Terkini Daerah
Earth Hour Solo Ajak Siswa SMP Negeri 4 Surakarta Manfaatkan Sampah Dapur dengan Praktik Ekoenzim
Earth Hour Solo mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sampah dapur yang biasanya hanya dibuang.
Penulis: Claudia Noventa
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
TRIBUNWOW.COM - Organisasi berbasis lingkungan, Earth Hour Solo mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sampah dapur yang biasanya hanya dibuang.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan praktik bernama Ekoenzim, atau hasil fermentasi sampah dapur berupa sisa-sisa sayuran dan kulit buah.
Praktik tersebut juga sudah sukses dilakukan Earth Hour Solo bersama SMP Negeri 4 Surakarta, Jawa Tengah, pada Kamis (7/2/2019).

Dalam kegiatan tersebut, Earth Hour melakukan penyuluhan tentang pentingnya menghemat energi.
Selain itu, mereka juga mengajak para murid yang hadir praktik Ekoenzim.
Untuk itu, Earth Hour Solo meminta para murid yang hadir untuk membawa sisa-sisa kulit buah.
• Mengenal Earth Hour Solo, Organisasi Pecinta Lingkungan yang Tak Hanya Sekadar Mematikan Lampu

Ivan Rahmat Pamungkas, mengungkapkan alasan memilih SMP 4 lantaran sekolah tersebut adalah satu dari beberapa sekolah adiwiyata, atau program pendidikan lingkungan hidup.
Dirinya berharap, para murid di SMP 4 bisa lebih mengetahui bahwa sampah dapur sebenarnya memiliki banyak manfaat.
"Harapannya mengenalkan ekoenzim supaya adik-adik SMP 4 mengetahui atau mengenal bahwasannya sampah buah banyak banget manfaatnya," ujar Ivan Rahmat Pamungkas, seorang volunteer Earth Hour Solo.
"Terutama untuk kebersihan lingkungan dan juga menghimbau adik-adik SMP 4 supaya mengurangi penggunaan sampah plastik seperti botol aqua untuk di ganti dengan tumbler," terangnya.
Dalam kegiatan tersebut para murid di bagi dalam beberapa kelompok yang terlihat sudah menyiapkan beberapa peralatan.
Seorang murid kelas 8 dari SMP 4, Kezia Vita, mengaku baru pertama kali melakukan kegiatan tersebut.
Dirinya juga mengaku senang bisa mempelajari pengetahuan baru dari Earth Hour Solo.
Setelah mendapatkan pembekalan, Kezia juga dengan lancar menjelaskan manfaat dari ekoenzim tersebut.
"Bisa jadi parfum, obat pel, cuci piring, sabun," ujarnya pada TribunWow.com di tengah-tengah kegiatan membuat Ekoenzim.

• Musim Hujan Waktunya Nyruput yang Hangat-hangat di Wedangan Sik Depan SD Warga
Joko Susilo, yang merupakan Guru seni budaya sekaligus pengampu ekstrakulikuler Pramuka mengaku senang Earth Hour Solo bisa menularkan ilmunya.
Bahkan, saat Earth Hour Solo datang untuk bekerja sama dirinya langsung setuju.
"Karena kita juga memiliki program adiwiyata. Kita akan maju di tingkat provinsi sehingga banyak hal yang harus kita siapkan karena masih bulan Maret," ujar Joko Susilo saat para murid melakukan praktik Ekoenzim.
"Kebetulan bertemu Earth Hour melakukan kerja sama yang baik sekali dan merupakan poin yang sangat bagus untuk kita semua. Kan ini sangat peduli lingkungan," lanjutnya.
"Kami sangat senang sekali. ini merupakan kerja sama yang sangat baik. Selain di program adiwiyata juga di program idep berseri artinya pramuka itu juga peduli lingkungan," tamba Joko Susilo.
Dirinya berharap kegiatan menjaga lingkungan tetap rutin dilakukan oleh para murid di SMP 4.

Cara Praktik Ekoenzim:
1. Sediakan gula jawa, kulit buah dan air
2. Kulit buah di potong kecil dan gula jawa di haluskan, supaya larutnya atau tercampurnya cepat
3. Siapkan botol kosong ukuran 1,5 Liter yang sudah terisi air dengan perbandingan gula, kulit buah dan air (3:1:10)
4. Masukan semua bahan itu ke dalam botol yg sudah di isi air
5. Tutup dan jangan lupa di bolak balik dulu botolnya agar tercampur semua.
6. Diamkan selama 3 bulan, dan di buka setiap seminggu sekali untuk mengeluarkan gas CO2 karena jika tidak dilakukan bisa meledak
• Connect to Leader, Upaya Earth Hour Ajak Pemerintah Berpartisipasi Jaga Lingkungan
Sebelumnya, Earth Hour Solo juga sudah melakukan pra-event pertama dengan memberikan penyuluhan ke anak-anak kampung Sewu.
Di kampung tersebut mereka mengajari warga sekitar untuk menanam akar wangi.
Tujuannnya sendiri untuk mengatasi masalah yang selalu datang saat air sungai Bengawan Solo meluap.
"Menanam akar wangi itu kalau pas banjir air sungai meluap tidak menggangu aliran sungai," ucap Ivan.
"Kalau ditanami pring atau tebu kan kalau banjir otomatis batang-bantang ikut terseret dan biasanya nyantol di jembatan makanya kita namanamnya rumput-rumputan, akar wangi itu, juga akarnya bisa memperkuat tanah jadi enggak gampang terjadi longsor," terangnya.

Sementara itu, rencananya Earth Hour Solo akan mengadakan lima kali pra-event hingga acara utama.
Seperti yang diketahui, acara utama adalah mematikan lampu selama satu jam mulai pukul 20.30-21.30 WIB pada tanggal 30 Maret 2019, sebagai Peringatan Hari Bumi Sedunia.
Namun, untuk pra-event selanjutnya, Earth Hour Solo masih akan merencanakannya.(TribunWow.com/Claudia N)