Breaking News:

Polemik Impor Beras

Kembali Sebut Polemik Impor Beras, Buwas: Saya sebagai Orang Kampung Itu Miris

Direktur Utama Bulog, Budi Waseso atau kerap disapa Buwas kembali buka suara soal polemik impor beras.

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Claudia Noventa
(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
Direktur Utama Perum Bulog Komjen (Purn) Budi Waseso menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Kompas.com di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Kamis (31/5/2018). 

TRIBUNWOW/COM - Direktur Utama Bulog, Budi Waseso atau kerap disapa Buwas, kembali buka suara soal polemik impor beras.

Ia menegaskan jika Indonesia tidak perlu melakukan impor beras untuk mendukung ketahanan pangan.

Selain itu, ia juga merasa adanya impor beras membuat negara seolah tidak berpihak pada petani.

"Saya sebagai orang kampung itu miris, apalagi kalau saya jadi petani seolah-olah kita tidak berpihak ke petani," ujar Buwas saat menghadiri diskusi ketahanan pangan di Menara Kadin, Jakarta, Senin (24/9/2018) yang dikutip dari Kompas.com.

Karena sebagai negara agraris seharusnya rakyat Indonesia tidak menuntut ketersediaan pangan dari impor.

"Miris kalau kemudian negara agraris besar seperti Indonesia menuntut pangan impor dan kok bisa bangga makan produk luar negeri atau impor itu," tambahnya.

Dirut Bulog ini juga menambahkan jika ia mengatakan tidak akan impor beras ketika ditanya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Waktu ditunjuk Presiden, saya ditanya bisa enggak untuk tidak impor? Saya bilang ke Presiden insya Allah saya bisa enggak impor karena ini negara agraris, semuanya ada," tambahnya.

Sambangi Pasar Kembang Solo, Sandiaga Uno Tanya pada Pedagang tentang Impor Beras

Sementara itu, diberitakan dari Kontan, tahun ini, pemerintah memberikan izin impor beras kepada Perum Bulog sebanyak 2 juta ton.

Impor beras ini dilakukan dalam tiga tahap.

Tahap pertama sebanyak 500.000 ton, tahap kedua sebesar 500.000 ton, dan tahap ketiga sebesar 1 juta ton.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, menegaskan, pihaknya hanya bertugas mengeluarkan surat penugasan kepada Bulog untuk melakukan impor berdasarkan ketentuan impor yang berlaku.

Sementara keputusan impor dan besar beras yang diimpor ditetapkan lewat rapat koordinasi terbatas (rakortas).

Rakortas tersebut pun dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, Direktur Utama Bulog juga Deputi Kementerian BUMN.

Menurut Enggar, sejak Juli hingga Agustus tahun lalu, stok terus menurun.

Sementara, parameter yang disepakati pemerintah adalah stok beras Bulog dan volume beras di Cipinang.

Dukung Buwas Tolak Impor Beras, Gede Pasek Suardika: Tetaplah Tegas

"Kalau stok Bulog di bawah 1 juta ton dan/atau kenaikan harga di atas 10%, berarti stok beras pada posisi rawan. Wakil Presiden menyampaikan itu di dalam rapat. Itu diterima dan disetujui," tutur Enggar kepada media, di Bandung, Jumat (14/9/2018).

Stok beras pun terus turun hingga Desember 2017.

Karena itu, akhirnya pada Januari 2018 dalam putusan rakortas, pemerintah menetapkan impor beras tahap pertama sebesar 500.000 ton.

Setelah dievaluasi, pada Maret 2018, pemerintah kembali memutuskan menambah impor beras 500.000 ton.

Pada April 2018, melihat kondisi yang terjadi, pemerintah kembali menambah izin impor sebanyak 1 juta ton.

Dengan begitu, total izin impor beras sebanyak 2 juta ton.

Enggar menambahkan, bila beras impor tidak masuk pada Februari, maka Bulog pun akan mengalami defisit beras.

Padahal, Bulog masih memiliki kewajiban untuk menyalurkan program beras sejahtera.

Aktifitas buruh wanita dapat memikul empat karung beras di gudang Bulog Panaikang, Makassar, Jumat (12/1/2018).
Aktifitas buruh wanita dapat memikul empat karung beras di gudang Bulog Panaikang, Makassar, Jumat (12/1/2018). ((KOMPAS.com/Hendra Cipto))

Hal senada pun disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.

Menurutnya, bila impor tak dilakukan, maka stok cadangan beras pemerintah (CBP) Bulog hanya sebesar 800.000 ton.

Sandiaga Uno Tanggapi Gaduh Buwas dan Mendag soal Impor Beras

Sementara, stok CBP yang ideal adalah 1 juta ton.

Dia melanjutkan, bila impor tak dilakukan, maka harga beras akan terus melonjak.

Sementara itu, dari izin impor yang didapatkan Bulog, Bulog hanya akan merealisasikan impor sebanyak 1,8 juta ton.

Dari target tersebut, hingga Kamis (20/9/2018) Bulog sudah merealisasikan impor sebanyak 1,4 juta ton.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso menekankan, belum ada beras eks-impor yang sudah dikeluarkan dari gudang.

Dengan tambahan impor tersebut, stok CBP yang ada di Bulog berkisar 2,4 juta ton.

Budi menyampaikan, pihaknya juga sudah berhasil menyerap 1,4 juta ton gabah/beras dari dalam negeri.

Sehingga, saat ini gudangnya sudah penuh.

Mantan Kepala Bulog: Mendag Ngeyel karena Disokong Orang di Pemerintahan Agar Terus Impor

Pasalnya, gudang Bulog hanya mampu menampung beras sebanyak 2,2 juta ton.

Dia bilang, kapasitas gudang sebesar 4 juta ton hanya kapasitas yang tertulis di atas kertas.

Bahkan, pihaknya harus meminjam dan menyewa gudang.

Melihat stok yang ada saat ini, ditambah dengan beras impor sebesar 400.000 ton yang akan masuk pada Oktober dan serapan dalam negeri yang masih akan dilakukan hingga akhir tahun, Buwas pun memperkirakan, Bulog akan memiliki stok CBP sebanyak 3 juta ton.

Melihat angka ini, Budi pun menganggap Bulog sudah tak perlu merealisasikan seluruh izin impor yang diberikan.

"Kalau memang tidak perlu impor ya jangan dipaksakan impor karena bebannya ke Bulog dan negara lagi. Bagaimana mungkin saya harus menyewa lagi," ujar Buwas saat melakukan konferensi pers, Kamis (20/9/2018). (TribunWow.com/Tiffany Marantika)

Sumber: Kompas.com
Tags:
Impor BerasBudi WasesoBulogMenteri Perdagangan Enggartiasto Lukita
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved