Kabar Tokoh
Donald Trump Saling Serang dengan Emmanuel Macron soal Nasionalisme dan Globalisme, SBY: Menarik
Presiden keenam Republik Indonesia (RI) SBY menanggapi argumen antara dua pemimpin negara barat tentang nasionalisme dan globalisme.
Penulis: Maria Novena Cahyaning Tyas
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Presiden keenam Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi argumen antara dua pemimpin negara barat tentang nasionalisme dan globalisme.
Hal ini diungkapkannya melalui cuitan di akun Twitternya (@SBYudhoyono), Rabu (14/11/2018).
Dua pemimpin negara barat tersebut adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Menurutnya, argumen antara kedua pemimpin negara ini menarik untuk diikuti sebab Donald Trump mengutamakan globalisme, sementara Emmanuel Macron mengutamakan nasionalisme dan patriotisme.
• KPK Kembali Buka Kasus Bank Century: Miranda Goeltom Dimintai Keterangan hingga Tanggapan SBY
SBY berpendapat negara-negara barat memiliki definisi tersendiri mengenai nasionalisme yang dinilai tak baik sementara negara-negara lain juga punya definisinya tersendiri, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut, menurut SBY, keduanya tak perlu dipertentangkan dan sebenarnya bisa hidup saling berdampingan.
Berikut cuitan lengkap dari SBY terkait globalisme dan nasionalisme yang didebatkan oleh Donald Trump dan Emmanuel Macron.
"Menarik mengikuti "serang-menyerang" antara pemimpin Negara Barat tentang "nasionalisme", utamanya Trump (AS) lawan Macron (Perancis).
Yang satu utamakan "nasionalisme & patriotisme" ketimbang "globalisme". Yang lain kedepankan "globalisme" & kecam "nasionalisme".
Negara Barat definisikan sendiri apa itu "nasionalisme", yang dinilai tak baik. Sementara negara Non-Barat, termasuk Indonesia, punya definisi lain.
Saya berpendapat keduanya tak perlu dipertentangkan. Globalisme (dulu internasionalisme) & nasionalisme bisa akur & berdampingan.
Nasionalisme perlu diartikan sebagai "cinta bangsa". Setiap bangsa tentu punya "rasa, semangat, & wawasan kebangsaannya" masing-masing.
Andaikata kini negara-negara hidup dalam "perkampungan global" (global village), tetap saja miliki rumah sendiri. Rumah itulah "kebangsaannya".
Tak salah jika ada yang katakan "kepentingan bangsalah" yang harus diutamakan, sepanjang tidak merugikan & memusuhi bangsa lain.
Saya setuju dengan pandangan Bung Karno ~ hakikatnya nasionalisme & internasionalisme miliki hubungan positif & tak harus bermusuhan.
Yang penting kita tak anut "narrow nationalism" yang tak peduli terhadap kepentingan bersama (shared interests) bagi dunia yang damai, adil, & sejahtera.
Partai Demokrat (yang saya gagas & dirikan) berpaham "Nasionalis-Religius" ~ "partai kebangsaan yang ber-Ketuhanan", menuju Indonesia Maju," tulis SBY.
• Ferdinand Hutahaean Klaim Strategi Kampanye Capaian SBY akan Untungkan Demokrat dan Prabowo-Sandi

The Guardian melaporkan pada Selasa (13/11/2018), Presiden AS Donald Trump melontarkan kalimat-kalimat bernada 'serangan' terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Hal ini kabarnya dipicu oleh kesalahpahaman Trump dalam memaknai komentar Emmanuel Macron dalam sebuah sesi wawancara di stasiun radio Europe 1.
Diketahui sebelumnya Macron memberikan dukungan kepada tentara-tentara Eropa agar dapat melindungi wilayahnya masing-masing tanpa harus bergantung pada Amerika Serikat.
Dalam sebuah segmen wawancara bersama stasiun radio Europe 1 Emmanuel Macron juga berbicara tentang keamanan siber (cybersecurity), tekanan pada multilateralisme (hubungan antara banyak negara), serta ancaman untuk menarik diri dari perjanjian nuklir dan berkata, "Kita harus melindungi diri kita sendiri ketika hal tersebut berkaitan dengan China, Rusia, dan bahkan AS,".
Komentar ini mengundang lontaran kemarahan dari Donald Trump dan diungkapkan melalui cuitan di akun Twitter resminya (@realDonaldTrump), Selasa (13/11/2018).
Ia menyinggung bahwa warga Prancis sempat belajar Bahasa Jerman ketika Perang Dunia I dan II sebelum akhirnya 'menyelamatkan' mereka dari penjajahan Jerman.
Trump bahkan mengancam mengurangi bantuan AS pada NATO sebagai ungkapan kemarahan atas komentar Macron.
"Emmanuel Macron suggests building its own army to protect Europe against the U.S., China and Russia. But it was Germany in World Wars One & Two - How did that work out for France? They were starting to learn German in Paris before the U.S. came along. Pay for NATO or not!," tulis Donald Trump.
• Kedatangan Donald Trump dalam Peringatan 100 Tahun Berakhirnya Perang Dunia I Disambut Protes
Kemudian Trump menuliskan cuitan keduanya yang menuding Prancis berlaku tidak adil dalam kebijakan impor dan ekspor terkait wine Prancis dan AS.
Menurutnya Prancis mempersulit AS untuk menjual wine mereka di negara tersebut dan memasang pajak yang mahal, sementara itu AS berlaku sebaliknya.
"On Trade, France makes excellent wine, but so does the U.S. The problem is that France makes it very hard for the U.S. to sell its wines into France, and charges big Tariffs, whereas the U.S. makes it easy for French wines, and charges very small Tariffs. Not fair, must change!," lanjutnya.
• Tahu Rusia dan China Lakukan Penyadapan, Trump Tetap Gunakan Ponsel Pribadi
Terkait hal ini, Kantor Presiden Prancis enggan menanggapi cuitan tersebut.
Mereka menyebut Macron telah menjelaskan tentang pasukan Eropa dan pertahanan Eropa kepada Trump dalam pertemuan mereka di Paris beberapa waktu yang lalu. (*)