Kasus Terorisme
Kesaksian Ibu Terduga Teroris, Laporkan Anaknya ke Polisi hingga Pingsan saat Tahu Anaknya Rakit Bom
"Malah dia jawab bilang, jangan takut sama undang-undang gitu. Ya saya bilang sama suami. Terus kami cerita sama Bhabinkamtibmas," ujar DM.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Anggota Densus 88 Antiteror bergerak menangkap seorang terduga pelaku teroris, RS (23), di Gang Suhada Penengahan Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, Sabtu (9/3/2019), pukul 19.30 WIB.
Dikutip TribunWow.com dari TribunLampung, Minggu (10/3/2019), penangkapan RS ini bermula dari adanya laporan orangtua RS ke pihak kepolisian.
Orang tua RS berharap supaya anaknya diamankan sebelum melakukan tindakan ke arah teror yang dapat menyebabkan dirinya meninggal dunia.
Dari hasil laporan tersebut, Tim pun bergerak dan mengamankan RS.
Kepada wartawan, ibu terduga, DM menceritakan awal mula menaruh curiga kepada anaknya.
Saat itu pada Desember 2018, RS bersama adiknya, F (12) tanpa pamit menghilang selama satu bulan dengan membawa sepeda motor.
• Pria di Gresik Akui Tak Menyesal seusai Bunuh Ibu Kandungnya, Hal Ini Justru Ditunjukkan Pelaku
Saat kembali tidak membawa sepeda motor dan tidak menceritakan apapun.
Anaknya hanya mengatakan pergi ke Serang, Banten.
"Satu bulan ngilang. Pulang-pulang motor enggak dibawa balik dan enggak cerita apa-apa. Saya tanya katanya di Serang saja. Mungkin otaknya sudah kecuci. Enggak tahulah," bebernya.
Sepulang dari Banten, RS kembali pergi sendirian selama seminggu tanpa keterangan.
"Setelah satu bulan, dia pergi lagi selama seminggu, sendirian. Karena setelah dari Serang adeknya langsung saya pisah," tambah DM.
"Saya itu sempat curiga dengan perilaku anak saya. Saya pesen ke dia (RS), jangan sampai melanggar hukum kerena kita ada undang-undangnya," katanya.
Namun, RS rupanya mengabaikan pesan ibunya dan justru mengajak sang ibu agar tidak takut undang-undang.
Merasa cemas, akhirnya DM memutuskan untuk bercerita ke Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas).
"Malah dia jawab bilang, jangan takut sama undang-undang gitu. Ya saya bilang sama suami. Terus kami cerita sama Bhabinkamtibmas atas perubahan anak saya ini," tandas DM.
• Pria di Sulsel Kepergok Cabuli 4 Anak Kosnya setelah Beri Es Teler, Istri Pelaku Ternyata Terlibat
Ia mengaku pasrah dan menyerahkan anaknya kepada polisi.
"Bukan apa-apa. Saya takut salah. Lebih baik ke polisi saja. Semua sudah saya serahkan ke polisi, dari awal laporan sampai penangkapan (RS) sampai menghilang juga. Saya enggak tahu. Pokoknya saya kaget," ungkap DM sembari geleng-geleng kepala.
Namun, DM menegaskan, pihak keluarga tidak tahu sejak kapan putranya merakit bahan peledak.
"Saya gak tahu kapan anak saya ini ngerakit bom," ungkapnya.
Meski demikian, DM mengaku sempat menaruh curiga kepada anaknya saat awal-awal kembali ke rumah.
"Saya sempat curiga. Tapi, saya enggak pernah menemukan barang itu (bom)," tambahnya.
"Saya tanya bawa apa? Dia bilang, 'Enggak bawa apa-apa kok. Saya cuma bawa baju dan roti'. Terus saya minta tasnya dibongkar. Memang cuma ada roti," ucapnya.
• Kecelakaan Maut Bus Bima Suci di Tol Cipularang, 7 Orang Tewas
Meski demikian, DM mengaku setiap hari selalu mencari dan mengecek setiap sudut ruangan.
"Takut. Jadi tiap pulang kerja, saya cariin barang entah apa itu (yang mencurigakan). Enggak ada, dan saya telepon (cerita) Bhabinkamtibmas karena beban," tandasnya.

Kronologi Penangkapan RS
Seusai melaporkan keanehan putranya, DM mengaku rumahnya diintai oleh beberapa orang selama empat hari.
Bahkan DM mengira Detasemen Khusus 88 Antiteror sebagai sales barang elektronik.
"Kayak buser. Empat hari keliling. Terakhir pagi kemarin jam 8 ke sini (rumah)," cerita DM, Minggu, (10/3/2019).
DM awalnya tidak menaruh curiga terhadap dua pria yang datang ke rumahnya.
