Tsunami di Banten dan Lampung
Pendapat Peneliti soal Tsunami Banten dan Lampung: Fenomena Langka hingga Alasan Bisa Terjadi
Peneliti LIPI menilai tsunami di Selat Sunda sebagai fenomena unik dan langka, sementara Volkanolog ITB paparkan kemungkinan bencana itu bisa terjadi.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Lailatun Niqmah
Lebih lanjut Mirzam mengatakan, gunung yang terletak di tengah laut ataupun yang berada di pinggir pantai seperti Gunung Anak Krakatau ini sewaktu-waktu dapat sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami.
"Volcanogenic tsunami bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api," terangnya.
Mirzam juga memaparkan, terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.
Pertama, kolapnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut.
Sebagai gambaran, ini terjadi seperti ketika meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.
Dua, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba.
Misalnya seperti ketika sedang menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikkannya.
"Mekanisme satu dan dua ini pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883. Tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan," katanya.
• Herman Seventeen Jadi Korban Meninggal Tsunami Banten, sang Istri: Pamitnya Beda
Tiga, karena material gunung api yang longsor kemudian memicu perubahan volume air di sekitarnya.
Peristiwa tsunami tipe ini pernah terjadi di Gunung Unzen, Jepang, pada tahun 1972.
Korban jiwa dalam becanda kala itu hingga mencapai 15.000 jiwa disebabkan pada saat yang bersamaan sedang terjadi gelombang pasang.
Empat, aliran piroklastik atau yang sering dikenal wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi, bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai.
Tsunami tipe ini pernah terjadi saat Gunung Pelee, Martinique, pada 8 Mei 1902.
Saat itu aliran piroklastik Gunung Pelle yang meluncur dan menuruni lereng akhirnya sampai ke Teluk Naples, mendorong muka laut dan menghasilkan tsunami.
"Volcanogenic tsunami akibat longsor atau pun aliran piroklastik umumnya akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih kecil dibandingkan dua penyebab sebelumnya, namun bisa sangat merusak dan berbahaya karena tidak didahului oleh surutnya muka air laut, seperti yang terjadi di Selat Sunda tadi malam," katanya.