Agenda Presiden
Menebak Akhir Cerita 'Game of Thornes' di Pidato IMF-WB, Jokowi Khawatirkan Dunia Berakhir Sama
Jokowi menduga akhir serial 'Game of Thornes' menyisakan dunia yang porak poranda. Hal itu karena semua negara perang untuk memperebutkan kekuasaan.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menduga akhir serial 'Game of Thornes' akan berkisah bahwa negara kecil dan maju akan sadar bahwa perebutan kekuasaan akan menyisakan dunia yang porak poranda.
Hal itu diungkapkan Jokowi dalam pidato di Annual Meetings Plenary, IMF-WBG Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018), dilansir TribunWow.com dari Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.
Jokowi mengatakan, perselisihan akan menimbulkan penderitaan bagi semua pihak.
"Saya bisa ceritanya akan berakhir dengan pesan moral bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan, bukan hanya bagi yang kalah tapi juga bagi yang menang," ujar Jokowi.
Lanjutnya, Jokowi berujar ketika semua sudah meratapi hasil perang, dunia telah porak-poranda.
• Move-On dari Kekalahan, Mario Gomez Siap Bawa Persib Bandung Kembali ke Jalur Juara
“Ketika kemenangan sudah dirayakan, dan kekalahan sudah diratapi barulah kemudian kedua-duanya sadar bahwa kemenangan maupun kekalahan di dalam perang selalu hasilnya sama yaitu dunia yang porak-poranda,” ungkap Jokowi.

Jokowi menambahkan tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran, tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Sebelumnya, Jokowi menganalogikan cerita yang ada pada 'Game of Thornes' seperti keadaan ekonomi global saat ini.
Pada bagian cerita 'Game of Thornes', di mana sejumlah pihak yakni great houses, great families, bertarung hebat satu sama lain untuk mengambil alih kendali 'The Iron Throne'.
Dengan pertarungan itu, ada 'House' yang berjaya, sementara 'House' lainnya terpuruk.
Jokowi kemudian menyinggung keadaan ekonomi global, di mana ada negara yang maju pesat, sedangkan di wilayah lain, ada negara yang terpuruk.
Jokowi juga mengambil contoh Negara Amerika Serikat yang kini tengah pesat tumbuh, sedangkan masih banyak negara yang masih lemah, dilansir Kontan.co.id, Jumat (12/10/2018).
• Kritik Prabowo Tak Aktif Berkeliling Temui Rakyat, Andie Arief: Jangan Terlalu Banyak di Sarang
“Amerika Serikat menikmati pertumbuhan yang pesat, namun di banyak negara pertumbuhannya lemah atau tidak stabil," ujar Jokowi.
Jokowi juga menyinggung mengenai perang dagang oleh AS yang membuat banyak industri dunia mengalami kesulitan.
Presiden 57 tahun itu menyebut bahwa ekonomi saat ini seperti 'winter is coming' atau masa peringatan atau ancaman yang dikenal dalam serial 'Game of Thrones'.
"Negara-negara berkembang juga sedang mengalami tekanan pasar yang besar. Dengan berbagai masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa winter is coming,” kata Jokowi.
Menurutnya, hubungan atau kerjasama antara negara-negara ekonomi maju semakin lama semakin retak.
Jokowi juga menyinggung hal itu menjadikan kekacauan di sejumlah negara berkembang.
“Lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan terjadinya banyak masalah, seperti peningkatan drastis harga minyak mentah, dan kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang,” ungkap Jokowi.
Jokowi mengutip pernyataan yang disampaikan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres sebelumnya, mengenai upaya skala besar pencegahan kehancuran dunia.
• Ungkap Kekhawatiran Ekonomi Global, Jokowi: Pasar Mata Uang Negara Berkembang Kacau

Sepakat dengan hal itu, Jokowi mengutarakan kini bukan waktunya untuk rivalitas dan kompetisi namun waktunya untuk bekerjasama.
“Sekali lagi, apakah sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi? Ataukah saat ini merupakan waktu yang tepat untuk kerjasama dan kolaborasi.
Apakah kita terlalu sibuk untuk bersaing dan menyerang satu sama lain sehingga kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang membayangi kita semuanya.
Apakah kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang dihadapi oleh negara kaya maupun miskin, oleh negara besar ataupun negara keci?” tutur Jokowi.
Jokowi juga menegaskan, bahwa saat ini kita masuk pada sesi terakhir dari pertarungan ekspansi ekonomi global yang penuh rivalitas dan persaingan.
Ia mengingatkan, bisa jadi situasi yang lebih genting dibanding krisis finansial global 10 tahun yang lalu.
• Kwik Kian Gie: Dalam 5 Tahun Mendatang Tidak Peduli Siapa Presidennya, Rupiah Akan Melemah Terus
Dalam kesempatannya, Jokowi juga berharap pada para peserta IMF-World Bank untuk menjaga komitmen dan kerjasama global.
“Kami bergantung kepada Bapak/Ibu semuanya, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen dan kerjasama global,” kata Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Managing Director IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, para kepala Bank Sentral se-dunia, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Mensesneg Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. (TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)