Faizal Assegaf: Gejolak Rupiah Masih dalam Batas Wajar
Ketua Progress 98 Faizal Assegaf menanggapi mengenai rupiah yang melemah masih dalam batas wajar.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Ketua Progress 98 Faizal Assegaf memberi tanggapan terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Tanggapan tersebut disampaikan Faizal lewat akun Twitter @faizalassegaf , Selasa (4/9/2018).
Faizal menyebut masalah tersebut menjadi tanggung jawab negara dan seluruh rakyat.
Ia juga beranggapan bahwa melemahnya nilai rupiah kali ini masih dalam batas wajar.
"Masalah rupiah menjadi tanggungjawab negara & seluruh rakyat. Hanya para pengkhianat yg bernafsu ekonomi nasional hancur. Sampai sejauh ini, gejolak rupiah masih dalam batas kewajaran, badai pasti berlalu," tulis akun @faizalassegaf.
• Tanggapan Menkeu Sri Mulyani saat Diprotes Anggota DPR soal Rupiah yang Terus Melemah
Sebelumnya, diberitakan Kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan krisis di sejumlah negara berkembang berpengaruh terhadap perekonomian negara sekawasan lainnya, termasuk Indonesia.
Hal ini diungkapkan untuk menanggapi sejumlah anggota dewan yang menilai pemerintah tidak jujur karena menyalahkan krisis di negara lain dalam menyikapi gejolak perekonomian dalam negeri.
Tanggapan para anggota dewan yang umumnya berasal dari partai oposisi itu disampaikan dalam rapat paripurna membahas RAPBN 2019 di DPR RI, Selasa (4/9/2018).
"Pada saat ini, kita dihadapkan pada kondisi perekonomian global yang masih penuh gejolak, sebagai akibat kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani di hadapan peserta rapat.
"Kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga oleh The Fed serta perang dagang dengan negara Tiongkok telah berimbas pada banyak negara, termasuk emerging countries. Bagi yang tadi menanyakan soal ini, faktanya memang begitu," tambahnya.
Sri Mulyani menjelaskan, beberapa negara yang sudah terimbas kebijakan The Fed dan perang dagang di antaranya Venezuela, Argentina, serta Turki.
• Ketua OJK: Jokowi Minta Jajarannya Jelaskan ke Publik soal Pelemahan Rupiah
Dampak terhadap negara-negara tersebut cukup signifikan, ditambah tidak adanya pondasi ekonomi yang kuat serta kebijakan ekonomi yang tidak sejalan dengan fundamentalnya.
Dalam menyikapi hal tersebut, Sri Mulyani memastikan pemerintah akan terus meningkatkan kewaspadaan.
Dia memprediksi, gejolak perekonomian global dan pengaruh negatifnya terhadap negara-negara berkembang akan terus berlangsung hingga tahun 2019.
"Oleh karena itu, RAPBN 2019 dirancang untuk mampu mengantisipasi terus berlangsungnya gejolak global. APBN memiliki fungsi sebagai instrumen untuk alokasi, distribusi, dan stabilisasi, ketiga fungsi tersebut harus makin dioptimalkan agar perekonomian Indonesia relatif tetap terjaga dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan normal baru," tutur Sri Mulyani.