditujukan pada tiga elit Demokrat yakni Amir Syamsudin, Syarief Hasan, dan Hinca Pandjaitan.
Dalam suratnya, SBY mengatakan dirinya sempat menerima kabar soal konsep kampanye Prabowo-Sandi.
Menurutnya, kampanye itu tak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.
• Pembawa Acara Tertawa saat Dahnil Anzar Jawab Sindiran TKN Jokowi soal Kampanye Akbar Prabowo di GBK
Lalu, SBY meminta agar para elit Demokrat tersebut memberi saran pada Prabowo agar mengadakan kampanye yang mencerminkan kebhinekaan dan persatuan.
Selain pada Prabowo, SBY juga menitipkan surat itu untuk disampaikan pada capres 01 Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu berkaitan dengan isu pro Pancasila dan pro Khilafah.
Berikut ini isi surat Susilo Bambang Yudhoyono yang diterima oleh TribunWow.com, Minggu (7/4/2019):
Isi Lengkap Surat SBY:
Kepada yang terhormat
1.Ketua Wanhor PD Amir Syamsudin
2.Waketum PD Syarief Hassan
3. Sekjen PD Hinca Panjaitan
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Salam Sejahtera
Salam Demokrat !
Sebenarnya saya tidak ingin mengganggu konsentrasi perjuangan politik jajaran Partai Demokrat di tanah air, utamanya tugas kampanye pemilu yang tengah dilakukan saat ini, karena terhitung mulai tanggal 1 Maret 2019 yang lalu saya sudah memandatkan dan menugaskan Kogasma dan para pimpinan partai untuk mengemban tugas penting tersebut.
Sungguhpun demikian, saya tentu memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan agar kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrat tetap berada dalam arah dan jalur yang benar, serta berlandaskan jati diri, nilai dan prinsip yang dianut oleh Partai Demokrat.
Juga tidak menabrak akal sehat dan rasionalitas yang menjadi kekuatan partai kita.
Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019 saya menerima berita dari tanah air tentang "set up", "run down" dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.
Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar.
• Dahnil Anzar Bandingkan Prabowo dengan Bung Karno saat Pembawa Acara Singgung soal Pemimpin Pemarah
Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandung kebenaran.
Sehubungan dengan itu, saya minta kepada Bapak bertiga agar dapat memberikan saran kepada Bapak Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan hal-hal sebagai berikut:
Penyelenggaraan kampanye nasional (dimana Partai Demokrat menjadi bagian didalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua" Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. "Unity in diversity".
Cegah demonstrasi apalagi "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.
Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal "set up"nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All".
Calon pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya adalah untuk menjadi pemimpin bagi semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insya Allah akan berhasil.

• Demokrat Kembali Buka Suara soal Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di GBK: Sudah Dilaksanakan
Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal "kawan dan lawan" untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh. Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa.
Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo.
Saya pribadi, yang mantan Capres dan mantan Presiden, terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai "pro Pancasila" dan "pro Kilafah".
Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justeru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan berhadapan dan bermusuhan selamanya.
Kita harus belajar dari pengalaman sejarah di seluruh dunia, betapa banyak bangsa dan negara yang mengalami nasib tragis (retak, pecah dan bubar) selamanya. The tragedy of devided nation.
Saya pikir masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik. Seperti yang kita lakukan dulu pada pilpres tahun 2004, 2009 dan 2014. Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti.
Para kader pasti sangat ingat, Partai Demokrat adalah partai Nasionalis-Relijius. Bagi kita Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati.
Tidak boleh NKRI menjadi Negara Agama ataupun Negara Komunis. Indonesia adalah "Negara Pancasila" dan juga "Negara Berke-Tuhanan". Inilah yang harus diperjuangkan oleh Partai Demokrat, selamanya.
Saya berpendapat bahwa juga tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan kilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai kilafah ataupun radikal.
Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah. Politik begini bisa menyesatkan. Sejak awal harusnya narasi seperti ini tidak dipilih. Tetapi sudah terlambat. Kalau mau, masih ada waktu untuk menghentikannya.
Dari pada rakyat dibakar sikap dan emosinya untuk saling membenci dan memusuhi saudara-saudaranya yang berbeda dalam pilihan politik, apalagi secara ekstrim, lebih baik diberi tahu , apa yang akan dilakukan Pak Jokowi atau Pak Prabowo jika mendapat amanah untuk memimpin Indonesia 5 tahun mendatang (2019-2024). Apa solusinya, apa kebijakannya?.
• Soal Kampanye Prabowo Sarat Politik Identitas, TKN: Pak SBY Sudah Menarasikan dengan Sangat Baik
Tinggalkan dan bebaskan negeri ini dari benturan identitas dan ideologi yang kelewat keras dan juga membahayakan. Gantilah dengan platform, visi, misi dan solusi. Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Sepanjang masa kampanye, bukan hanya pada saat debat saja.
Demikian Pak Amir, Pak Syarief dan Pak Hinca pesan dan harapan saya. Ketika saya menulis pesan ini, saya tahu AHY berada dalam penerbangan dari Singapura ke Jakarta, setelah menjenguk Ibu Ani yang masih dirawat di NUH.
Partai Demokrat harus tetap menjadi bagian dari solusi, dan bukan masalah. Selamat berjuang, Tuhan beserta kita.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Singapura, 6 April 2019
Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.
TONTON JUGA:
(TribunWow.com/Nanda/Tiffany)