Gejolak Rupiah
Tanggapi Postingan Fadli Zon, Yunarto Wijaya: Kalau Enggak Eneg Nalar Berarti Sudah di Dengkul
Mulanya, Yunarto Wijaya mengaku eneg melihat buzzer yang menyebut kondisi pelemahan rupiah dan IHSG sebagai hal yang wajar.
Penulis: Laila N
Editor: Fachri Sakti Nugroho
"Coba kirim ntar sy baca. Yg mnista agama itu yg mulai SARA. Klu skrg soal EKONOMI yg penting. Saat rupiah lemah jgn IMPOR BERAS, GULA dll," tegas Fadli.
• Ekonom Amerika Serikat Steve Hanke Sebut Jokowi Omong Kosong soal Rupiah, Fadli Zon: Ironis

Seperti yang diketahui, nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
Bahkan pada Selasa (4/9/2018) malam, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.000 per dolar AS.
Sementara itu dilansir dari Kompas.com, Selasa, (4/9/2018) Kepala Ekonom PT Bank Central David Sumual mengatakan, pelemahan rupiah kali ini tidak begitu berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Sebab, seiring dengan melemahnya rupiah, pemerintah menjaga harga-harga terutama makanan agar tetap stabil.
"Tahun ini gaji kan naik, harga-harga juga cukup terjaga meski pemerintah kalau di beras harga naik sedikit lakukan intervensi," jelas David Sumual.
David Sumual menjelaskan, yang benar-benar akan merasakan dampak dari pelemahan rupiah adalah masyarakat kalangan menengah ke atas.
Terutama yang sering konsumsi barang-barang impor.
• Tanggapi Postingan Jokowi soal Ekspor Produk Otomotif, Ferdinand Hutahaean: Wah, Hebat
Sedangkan untuk masyarakat menengah kebawah, kebutuhan akan tetap tercukupi karena harga makanan terjaga.
"Jadi sebenernya yang terkena dampak pelemahan ya masyarakat kelas menengah atas yang kebanyakan impor, memakai barang-barang lux (mewah), jalan-jalan ke luar negeri. Kalau masyarakat menengah ke bawah mereka kan kebutuhan makan tetap tercukupi, harga-harga makanan kan terjaga," ujar David Sumual.
Di sisi lain, VP Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan, transmisi dari pelemahan nilai tukar yang berlanjut akan mendorong kenaikan inflasi khususnya dipengaruhi oleh imported inflation.
Kenaikan inflasi selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga.
Jika inflasi cenderung tinggi maka daya beli masyarakat cenderung menurun.
"Namun demikian, BI dan pemerintah sudah berkomitmen untuk tetap menjaga stabilitas rupiah dalam jangka pendek yang diharapkan dapat mengelola ekspektasi nilai tukar sehingga harapannya dapat meredam transmisi pelemahan nilai tukar rupiah pada inflasi dan konsumsi rumah tangga," ujar Josua Pardede. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)