Presiden Moon Jae In Dipeluk Kim Jong Un, Warga Korea Selatan Justru Merasa Dipermalukan
Presiden Korea Selatan Moon Jae In melakukan kunjungan kerja ke Korea Utara pada Selasa (18/9/2018).
Penulis: Maria Novena Cahyaning Tyas
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Presiden Korea Selatan Moon Jae In melakukan kunjungan kerja ke Korea Utara pada Selasa (18/9/2018).
Moon Jae In yang ditemani ibu negara Korea Selatan Kim Jung Sook disambut langsung oleh pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un beserta istrinya Ri Sol Ju di bandara Kota Pyongyang.
Momen hangat ditunjukkan keduanya ketika Kim Jong Un memeluk erat Moon Jae In setelah turun dari pesawat.
Kendati demikian, beberapa warga Korea Selatan justru tak menyetujui gestur kedua pemimpin tertinggi di Semenanjung Korea ini.
• Kunjungan Pertama ke Korea Utara, Presiden Korsel Moon Jae-in Dapat Pelukan dari Kim Jong-un
Melansir dari The Guardian, beberapa warga Korea Selatan bahkan menyebut mereka merasa dipermalukan dengan pelukan Moon Jae In dan Kim Jong Un ini.
Choi Hyo Joo misalnya, mahasiswa 27 tahun ini menyebut bahwa Kim Jong Un merupakan seorang tiran yang sering melakukan ancaman terhadap dunia luar.
"Hal ini membuatku frustasi. Kita bisa berbicara padanya tanpa harus merendahkan martabat," tutur Choi.
Seorang warga bernama Jang Eun Joong berpendapat bahwa Pemerintah Korea Selatan tak seharusnya memperlihatkan image positif Kim Jong Un karena keinginan mendadaknya untuk melakukan perdamaian.
Menurut polling yang diadakan baru-baru ini, memang hanya 21 persen warga Korea Selatan yang memiliki pandangan positif terhadap Kim Jong Un.
Kendati demikian, Kim Jong Un memang terus mendapat respon positif dari publik Korea Selatan.
Dia bahkan memiliki skor yang lebih tinggi daripada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Sementara itu, Pemerintah Korea Selatan terus memperlihatkan hubungan dekat antara Moon Jae In dan Kim Jong Un.
• Kim Jong Un Minta Bertemu Kembali dengan Donald Trump
Namun hal ini tak dapat dipahami oleh seorang profesor ilmu politik di Universitas Kookmin, Park Hwee Rak mengingat Moon Jae In merupakan seorang pengacara yang mempunyai latarbelakang aktivis hak asasi manusia.
Park menyebut bahwa langkah yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan ini riskan dan berbahaya serta memiliki kemungkinan besar untuk dimanfaatkan oleh Korea Utara.
"Aku malu melihat keduanya bergandengan tangan pada pertemuan April lalu, berlaku seolah-olah mereka adalah teman lama. Hal itu seolah memanusiakan seorang pria yang tak memanusiakan rakyatnya sendiri," tutur Park.