Terkini Internasional
Lagi, Bocah Migran Meninggal Dunia setelah Sakit di Tahanan Patroli Perbatasan AS
Seorang bocah migran asal Guatemala berusia 8 tahun meninggal dunia saat tengah menjalani masa tahanan di penjara perbatasan Amerika Serikat-Meksiko.
Penulis: Laila Zakiyya Khairunnisa
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Seorang bocah migran berusia 8 tahun yang ditahan oleh United Stated Customs and Border Protection (CBP) atau Patroli Perbatasan Amerika Serikat, meninggal dunia pada Selasa (25/12/2018).
Bocah tersebut diidentifikasi oleh Kongres Kaukus Hispanik sebagai Felipe Alonzo-Gomez, namun pihak pemerintah secara resmi belum mengkonfirmasi hal tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari The Washington Post, ini merupakan kasus kedua meninggalnya seorang bocah migran dalam tahanan untuk bulan ini.
Rep. Joaquin Castro, ketua terpilih untuk Kongres Kaukus Hispanik, mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memastikan jumlah anak yang meninggal dalam tahanan CBP.
"Kebijakan administrasi untuk menjauhkan orang dari pelabuhan masuk resmi, atau dikenal sebagai metering, menempatkan keluarga dan anak-anak dalam bahaya besar," Kata Castro.
"Dengan dua kematian yang kita tahu dalam beberapa minggu terakhir ini, Kongres akan menekan Departemen Keamanan Dalam Negeri hingga kami mendapat jawaban atas semua pertanyaan yang kami berikan," sambungnya.
• Ketika Presiden AS Donald Trump Mengeluh Sendirian di Gedung Putih
Felipe telah menunjukkan kondisi tidak sehat sejak Senin (24/12/2018) dan telah dibawa pihak berwajib bersama sang ayah ke rumah sakit di Alamogordo, New Mexico.
Alamogordo, berada sekitar 90 mil dari perbatasan Amerika-Texas di El Paso.
Berdasarkan pengakuan CBP yang dilansir Usatoday.com, ia didiagnosa dengan flu dan demam, setelah itu diberikan resep amoxicillin dan Ibuprofen.
Sempat ditahan selama 90 menit di rumah sakit tersebut, ia akhirnya diperbolehkan kembali ke tahanan Senin malam.
Saat kembali ke tahanan, bocah tersebut sempat merasa mual dan muntah, kemudian dibawa kembali ke rumah sakit dan meninggal dunia beberapa jam kemudian.
Pihak rumah sakit yang sempat menangani bocah tersebut, Gerald Champion Regional Medical Center, menolak untuk berkomentar terkait hal tersebut.
• Ini Video dan Foto-foto Bekas Tembakan di Mobil Anggota TNI yang Tewas di Jatinegara
Penyebab resmi soal kematian bocah tersebut masih belum diketahui, apakah terkait dengan flu dan demam yang dideritanya atau karena hal lain.
Sesuai dengan kebijakan CBP, pihak terkait akan meninjau kembali kasus tersebut.
CBP juga mengabarkan hal tersebut ke Departemen Keamanan Dalam Negeri dan pihak pemerintah Guatemala.
Sebelumnya, pihak CBP tidak mengabarkan alasan maupun kronologi tertangkapnya Felipe dan ayahnya.
Pihaknya hanya mengatakan bahwa Felipe dan ayahnya sebelumnya telah ditahan oleh anggota CBP.
Namun, CBP tidak memberi informasi berapa lama mereka telah ditahan.
CBP biasanya menahan imigran ketika mereka melintasi perbatasan.
• Pelaku Penembakan Anggota TNI di Jatinegara Ditangkap Pihak Kepolisian
Para pelanggar akan ditahan untuk jangka waktu singkat sebelum akhirnya dilepaskan atau diserahkan ke Penegak Hukum dan Kepabeanan AS.
Menurut pengakuan Menteri Luar Negeri Guatemala, Felipe dan ayahnya memasuki El Paso pada 18 Desember lalu, kemudian dibawa oleh petugas perbatasan Minggu (23/12/2018).
Xochitl Torres Small, seorang nasionalis yang akan mewakili Guatemala mulai Januari, meminta investigasi yang transparan dan teliti untuk kematian anak-anak tersebut serta menambahkan lebih banyak sumber daya medis untuk ditempatkan di perbatasan.
"Ini tidak bisa ditolerir. Daripada berpura-pura menjaga keamanan anak-anak dan kami semua di perbatasan, pihak berwenang seharusnya memaksa pemerintah untuk menghancurkan tembok penghalang itu," kata Torres.
Kematian Felipe ini, diketahui terjadi tepat tujuh belas hari setelah kasus meninggalnya seorang bocah perempuan lain, Jakeliin Caal, yang berumur 7 tahun.
Jakelin yang juga merupakan warga Guatemala meniniggal dunia 8 Desember lalu setelah dinyatakan dehidrasi dan shock setelah 36 jam penangkapannya oleh polisi perbatasan. (TribunWow.com/Laila Zakiyya)