Kabar Tokoh
Pemerintahan SBY Disebut Pengusul Pertemuan IMF, Andi Arief: Berlindung di Balik Ini adalah Dagelan
Andi Arief mengatakan apabila pada tahun 2014, SBY tentu tidak mengharapkan pertemuan IMF akan digelar secara besar-besaran.
Penulis: Laila N
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief tampak angkat bicara terkait disebut-sebutnya nama Susilo Bambang Yudhoyono soal pertemuan IMF-World Bank di Bali pada 8-14 Oktober 2018 nanti.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @AndiArief_ yang diunggah pada Minggu (7/10/2018).
Andi Arief mengatakan apabila pada tahun 2014, SBY tentu tidak mengharapkan pertemuan IMF akan digelar secara besar-besaran.
Menurut Andi, menghamburkan uang negara hampir triliunan rupiah untuk acara tersebut bukanlah usul dari SBY.
Ia pun menyindir orang-orang yang menyalahkan SBY sebagai dagelan.
• Bantah Anti Pemerintah, Fahri Hamzah Tunjukkan Teks Sumpahnya
"Pak SBY dan kabinet di tahun 2014 tentu tidak berharap pertemuan IMF jadi pesta-pesta yang memakan uang sebesar sekarang.
Event internasional yang setara jaman SBY gak pernah hamburkan uang negara sebesar pertemuan IMF bali ini.
Menghamburkan uang negara hampir trilyunan buat pertemuan para rentenir, lalu berlindung dibalik ini diajukan para menteri jaman SBY adalah dagelan.
Kalau Jokowi membatalkan pertemuan IMF di Bali karena alasan gempa lombok dan Palu, apakah kemudian Pak SBY marah? apakah kemudian petinggi IMF mau kasih sanksi ke RI, Bukankah kita sudah berdaulat dari IMF, mengapa takut?
Pak SBY tidak dalam posisi ikut campur dalan pertemuan IMF bali.
Keputusan melanjutkan atau membatakkan atau mengurangi penghamburan uang dan mempertajam rasa kemanusiaan karena bencana ada pada Pak Jokowi. Pak SBY bukan Presiden saat ini.
Rasa kemanusiaan kita terusik. Indonesia ini juara dunia penanggulangan dan pengurangan resiko bencana.
Dicapai dengan kerja keraa semua fihak.
Tetapi mengapa penjarahan menjadi tontonan dunia di Palu.
Kalau mau bicara warisan yang ternoda ya sekarang ini," tulisnya.
• Buntut Sanksi Komdis PSSI, Mario Gomez Isyaratkan Hengkang dari Persib Bandung Musim Depan

Sebelumnya, sejumlah tokoh membahas mengenai awal mula terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan IMF-WB.
Di antaranya seperti mantan Menteri Keuangan era SBY Chatib Basri hingga mantan Direktur LP3ES Rustam Ibrahim.
Awalnya, Chatib Basri membenarkan jika pemerintahan SBY yang mengajukan diri sebagai tuan rumah pertemuan IMF.
"Ya benar, bersama Bank Indonesia , pemerintah mengajukan diri menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Sept 2014. Prosesnya tdk mudah, bersaing dg negar2 lain. Indonesia dipilih menjadi tuan rumah Okt 2015, kalau sy tdk salah," tulisnya.
Menanggapi hal tersebut, Rustam Ibrahim kemudian menyindir jika SBY lah yang ternyata mengundang 'rentenir (IMF)' ke Indonesia.
"Ternyata benar, masa Presiden SBY-lah pemerintah ajukan diri jadi tuan rumah Pertemuan IMF-Bank Dunia.
Jokowi hanya laksanakan komitmen pemerintah sblmnya, sebaik mungkin. Klo @AndiArief__ sebut mrk rentenir, maka yg undang rentenir tsb SBY & SBY pernah dipinjami "rentenir" ini," tulis Rustam.

