Insiden Surabaya Membara
3 Penonton Surabaya Membara Tewas saat Kereta Lewat, Ini Tanggapan Panitia, Pemkot dan Pemprov Jatim
Acara pertunjukan drama kolosal 'Surabaya Membara' dikabarkan mengalami kajadian tragis hingga 3 meninggal. ini penuturan dari berbagai pihak.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Acara pertunjukan drama kolosal 'Surabaya Membara' dikabarkan mengalami kajadian tragis ketika sejumlah penonton tertabrak kereta saat menonton dari viaduk, di depan Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan, Surabaya, pada Jumat (9/11/2018) malam.
Dilansir TribunWow.com dari SuryaMalang.com, Jumat (9/11/2018), ada tiga penonton yang dilaporkan meninggal dunia dalam insiden itu.
Tiga penonton Surabaya Membara yang tewas itu adalah Erikawati (9), Helmi Suryawijaya (13), dan Bagus Ananda (17).
Sementara itu ada 19 orang terluka yang dirawat di tiga rumah sakit berbeda, yaitu RS Soetomo, RS Soewandhi dan Rumah Sakit PHC Surabaya.
Sejumlah pihak terkait memberi penjelasan mengenai kejadian nahas ini.
• Bagikan Kisah saat Tragedi, Penonton Surabaya Membara Ungkap Penyebab Belasan Orang Tertabrak Kereta
Panitia acara sebut telah beri peringatan
Ketua Komunitas 'Surabaya Membara' Taufik Monyonk alias M Taufik Hidayat menjelaskan, kejadian kecelakaan penonton di atas viaduk yang tertabrak kereta api di luar kendali pihaknya, dilasnir dari TribunJatim.com, Jumat (9/11/2018).
Taufik mengaku bahkan sudah mengingatkan berulang kali para penonton di atas viaduk.
Viaduk itu bertepatan dengan di atas bangunan kantor gubernur Pemprov Jatim dan Taman Tugu Pahlawan untuk turun.
"Kami sudah mengimbau berulang kali, mereka hanya acungkan jempol. Di luar kendali kita karena lokasi yang kita siapkan di Jalan Pahlawan. Lepas rel di luar pengawasan kita, bahkan penontom sampai Pasar Turi," katanya seusai acara selesai.
Taufik mengaku jarak pandangnya tidak sampai ke arah viaduk.
• 3 Identitas Korban Tewas Insiden Surabaya Membara Teridentifikasi, Berikut Tanggapan Pemprov Jatim
Menurutnya, dua tiga tahun lalu pada acara yang sama tidak pernah ada kereta yang melintas.
"Memang dua, tiga tahun lalu tidak ada kereta lewat, sampai selesai acara. Saya juga tidak tahu jadwal kereta lewat, kok tadi ada kereta lewat," tambahnya.
Taufik menjelaskan, ini karena antusias masyarakat yang luar biasa besarnya, sehingga mereka memaksa bisa menyaksikan drama kolosal, dari tempat yang memungkinkan meski berbahaya.
Drama kolosal Surabaya Membara pun dikatakan sudah direncanakan dengan sangat matang, terbukti dari adanya surat yang dikeluarkan pihak kepolisian, dilansir dari Kompas TV, Sabtu (10/11/2018).
"Kami sebenarnya ingin pemerintah itu sejak awal sebagai komponen partisipasi terhadap Komunitas Surabaya Membara," lanjutnya.
Selain itu pihak panitia juga sudah mempersiapkan sarana kesehatan ambulan dan mobil pemadam kebakaran untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan.
Taufik menuturkan memiliki alasan kenapa pertunjukan itu tetap diteruskan meski pihak panitia sudah tahu adanya kecelakaan.
Menurut Taufik, teman-teman panitia telah bekerja keras untuk acara Surabaya Membara ini.
"Teman-teman ini sudah bekerja keras, banyak teman dari daerah juga sudah latihan 1 bulan, banyak yang shok juga. Kasihan kalau tidak jadi tampil. Meski begitu pertunjukan yang asalnya 60 menit nggak sampai, jadi 40 menit," kata Taufik.
Sebagai Ketua Komunitas Surabaya Membara, Taufik menyampaikan turut berduka, dan merasa khawatir beberapa korban di antaranya adalah adik-adiknya yang pernah mengikuti Surabaya Membara.
• Cerita Saksi Mata Penonton Surabaya Membara Tertabrak Kereta, Teriakan Histeris hingga Saling Dorong
Pemerintah Kota Surabaya sebut panitia tak koordinasi
Dilansir TribunWow.com dari Surya.co.id, Sabtu (10/11/2018), Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memberikan pernyataan tegas bahwa tidak ada kordinasi pihak panitia Surabaya Membara dengan Pemerintak Kota (Pemkot) Surabaya.
"Kami tidak ada kordinasi. Tahun ini yang jelas, saya tidak ngomong tahun kemarin, tapi tahun ini tidak ada," sergah Risma tegas usai memimpin upacara Hari Pahlawan di Halaman Taman Surya, Sabtu (10/11/2018)
Risma menuturkan telah menyelidiki dari camat hingga asisten sekretaris daerah tidak ada yang tahu.
"Jadi pertama kami tidak tahu saya cek mulai camat, semua asisten sekertaris daerah semalam tidak ada yang tahu. Saya pun nggak ngerti, saya tahu setelah ada kejadian, jadi tidak ada surat pemberitahuan dan izin sama sekali jadi saya jangan ditanya itu. Karena kami tidak tahu sama sekali jadi tolong tanya panitia," terang Risma
Lanjutnya, Risma mengatakan para korban telah ditangani dengan baik.
"Semampu kami karena ada yang lukanya parah, ini juga masih ada yang kondisi kritis. Jadi sekali lagi semampu kami. Kemarin langsung Linmas bawa 10 ambulan disebar di beberapa rumah sakit, supaya mempercepat penanganannya. Yang kita bisa jelaskan korban sudah kita tangani dengan baik," terang Risma lagi.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo sebut Pemprov beri santunan
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan membiayai pengobatan maupun penguburan korban insiden viaduk di acara Surabaya Membara yang mengalami luka-luka dan atau meninggal dunia, dilansir dari SuryaMalang.com, Sabtu (10/11/2018).
Soekarwo mengatakan pembiayaan tersebut sebagai bentuk pendekatan kemanusiaan kepada korban baik yang terluka maupun meninggal dunia.
"Ini pendekatan kemanusian bukan mencari yang salah dan benar. Cari solusi yang ada," kata Soekarwo.
Pihaknya juga akan memberikan santunan sebesar Rp 10 juta untuk korban meninggal pasca insiden kecelakaan penonton terlindas kereta api.
"Biaya pengobatan semua ditanggung. Yang saat ini korban terluka ada di RS Dr Soetomo, RS PHC dan RS Soewandhi," sambungnya.
• Cerita Presiden Jokowi saat Keliling Bandung Menaiki Sepeda Ontel Tanpa Rem, Sempat Merasa Grogi
Cerita dari penonton yang terluka
Dilansir TribunWow.com dari SuryaMalang.com, Sabtu (10/11/2018), seorang penonton yang ikut naik ke atas viaduk bernama A Nur Aziz (19) menceritakan kejadiaan tragis saat itu.
Nur Aziz mengaku sangat menghafal insiden yang dialaminya saat menonton Surabaya Membara kala itu.
Nur Aziz yang merupakan Mahasiswa Stikosa AWS Surabaya menjadi salah satu dari 8 korban luka-luka yang di rawat di RS Dr Soetomo.

Ia terluka ringan dan merasakan dada sesak karena kejadian itu.
"Saya luka ringan, dan memar dibahu kiri dan dada sesak," ujar Nur Aziz.
Nur Aziz menuturkan, ia naik ke atas viaduk lantaran ingin mengabadikan momen drama kolosal Surabaya Membara dari atas.
Menurut Nur Aziz sat itu banyak sekali warga yang naik dan berantusias melihat dari atas viaduk.
Ia mengatakan saat itu ada suara laki-laki yang berteriak memperingatkan jika ada kereta api lewat.
"Woy sepur woy," tirunya saat ditemui awak media di halaman depan RS Dr. Soetomo pukul 23.00 WIB jumat (9/11/2018).
Nur Aziz mengatakan orang-orang langsung buyar dan berlari mencari posisi di sela-sela antara rel dan tembok jembatan.
• Video Insiden Surabaya Membara, 3 Orang Meninggal, Lainnya Terluka Terserempet Kereta Api
"Semua orang tadinya udah aman semua, bisa ngatur diri ketika kereta lewat pelan," katanya.
Namun menurut Nur Aziz seorang ibu dengan anaknya tiba-tiba nekat menyebrang rel saat moncong kereta sudah dekat.
Ibu itu langsung mencoba mencari celah untuk berdiri dan membuat orang-orang yang berhimpitan begitu rapat membuyarkan formasi.
"Lah tiba-tiba datang, dan intinya ada seorang ibu-ibu ndusel," katanya.
Belasan orang, diketahui Aziz tertabrak badan kereta api, sebagian besar terseret dan beberapa lainnya terlindas.
"Ada orang yang jatuh ke bawah jalan. Ada yg nyantol (nyangkut) dan ada yang keplindes (terlindas)" pungkasnya.
(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)