Breaking News:

Kabah Tokoh

BMKG Sebut Gempa Beruntun di Selat Sunda Tak Potensi Tsunami, Andi Arief: Jangan Menyepelekan

Andi Arief memberikan tanggapan terkait pernyataan BMKG yang menyebut gempa beruntun di Selat Sunda tak berpotensi tsunami

Penulis: Nirmala Kurnianingrum
Editor: Wulan Kurnia Putri
Tribunnews.com
Ilustrasi Andi Arief. Andi Arief memberikan tanggapan terkait pernyataan BMKG yang menyebut gempa beruntun di Selat Sunda tak berpotensi tsunami 

TRIBUNWOW.COM - Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam press release-nya menyatakan gempa beruntun sebanyak 11 kali di Selat Sunda tidak berpotensi tsunami.

Gempa tersebut terjadi pada Kamis sore (10/1/2019).

Melihat hal tersebut, Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief langsung memberikan tanggapan terkait penyataan BMKG.

Tanggapan itu disampaikan Andi Arief melalui akun Twitter @AndiArief__, Jumat (11/1/2019).

Dalam kicauannya itu, Andi Arief menghimbau kepada BMKG, BNPB dan PVMBG untuk tidak menyepelekan gempa beruntun di Selat Sunda tersebut.

Ia mendesak pihak terkait untuk memberikan penjelasan atas kejadian tersebut.

Menurutnya, semua kejadian yang aneh jangan dibiarkan.

Pertimbangkan Kondisi Potensi Gempa di Selat Sunda, BMKG Peringatan Waspada Tsunami Masih Diterapkan

"BMKG, BNPB dan PVMBG sebaiknya jangan menyepelekan dua gempa beruntun yang misterius kemarin di Selat Sunda.

Harus ada penjelasan.

Semua yang anomali jangan dibiarkan," tulis Andi Arief.

Capture Twitter @AndiArief__, Jumat (9/1/2019)
Capture Twitter @AndiArief__, Jumat (9/1/2019) (Twitter/ @AndiArief__)

Dilansir oleh Serambinews.com, Kamis (10/1/2019), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan pada hari Kamis, (10/1/2019), wilayah Selat Sunda terjadi aktivitas gempa beruntun sebanyak 11 kali dengan magnitudo M=3.1, M=3.0, M=3.1, M=3.3, M=3.3, M=3.9, M=4.1, M=3,5, M=4.0, M=2.8 dan M=2.8.

Dengan masing-masing memiliki kedalaman hiposenter 1 kilometer, pada rentang waktu mulai 16.59 WIB – 18.35 WIB.

Aktivitas gempa ini berada dalam radius 36.5 km dari Gunung Anak Krakatau.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan hasil monitoring BMKG melalui Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Water Level milik BMKG menunjukkan bahwa hingga pukul 18.35 WIB aktivas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan ketinggian muka air laut (tsunami) di sepanjang pantai Selat Sunda.

Aktivitas gempa tersebut terdeteksi di 7 stasiun seismik milik BMKG yakni di Tangerang, Serang, Cigeulis, Muara Dua, Bandar Lampung, Sukabumi, dan Liwa.

Kata BMKG soal Beredarnya Isu Tsunami akan Terjadi di Tapanuli Tengah

“Sejak terjadi tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 hingga hari ini, Kamis 10 Januari 2019 hasil monitoring BMKG telah berhasil menentukan paramater 28 aktivitas kegempaan di Gunung Anak Krakatau,” ujarnya melalui akun instagram @bmkg.

Rahmat meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi/ berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Informasi resmi hanya bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang disebarluaskan melalui kanal-kanal komunikasi terverifikasi.

Doni Monardo Prioritas Dampak Bencana

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang baru dilantik, Doni Monardo memprioritaskan penyelesaian dampak bencana.

"Prioritas utama menyelesaikan beberapa wilayah yang terdampak bencana," ujar Doni usai pelantikan di Istana Negara, Rabu (9/1/2019).

Beberapa wilayah yang terdampak bencana di tahun 2018 masih memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.

Antara lain bencana gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan bencana tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Selain itu ada pula bencana tsunami yang menerjang selat sunda di penghujung tahun.

Bencana tersebut berdampak bagi wilayah Banten dan Lampung.

Selain upaya penyelesaian, Doni juga menegaskan untuk mengembangkan program mitigasi.

Hal itu untuk mempersiapkan tanggap bencana yang cepat.

"BNPB menyusun program mitigasi, kita tingkatkan setingkat desa dan RW," terang Doni.

Sebagaimana instruksi presiden Joko Widodo sebelumnya, BNPB akan memantau masuknya mitigasi bencana dalam kurikulum pendidikan.

Masuknya mitigasi dalam kurikulum akan membuat pelajar Indonesia cepat dalam menanggapi bencana.

Doni juga menegaskan posisi BNPB yang tetap berada di bawah presiden.

Sebelumnya terdapat rencana perubahan struktur yang menempatkan BNPB di bawah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).

(TribunWow.com/ Nirmala)

Tags:
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Gempa BumiSelat SundaTsunami Selat Sunda
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved