Breaking News:

Terkini Internasional

Intelejen AS Sebut Putra Mahkota Arab Saudi MBS Sempat Mau Kejar Jamal Khashoggi Pakai Peluru

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) disebut mau mengejar jurnalis Jamal Kashoggi dengan peluru.

Penulis: Laila N
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Al Jazeera
Jamal Khashoggi, Jurnalis The Washington Post asal Arab Saudi yang menghilang sejak 2 Oktober 2018. Jamal dibunuh di Konsulat Arab Saudi yang berada di Turki. Pihak kerjaan Arab pun membantah putra mahkota terlibat pembunuhan Jamal Khashoggi. 

TRIBUNWOW.COM - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) disebut mau mengejar jurnalis Jamal Khashoggi dengan peluru.

Dilansir oleh TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (7/2/2019), hal itu disampaikan media Amerika Serikat berdasarkan sumber dari intelejen, yang menyadap percakapan antara Mohammed bin Salman dengan seorang asistennya pada 2017 silam.

Ancaman MBS itu terlontar satu tahun, sebelum Jamal Khashoggi ditemukan tewas di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Berdasarkan laporan itu, Mohammed bin Salman disebut siap membunuh Jamal, meskipun tidak bermaksud untuk menembaknya.

Temukan Bukti Baru, PBB Nyatakan Pihak Arab Saudi yang Membunuh Jamal Khashoggi

 

Putra tertua Jamal Khashoggi, Salah (kiri) berjabat tangan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dalam pertemuan keduanya di Istana Kerajaan Saudi, Riyadh, Selasa (23/10/2018).
Putra tertua Jamal Khashoggi, Salah (kiri) berjabat tangan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dalam pertemuan keduanya di Istana Kerajaan Saudi, Riyadh, Selasa (23/10/2018). (SAUDI PRESS AGENCY)

Menurut New York Times, setelah menyangkal tahu soal hilangnya Jamal Khashoggi, kerajaan (Arab) akhirnya mengakui bahwa sebuah tim membunuhnya di dalam misi diplomatik.

Meski demikian, pihak Arab Saudi membantah putra mahkota terlibat di dalamnya.

Sementara itu, penyadapan percakapan oleh badan intelejen AS merupakan bagian dari upaya rutin oleh badan kemanan nasional dan lembaga lain, untuk menangkap dan menyimpan komunikasi para pemimpin global, termasuk bersekutu.

Namun, percakapan itu baru-baru ini ditranskrip.

Lantaran meningkatnya upaya intelijen AS untuk menemukan bukti konklusif yang menghubungkan sang pangeran dengan pembunuhan Khashoggi.

Pembicaraan itu terjadi antara putra mahkota dan seorang ajudan, Turki Aldakhil, pada September 2017 - sekitar 13 bulan sebelum pembunuhan.

Pangeran mengatakan bahwa jika Khashoggi tidak bisa dibujuk untuk kembali ke Arab Saudi, maka dia harus dibawa kembali dengan paksa.

Jika tidak ada satu pun dari metode itu yang berhasil, maka ia akan mengejar Khashoggi "dengan peluru".

Laporan itu muncul setelah seorang ahli hak asasi manusia PBB yang menyelidiki kasus itu mengatakan, rezim Saudi "secara serius membatasi dan merusak" penyelidikan Turki terhadap pembunuhan Khashoggi .

Agnes Callamard, seorang pelapor khusus PBB tentang pembunuhan di luar proses hukum, mengatakan pembangkang Saudi dan kolumnis Washington Post (Jamal Khashoggi) adalah korban dari "pembunuhan brutal, terencana yang direncanakan dan dilakukan oleh pejabat negara bagian Arab Saudi".

Diketahui, Khashoggi mau ke konsulat Saudi di Istanbul atas janji diberi dokumen yang akan membantunya menikah lagi.

Halaman
12
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved