Rachland Nashidik: Setidaknya Presiden Dapat Melakukan Aksi Simbolik yang Mengekspresikan Empati
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik menanggapi sikap pemerintah Indonesia terkait penanganan gempa di Lombok, NTB.
Penulis: Vintoko
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik, menanggapi sikap pemerintah Indonesia terkait penanganan gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui akun Twitternya, @RachlanNashidik, yang ditulis pada Selasa (21/8/2018).
Awalnya, Rachland menyinggung dana yang telah dikucurkan sebesar Rp 38 Miliar ke Lombok.
• Atletnya Diduga Sewa PSK, Ketua Asosiasi Basket Jepang: Kami Menyesal Tidak Cukup Mendidik Mereka
Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang memamerkan kekosongan sensitivitas, empati, tanggung jawab di dalam kepemimpinannya.
Bahkan, kata Rachland, negara tidak hadir bagi rakyatnya yang sedang berduka.
Lantas, dirinya mendesak Presiden Jokowi untuk membatalkan pelaksanaan pertemuan tahunan IMF-World Bank Summit.
Rachland mengatakan seharusnya Presiden Jokowi menunjukkan aksi-aksi simbolik yang mengekspresikan empati.
Berikut cuitan Rachland Nashidik terkait bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat:
"Bila benar sejauh ini Presiden Jokowi hanya mengucurkan Rp.38 Miliar bagi bencana di NTB, maka ia sedang memamerkan kekosongan sensitivitas, empati, tanggungjawab, sense of urgency dan rasa keadilan di dalam kepemimpinannya.
Negara tak hadir bagi rakyatnya yang sedang berduka.
Saya mendesak Presiden Jokowi membatalkan IMF-World Bank Summit yang akan diselenggarakan di Bali. Tak pantas dan seluruhnya salah untuk mendahulukan perhelatan seharga hampir Rp 1 Triliun di sebelah penderitaan saudara-saudara kita di NTB yang lebih membutuhkan perhatian.
Saya juga mendesak, sambil kita menuntaskan janji menyelenggarakan Asian Games, panitia mengibarkan bendera merah putih di setengah tiang di semua cabang pertandingan. Sebagai tanda bangsa sedang berduka dan ungkapan solidaritas dengan saudara-saudara kita di NTB.
• Kabarkan Film Mile 22 Mulai Tayang 21 Agustus, Iko Uwais Sempat Bercanda dengan Mark Wahlberg
Bila Presiden Jokowi menilai "pariwisata" adalah kepentingan yang lebih besar dibanding keperluan menetapkan status "bencana nasional" di NTB, setidaknya Presiden dapat melakukan aksi-aksi simbolik yang mengekspresikan empati. Jangan business as usual.
Presiden perlu mengingat kuat-kuat, tugas dan tanggungjawabnya bukan hanya menanggulangi bencana di NTB dengan menempatkan korban pada fokus perhatiannya yang utama. Presiden juga harus mengaktifkan perasaan sebangsa, solidaritas sesama warga, fondasi kelangsungan hidup bangsa.
Saat ini kita sedang menjamu tamu dari negara-negara sahabat di Asia. Mata mereka tertuju pada kita. Presiden Jokowi harus menunjukkan: kita bangsa yang besar dan kuat karena saling mengasihi dan saling membantu. Jangan mereka menilai kita tak peduli pada saudaranya sendiri," tulis Rachland Nashidik.
