Kenapa Akhir-akhir Ini Angin Begitu Kencang? Berikut Penjelasan dari BMKG
BMKG jelaskan terkait fenomena angin kencang hingga terjadi angin puting beliung yang terjadi pada akhir penghunjung tahun 2018.
Penulis: Atri Wahyu Mukti
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penjelasannya mengenai sering terjadinya angin kencang yang melanda beberapa wilayah di Indonesia akhir-akhir ini.
Hal itu disampaikan BMKG melalui akun Instagram resminya @infobmkg pada Minggu (30/12/2018).
Diketahui sebelumnya bahwa akhir-akhir ini Indonesia sering dilanda bencana angin kencang di beberapa wilayah seperti di Cirebon, Kapuas Hulu, Halmahera Barat, dan beberapa wilayah lainnya.
Atas peristiwa yang terjadi itu, BMKG ingin menjawab pertanyaan masyarakat terkait dengan kecepatan angin yang cukup tinggi di wilayah Indonesia.
BMKG menerangkan terkait kecepatan angin tinggi yang terjadi tidak hanya datang dalam beberapa menit saja, akan tetapi dapat terjadi dengan durasi yang cukup atau hampir sepanjang hari.
BMKG menjelaskan penyebab yang paling dominan dari peningkatan kecepatan angin yaitu akibat dari peningkatan tekanan udara di wilayah Asia.
"Penyebab yang paling dominan dari peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia adalah akibat peningkatan tekanan udara di wilayah Asia yang saat ini sedang terjadi musim dingin," tulis akun resmi @infobmkg.
Posisi matahari pun menjadi salah satu penyebab terjadinya angin kencang.
"Sementara itu, posisi matahari yang berada di selatan khatulistiwa karena gerak semu tahunan matahari menyebabkan di wilayah Indonesia dan Samudera Hindia akan banyak terbentuk daerah tekanan rendah, (seperti daerah tekanan rendah yang saat ini terbentuk di selatan Papua dan Jawa Timur)," imbuh akun BMKG.
• Detik-Detik Video Pusaran Angin Puting Beliung di Cirebon, 165 Rumah Rusak
Dari perbedaan tekanan antara dataran Asia dan Indonesia itulah yang mengakibatkan negara Indonesia mengalami peristiwa angin kencang akhir-akhir ini.
Diperkirakan fenomena angin kencang tersebut akan berlangsung hingga awal tahun 2019.
"Akibat dari perbedaan tekanan antara dataran Asia dan Indonesia yang cukup besar ini adalah pergerakan massa udara dari Asia menuju Indonesia yang cukup kuat selama beberapa hari terakhir, dan bahkan hingga awal tahun 2019 nanti.
Kondisi kecepatan angin yang cukup tinggi ini diprakirakan akan berlangsung hingga awal tahun 2019 nanti mengingat tekanan tinggi di Asia juga masih akan bertahan cukup lama," ungkapnya.
Dari fenomena angin kencang yang terjadi di Indonesia hingga awal tahun 2019 nanti, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan terkait potensi dampak akibat angin kencang terutama di wilayah pesisir pantai.
Masyarakat diminta untuk selalu waspada terhadap benda-benda yang berpotensi roboh akibat angin kencang seperti pohon besar hingga tiang baliho yang berpotensi tumbang.
"BMKG menghimbau agar masyarakat betul-betul memperhatikan terkait potensi dampak akibat angin kencang ini (seperti pohon, baliho ukuran besar, dan benda lainnya yang berpotensi roboh akibat angin kencang) terutama di wilayah pesisir pantai."
• Kronologi Balita Tak Sengaja Tembak Ibu Kandungnya dengan Senapan Angin di Jombang
• Gempa Bumi 5,1 Mw Guncang Halmahera Barat, BMKG Sebut Tak Berpotensi Tsunami
Selain itu, terjadinya peningkatan ketinggian gelombang hingga awal 2019 nanti, BMKG juga menghimbau para nelayan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di laut.
Dikutip dari website resmi bmkg.go.id, menjelang tahun baru 2019 BMKG menginformasikan tentang potensi angin kencang dan gelombang tinngi di sejumlah wilayah melalui siaran pers.
• Prakiraan Cuaca Malam Tahun Baru - Hujan Diprediksi Terjadi di Wilayah Indonesia Bagian Barat
Potensi angin kencang dan gelombang tinggi tersebut terjadi karena berdasarkan kondisi atmosfer terkini.
"Aliran massa udara dingin dari Asia masih mendominasi wilayah Indonesia. Pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Filipina dan Laut Cina Selatan menyebabkan massa udara dingin dari Asia cukup terkonsentrasi di wilayah utara," tulis BMKG pada Jumat (28/12/2018).
(TribunWow.com/ Atri Wahyu)