Terkini Daerah
Seorang Polisi Tembak Kepala Sendiri, Terungkap Percakapan Terakhirnya dengan Sang Anak
Bripka Kristian Poltak tewas setelah menembak kepalanya sendiri dengan pistol Rabu (13/2/2019). Keluarga ungkap percakapan terakhir korban
Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
TRIBUNWOW.COM - Seorang anggota polisi berpangkat Bripka, yakni Bripka Kristian Poltak Bosta Sitorus tewas setelah menembak kepalanya sendiri menggunakan pistol di Mapolsek Batuampar, Rabu (13/2/2019).
Mengaku tak menyangka dengan kepergian Bripka Poltak yang terlalu cepat, keluarga menceritakan percakapan terakhirnya dengan korban.
Dikutip dari TribunBatam.com, istri Bripka Poltak, Hilda Selvia F Pakpahan tampak menangis melihat kondisi suaminya.
"Papi, kok secepat itu," kata Hilda saat jasad korban berada di Gereja Katolik Paroki Santo Petrus Blok II Lunuknaja, Batam Kamis (14/2/2019).
Di tempat yang sama, orangtua Bripka Poltak, membeberkan ceritanya sebelum anak laki-lakinya tersebut tewas bunuh diri.
Ibu Bripka Poltak tampak mengungkapkan bahwa korban sempat pamit akan pergi.
Hal itu diucapkan Bripka Poltak pada sang anak yang masih kecil.
"Amang, baru kemaren gendong anaknya yang kecil. Sempat ia pamit. Pergi dulu yang sayang. Begitu cepat amang pergi," kata ibu Bripka Boltak yang belum diketahui nama itu, sambil terus menangis.
• Teriakan Histeris dan Tanda Tanya Iringi Kematian Poltak, Polisi yang Tembak Kepalanya Pakai Pistol
Sebelumnya, saat jenazah Bripka Poltak dibawa ke RS Bhayangkara, keluarga juga tampak histeris dan tak menyangka kematian Bripda Poltak yang sangat cepat.
Dari pantauan TribunBatam, beberapa anggota polisi dan juga rekan korban tampak duduk di depan ruang instalasi.
Tak hanya rekan korban, suasana haru juga tampak dari keluarga Bripka Poltak di ruang Instalasi Forensik RS Bhayangkara Polda Kepri.
Terdengar pula, suara seorang laki-laki yang setengah berteriak saat keluar dari ruangan autopsi tersebut.
"Aku yang salah, maafkan aku Tuhan, maaf kan, aku yang salah," terdengar teriakan itu, Rabu (13/02/2019).
Tak hanya itu, ada pula seorang pria yang terdengar sedang memberikan infomasi melalui sambungan telepon atas meninggalnya Bripka Poltak.
"Halo ha, Abang Kris udah gak ada dia tulang, meninggal dia. Kabarin yang lain," sebutnya terdengar sambil menangis.
• Modus Bripka Kristian saat Pinjam Pistol buat Tembak Kepalanya Sendiri, Rekan Tak Menaruh Curiga

Kronologi Bunuh Diri Bripka Poltak
Diketahui, Bripka Poltak ditemukan dalam keadaan tak bernyawa pada Rabu (13/2/2019) setelah menembak kepalanya sendiri menggunakan senjata api (senpi).
Ia adalah anggota Penyidik Polsek Batu Ampar, Polresta Barelang, Batam.
Dikutip TribunWow.com dari TribunBatam.id, kabar tewasnya anggota polisi tersebut dibenarkan Kabid Humas Polda Kepulauan Riau (Kepri), Kombes Pol S. Erlangga.
Namun, senjata api yang digunakan bukanlah milik Bripka Poltak sendiri.
Erlangga mengatakan Bripka Poltak mengakhiri hidupnya dengan menembakkan peluru ke kepala menggunakan pistol milik rekannya, Brigadir Asep Sufriana.
"Bersangkutan menembakkan dirinya dengan senjata api milik rekannya. Tentunya, kita tak ingin peristiwa ini terulang kembali," ujar Erlangga yang turut didampingi Irwasda Polda Kepri, Kombes Pol Purwolelono.
Menurut informasi yang diperoleh di TribunBatam, diduga Bripka Poltak menggunakan senjata api (senpi) jenis Revolver untuk menembak kepalanya sendiri, Rabu (13/2/2019) sekitar jam 13.10 WIB.
Ia awalnya sedang berada di ruang Unit Reskrim Polsek Batu Ampar bersama dengan rekannya Brigadir Asep Sufriatna.
Tiba-tiba Bripka Poltak meminjam Senpi jenis Revolver milik Asep dengan alasan korban ingin mengurus pengajuan senpi dinas.
Tak ada rasa curiga menyelimuti pikiran Asep.
Ia meminjamkan senpinya yang saat itu berisi amunisi atau peluru.
Tak berselang lama, Bripka Poltak langsung mengarahkan pistol itu ke kepalanya dan menembakkannya ke kepalanya sendiri.

• Pinjam Pistol Rekannya, Polisi di Batam Tembak Kepala Sendiri di Kantor, Polda Kepri Angkat Bicara
Melihat kejadian itu, Brigadir Asep langsung berteriak memanggil anggota Polsek Batu Ampar lain dan memberitahukan kejadian tersebut.
Namun mengenai motifnya, dikatakan kembali oleh Kombes Pol S. Erlangga, kepolisian masih melakukan penyelidikan.
"Kita belum bisa pastikan apa penyebabnya, kita masih dalami," sebut Erlangga Kamis (14/2/2019).
Sementara itu, Erlangga juga menjelaskan bahwa Bripka Poltak tidak memiliki perizinan memegang senjata api.
Menurutnya, pengawasan Polda terhadap senjata api sangat ketat.
"Kita sampaikan, bahwa bersangkutan tidak memegang senjata api, itu milik rekannya. Dan selama ini bila mendapatkan izin memegang senjata api itu melalui tahap yang ketat," tegasnya.
Erlangga menjelaskan ada tahapan yang dilakukan anggota polisi untuk memiliki izin memegang senjata, satu di antaranya adalah tahapan psikologi.
"Jadi saya tegaskan, izin yang diberikan untuk memegang senjata api itu sendiri (dilakukan) secara selektif. Tidak bisa kita sembarangan pinjamkan senjata api milik kita sama orang lain," jelasnya.
Atas dasar itu, Asep sebagai pemilik pistol yang digunakan Bripka Poltak untuk bunuh diri pun kini harus memberikan keterangan.
"Sedang kita mintai keterangannya," ujar Erlangga.

• Kata Psikolog soal Kasus Polisi Tembak Kepala Sendiri Pakai Pistol dan Buat Heboh Rekan di Batam
Psikolog Beri Penjelasan
Dikutip TribunWow.com dari TribunBatam.id, seorang psikolog, Dinuriza Lauzi, M.Psi memberikan penjelasan bahwa peristiwa bunuh diri dapat dilakukan oleh siapa saja.
Menurutnya, banyak hal yang memberikan pengaruh untuk seseorang melakukan bunuh diri termasuk terkait apa yang dilakukan Kristian.
"Pasti ada penyebabnya. Karena dugaan sementara bunuh diri, mungkin almarhum merasa butuh teman untuk melimpahkan keluh kesahnya ketika peristiwa ini belum terjadi," ujar Dinuriza atau Niza.
"Namun beliau tidak menemukan orang yang pas untuk diajak membangun kedekatan interpersonal tadi."
Sejalan dengan apa yang dituturkan Niza, Psikolog lainnya, Cevy Amelia, juga mengatakan hal yang serupa.
"Peristiwa bunuh diri itu banyak faktor yang menyebabkannya, bisa karena tekanan terhadap seseorang yang begitu kuat sehingga menyebabkan depresi," ujar Cevi Kamis (14/2/2019).
"Jika seperti ini, biasanya seseorang tersebut cenderung introvert sehingga menyimpan masalahnya sendiri dan berpikir pendek untuk memutuskan bunuh diri" ucap wanita lulusan Universitas Sumatera Utara ini ketika dihubungi via telepon oleh TribunBatam.
Tekanan yang dimaksud bisa kepada masalah pribadi, kerjaan atau faktor lainnya.
"Masalah itu beragam, bisa masalah pribadi, atau ada masalah keluarga. Bisa juga faktor kerjaan," ujarnya lagi.
Dalam pemaparannya, psikolog tersebut menjelaskan setiap peristiwa yang terjadi pasti ada sebab yang timbul sebelumnya.
"Kejadian itu pasti ada sebab. Hukum kausalitas berlaku, sebab dan akibat," tambahnya.
(TribunWow.com/Nila/Roifah)