Kabar Tokoh
Tanggapi Istilah 'Genderuwo' hingga 'Sontoloyo', Rocky Gerung: Menandakan Jokowi Tidak Origin Lagi
Rocky Gerung tampak memberi tanggapan terkait politik kata-kata seperti istilah 'Politik Genderuwo' hingga 'Politikus Sontoloyo'.
Penulis: Vintoko
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNWOW.COM - Ahli filsafat Rocky Gerung tampak memberi tanggapan terkait politik kata-kata yang disampaikan masing-masing calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pilpres 2019.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam program 'Kabar Petang' di tvOne, Senin (12/11/2018).
Awalnya, pembawa acara menanyakan perbedaan cara berpolitik masing-masing capres-cawapres saat Pilpres tahun 2014 dengan sekarang.
• Pidato di Hari Jadi PSI, Presiden Jokowi kembali Sebut Istilah ‘Politik Genderuwo’
"Saya kira benar 2014, Pak Jokowi (Joko Widodo) itu lebih otentik, artinya jadi apa yang dipikirkannya yang diucapkan, orang menganggap Jokowi ya itu," kata Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky Gerung mengatakan jika Jokowi selalu melirik teks saat menyampaikan istilah seperti 'genderuwo' dan 'sontoloyo'.
"Artinya ada yang supply, itu yang bagi saya justru tidak otentik. Karena sebelumnya beliau memakai metafora, 'Winter is Coming', 'Thanos', sekarang dia pindah langgam, grammar ke istilah fit dan proper dengan suasana mistik," ujar Rocky Gerung.
"Jadi itu menandakan bahwa Pak Jokowi akhirnya tidak origin lagi. Kalau Pak Prabowo (Prabowo Subianto) dia mengucapkan sesuatu dan publik anggap itu keliru, tapi dia ucapkan itu tanpa teks, itu aslinya Prabowo begitu," imbuh Rocky Gerung.
Menurutnya jika Jokowi sering dikritik karena penggunaan istilah 'genderuwo' ataupun 'sontoloyo' maka yang harus disalahkan adalah yang membuat teks itu.
"Kalau Pak Jokowi sekarang dikritik, mesti yang disalahkan adalah yang bikin teks itu," kata Rocky Gerung.
Simak video selengkapnya di bawah ini:
Sebelumnya, Jokowi kembali memperkenalkan istilah baru untuk menyindir politikus dengan sebutan 'genderuwo' setelah menggunakan sebutan 'politikus sontoloyo'.
"Yang tidak pakai etika politik yang baik. Tidak pakai sopan santun politik yang baik. Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran," kata Jokowi dikutip dari Kontan.co.id.
• Mengaku Terinspirasi dari Jokowi, Fadli Zon Bikin Puisi Ada Genderuwo di Istana, Begini Isinya
Tak hanya itu, setelah ditakut-takuti politikus itu kerap membuat sebuah ketidakpastian dan menggiring masyarakat yang tidak benar serta ragu-ragu.
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? Itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," tambah Jokowi.