"Saya nanya, 'Ada apa, Pak? Promo apa, Pak?' Dari Colombus ya?' Saya bilang gitu. Tapi saya lihat lagi, kok ini (kerah baju) sudah ada lambang bendera," kata DM.
"Dalam hati, ada apa ini? Yasudah saya diam saja. Sudah itu, dua orang ini pergi berdua, pagi jam 8 pas," imbuhnya.
"Saya curiga ada apa ini. Jangan-jangan anak saya ada yang enggak bener. Saya mikir juga. Ini densus bakal ciduk ini," ungkapnya.
Dikatakannya, tak lama berselang, pada siang hari personel Bhabinkamtimas meneleponnya untuk memberi kabar.
"Bilang, katanya (RS) mau ditangkap. Kalau enggak ditangkap akan menjalar kemana-mana. Saya bilang, 'silakan, pak'. Intinya anak saya itu semenjak pulang pergi pulang pergi sifatnya berubah. Entah apa perbuatannya dia. Entah saya enggak tahu. Saya serahkan ke Bapak," ungkap DM.
• Tanggapi Kasus Ahmad Dhani, Fadli Zon: Ini Kesannya seperti Dipaksakan, Dia Kan Bukan Teroris
Setelah mendapat kabar tersebut, DM mengaku rumahnya digerebek oleh polisi.
"Pas diserbu di dalam (rumah), ada yang nanya, 'Taruh di mana bomnya?' Saya denger itu langsung pingsan. Habis itu kok ada bom. Ya saya kaget. Kok ono (ada) bom. Sedangkan di mana-mana (sudut rumah) enggak ada," akunya.
Sementara saat penangkapan, Kapolda Lampung Irjen Pol Purwadi Ariyanto membenarkan RS ditangkap oleh Densus 88.
Saat ditangkap Densus 88, dari hasil pengamanan, ditemukan barang yang diduga Bom dengan campuran Potasium Klorat, Switching On Off.
RS (23) alias PS, diduga belajar merakit bom di Serang dan Palu.
Bom tersebut ternyata disimpan di atas loteng rumah tetangga dengan inisial L.
Diduga bom tersebut rencanaya digunakan untuk Amaliyah Bom di markas kepolisian Lampung dan Jakarta oleh kelompok Medsos Abu Hamzah.
• Oknum Kepala Sekolah Diduga Cabuli Siswinya di Dalam Kelas, Rayu Korban dengan Beri Roti
Sedangkan saat ditangkap, RS sempat berteriak penghianat.
Hal ini diungkapkan, ketua RT 3 LK II Gang Suhada Penengahan Raya Kecamatan Kedaton, Saiung Siswomulyono.
"Kalau enggak salah sehabis isya dia (RS) dibawa oleh polisi," ungkapnya, Minggu, (10/3/2019).
"Dia enggak ngamuk, tapi nanya gertak kasar, bilang gini, 'siapa yang ngelaporin saya, penghianat!," seru Saiung menirukan suara RS.
Beber Saiung, Bom baru ditemukan setelah tim Gegana turun.
"Jadi bomnya itu ketemu enggak lama setelah gegana datang, ditaruh di atas genteng tetangga, kebetulan posisi rumah di depan halaman rumahnya, kan rumah tetangganya di bawanya rumahnya," jelasnya.
Saiung mengatakan, bom baru dibawa sekitar pukul empat pagi subuh tadi.
"Saya enggak tahu bentuknya seperti apa, hanya ada tas warna hitam biasa satu," tandasnya.

Menurut Saiung, RS dari sejak kecil kurang bersosialisasi dan pendiam.
"Dia itu pendiam, enggak pernah menegur siapa pun di jalan baik kawan muda dan dan orang tua. Main selonong boy," ungkapnya.
Kata Saiung, RS tidak punya teman di Kampung Penengahan.
"Dia enggak ada temen namanya enggak pernah menyapa," ucapnya.
• Minta Putus, Seorang Pria Pasang Baliho dengan Foto Pacar di Tengah Kota karena Diselingkuhi
Tak hanya itu, Saiung mengatakan RS tidak suka melihat organ tunggal.
"Jadi dia pernah nimpuk rumah orang, ya yang main organ, itu sebelum pergi ke Banten, ya hanya sekali," tuturnya.
Lanjut Saiung, selama dua puluh hari setelah dari Palu, RS tidak pernah keluar rumah.
"Awalnya sih sering keluar ke masjid, tapi setelah dari Palu di rumah saja," sebutnya.
"Di Banten itu kira-kira sebulan, baru ke Palu," tambahnya.
Beber Saiung, RS pulang setelah ia mimpi bersimpuh di kaki ibunya.
"Alasan pulang mimpi nyium kaki maknya, pulang ke sini enggak ada ongkos akhirnya jual HP," jelasnya.
Lihat video lainnya:
(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)