Pilpres 2019
Polemik Puisi Munajat, Neno Warisman Jelaskan soal Pornografi sehingga Butuh Pemimpin yang Berpihak
Neno Warisman sebut puisi yang disampaikannya terkait anak-anak zaman sekarang yang terpapar pornografi hingga membutuhkan pemimpin yang berpihak.
Penulis: Atri Wahyu Mukti
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
Untuk itu, ia menegaskan bahwa anak-anak membutuhkan seorang pemimpin yang berpihak pada mereka.
"Mereka butuh pemimpin-pemimpin yang berpihak kepada mereka. Mereka butuh ruang belajar yang baik, mereka butuh dukungan dari semua hal dalam perikehidupan mereka terutama nilai-nilai yang baik," kata Neno Warisman.
"Jadi ketika saya mengatakan ketidakadilan, hal-hal yang sifatnya menekan di masyarakat hari in, itu fokus kepada bagaimana nasib anak-anak kita, karena mereka yang memiliki peradaban dan juga pemilik masa depan."
"Jadi saya sekali lagi fokus kita adalah bagaimana anak cucu kita ke depan Bang Karni," tandasnya.
Lihat videonya di menit 08.40:
Sebelumnya, Neno Warisman juga sempat menjelaskan bahwa puisinya tidak bermaksud untuk menjawab perang total yang pernah disampaikan oleh Ketua Harian Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Moeldoko.
"Enggak sama sekali, ingat juga enggak," tutur Neno Warisman.
"Yang saya pikirkan hanyalah bagaimana umat ini bisa memberikan manfaat dan juga kemenangan," sambungnya.
Terkait hal itu, Neno Warisman menyatakan bahwa puisinya untuk mewakili semua umat di Indonesia.
"Jadi kemenangan ini di sini kemenangan umat, bagaimana umat bayangkan kalau nanti ke depan generasi ke depan enggak bisa beribadah dengan baik, semua agama yang maksud," tutur Neno Warisman.
Ia juga menjelaskan bahwa puisi yang disampaikannya supaya semua umat mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.
"Jadi saya sama sekali blas enggak inget bahkan enggak ada di kepala saya sedikit pun kata total, perang enggak ada sama sekali," kata Neno Warisman.
• Puisi Munajat 212 Neno Warisman Viral, Ketua Komisi Dakwah MUI Beri Tanggapan
Puisi Neno Warisman
Diberitakan sebelumnya, doa dalam bentuk puisi yang menuai polemik itu dibacakan oleh Neno Warisman dalam acara Munajat 212 pada Kamis, (21/2/2019).
Sejumlah pihak menyebut bahwa puisi tersebut berkaitan dengan politik.