Kabar Tokoh
Fahri Hamzah: Pak Presiden, Sudah 6 Bulan Korban Gempa Belum Dapat Rumah yang Bapak Janjikan
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menuliskan catatannya terkait evaluasi penangan korban bencana alam di NTB, Sulteng, Banten, dan Lampung.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
Data ini sangat mengecewakan. Pak presiden ingat, Sudah 178 hari atau hampir 6 bulan lebih telah berlalu sejak gempa pertama. Baru 2,05% rumah yang dikerjakan; adapun rumah yang sudah selesai pengerjaannya baru 191 unit atau setara 0,08% dari total rumah rusak. #TimwasBencanaDPR
Saya ingat, dulu, pembangunan rumah bagi korban gempa dijanjikan akan kelar dalam 6 bulan. Kini, 6 bulannya sudah mau selesai. Rumah yang selesai dibangun belum mencapai 1%.
#TimwasBencanaDPR
Bangsa kita beruntung, masih memiliki solidaritas sosial yang kuat; ribuan relawan datang, ratusan milyar dana mereka sumbangkan. Solidaritas sosial itulah yang menjadi penopang bagi korban gempa hingga mendapatkan banyak bantuan rumah tumbuh atau huntara. #TimwasBencanaDPR
Solidaritas itulah yang bekerja secara aktif di NTB, di saat negara tampak lamban, dalam menjalankan kewajibannya. Keluarga, masyarakat dan kearifan lokal masyarakat Indonesia akhirnya menjadi penopang gagalnya fungsi negara. #TimwasBencanaDPR
Apa sebenarnya masalah penanganan korban ini? Padahal BNPB mengaku telah mentransfer dana 3,515 Triliun; dimana 156 ribu warga sudah menerima bantuan itu senilai 3,425 triliun, sebagian sisanya masih tertahan.
#TimwasBencanaDPR
Jika 156 ribu warga sdh menerima dana bantuan, dgn asumsi 1 rumah utk 1 KK, maka masih terdapat 60.844 rumah yang masih belum ada kejelasannya, apakah dibantu ataukah tidak. Di musim hujan yang deras ini, perih membaca data yg masih jauh dari janjinya. #TimwasBencanaDPR
Tapi mari kita lewatkan sejenak fakta itu. Mari kita fokus pada uang yang sdh diterima masyarakat senilai 3,425 T yang menjangkau 156 ribu warga; namun stlh 5 bln bencana, rumah yg baru dikerjakan hanya 4.429 unit? Setelah hampir 6 Bln bencana, rumah yang selesai baru 191 unit?
Apa masalahnya? Apa yang sebenarnya terjadi? Ini yang sejak awal saya ingatkan, leadership penanganan bencana mesti kuat, birokrasi bencana mesti lugas dan ringkas, serta sistem pembiayaannya juga mesti terang benderang. #TimwasBencanaDPR
Setelah lima bulan lebih penanganan korban di NTB, saya harus katakan, penanganan bencana di NTB berbelit-belit; bahkan untuk pembangunan rumah tahan gempa, prosedurnya saya nilai lebih rumit dari membangun rumah murah (subsidi). #TimwasBencanaDPR
Padahal, presiden sendiri telah meng-klaim membangun sejuta rumah buat rakyat, tetapi kenapa rumah bagi korban susah?
Disini, saya coba paparkan beberapa contoh kerumitan (kelambanan) dalam penanganan dampak bencana di NTB. Termasuk dalam memenuhi janji rumah yang telah diumumkan dalam gegap gempita. #TimwasBencanaDPR
Misalnya, pertama, spesifikasi teknis untuk setiap bangunan memerlukan bahan dan material yang “khusus”; dan “memaksa” mobilisasi material dari luar daerah. Warga membutuhkan rumah tinggal sesegera mungkin, namun material mesti diangkut dari luar. #TimwasBencanaDPR
Contoh kedua, proses pembentukan POKMAS yang mengeksekusi belanja hunian tetap bagi warga juga panjang sekali. Per 22 Januari, POKMAS yang terbentuk baru 1.936 yang menjangkau 23.565 KK. Artinya 132.110 KK blm dikonsoloidasi membentuk POKMAS. #TimwasBencanaDPR
Setelah membentuk POKMAS pun masih ada tahapan2 lain yang mesti dipenuhi, baru proses pembangunan itu bisa dijalankan. Apa sih susahnya memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan Pemda untuk belanja dan menggunakan sumber saya lokal yg ada? #TimwasBencanaDPR
Contoh ketiga, dlm 1 pokmas ada 10 - 15 KK pencairan tahap I Rp 25 juta ke masing2 KK dan apabila 1 KK sdh mencapai 100% fisik dari dana tahap I, baru bisa dilanjutkan pencairan tahap ke II apabila seluruh KK sdh mencapai 100% . Akibatnya realisasi pembangunan menjadi lambat.