Diberitakan sebelumnya, pertemuan IMF-WB di Bali sempat menjadi kontroversi lantaran besaran biaya yang digelontorkan pemerintah untuk acara tersebut di tengah bancana yang kini melanda Lombok, Palu, dan Donggala.
Sejumlah tokoh pun menyebut apabila pemerintah hanya menghamburkan uang hingga meminta pemerintah membatalkan pertemuan tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh Wakil Ketua DPR Fadli Zon, di mana ia menilai tidak ada urgensi dalam pertemuan itu.
"Event Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 yg akan berlangsung di Bali awal Oktober nanti menunjukkan pemerintah telah gagal menjawab pertanyaan publik atas urgensi Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan event mahal tersebut.
Pemilihan Indonesia sbg tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 bukanlah bentuk penghargaan, krn kita mengajukan diri melalui bidang proposal.
Masalahnya, apa urgensinya kita mengajukan diri jadi tuan rumah event mahal tsb? Ini agak berbeda dengan penyelenggaraan Asian Games atau Olimpiade yg jelas manfaatnya.
Sejauh ini pemerintah hanya bicara ttg dampak terhadap pariwisata Bali dan sekitarnya saat berbicara tentang acara tersebut. Menurut saya itu jawaban yg dangkal.
Biaya teknis event tsb menyedot anggaran sekitar Rp. 1 triliun, sementara biaya yg harus dikeluarkan negara untuk membangun infrastruktur pendukung mencapai Rp4,9 triliun.
Kalau hanya untuk mempromosikan pariwisata Bali, atau Indonesia, itu jelas biaya promosi yang sangat mahal dan tak masuk akal.
Sy menilai, kecuali untuk kepentingan prestise bbrp elite di pemerintahan, pemerintah sebenarnya tak punya target yang jelas atas event yg menyedot anggaran hampir Rp 6 triliun tsb."
Senada dengan Fadli Zon, politisi Demokrat Zara Zettira pun setuju jika pertemuan itu dibatalkan.
Menurutnya, negara lain akan mengerti kondisi Indonesia.
"Saya pribadi setuju. Bencana-bencana datang tak terduga.
Jika IMF dibatalkan saya rasa negara-negara lain pun akan MEMAHAMI urgency pemerintah Indonesia pada #Lombok dan #Palu @fadlizon," tulis Zara Zettira.
Berbeda dengan keduanya, Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mengatakan apabila pertemuan IMF-WB tidak perlu dibatalkan, namun harus dihemat.
“Saya rasa tidak peru sampai batal ya, tapi cobalah untuk berhemat. Acara seperti itu bisa tetap dilangsungkan dengan cara sederhana. Misalnya, jamuan makanannya disederhanakan, minum air putih, makanan dari nasi ulam, warung nasi wardani," tutur Sandiaga Uno seusai mengunjungi Ponpes Nurul Jadid Probolinggo Jawa Timur, Sabtu (6/10/2018), dikutip dari Warta Kota.
"Saya rasa para peserta pertemuan juga akan mengerti kesederhanaan ini, karena kita masih prihatin dengan bencana Lombok, Palu, Donggala, dan Gunung Soputan,” sambungnya.
Dikutip laman resmi Bank Indonesia (BI), IMF-World Bank Annual Meetings (AM 2018) akan digelar di Bali pada 8-14 Oktober 2018.
Pertemuan ini merupakan pertemuan terbesar dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan, yang menghadirkan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara anggota.
Tak hanya itu, sektor privat, para akademisi, Non Goverment Association (NGO), serta media juga akan hadir pada pertemuan ini.
Total peserta AM 2018 ini diperkirakan mencapai 32 ribu orang.
Dalam pertemuan tersebut, turut diselenggarakan pula beberapa event lain, misalnya seminar, investment forum, Focus Group Discussion (FGD), workshop, dan cultural events.
Pertemuan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi Indonesia.
Khususnya dalam peningkatan cadangan devisa, perdagangan dan investasi, pariwisata. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)