Pilpres 2019
Rizal Ramli: Menteri Perdagangan Doyan Banget Impor, Jokowi Bertindak Dong
Mantan Menteri Keuangan sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli turut menyoroti kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
Penulis: Laila N
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Keuangan sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli turut menyoroti kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui laman Twitter @RamliRizal yang diunggah pada Kamis (16/8/2018).
Rizal Ramli mengatakan jika Menteri Perdagangan saat ini gemar melakukan impor.
Oleh karena itu ia meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertindak.
@RamliRizal: "Wong Mentri Perdagangan doyan banget impor,, operasi sedot rente Kelebihan impor garam 1,5 juta ton, gula 2 juta ton, beras, bawang putih dll. Petani sebel. Mas Jokowi @jokowi bertindak dong. Tlg ngomong sama Bang Surya untuk ganti Enggar."
• HUT Kemerdekaan RI, yang Bernama Joko, Maruf, Bowo dan Sandi Gratis Makan di Sini

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan apabila saat ini neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,63 miliar dollar AS per April 2018.
Suhariyanto selaku kepala BPS menyebutkan jika defisit itu disebabkan oleh impor yang melonjak tajam.
Defisit di sektor migas tercatat pada angka 1,13 miliar dollar, sedangkan non migas berada pada angka 495 juta dollar.
"Situasi perdagangan dunia masih tidak menentu, negara-negara tujuan utama kita seperti China masih menahan diri. Maka dari itu permintaan untuk bahan bakar, besi baja, serta CPO yang digunakan bahan baku mereka agak menurun," kata Kepala BPS Suhariyanto melalui konferensi pers di kantor BPS, Selasa (15/5/2018), dikutip dari Kompas.com.
Suhariyanto melanjutkan, keputusan China untuk menahan permintannya terhadap barang-barang yang diekspor Indonesia membuat ekspor Indonesia terhadap China turun cukup signifikan, yaitu dari 2,4 miliar dollar AS menjadi 1,8 miliar dollar AS.
• Rupiah Semakin Anjlok, Jansen Sitindaon: Kalau Beneran Kerja Tidak Begini Hasilnya
"Lumayan signifikan (turunnya ekpor), 22,81 persen," imbuhnya.
Tak hanya itu, jika dibandingkan jumlah impor pada Maret 2018 dan April 2018 secara month to month terjadi peningkatan cukup signifikan, yaitu 11,80 persen atau 1,63 miliar dollar AS.
Menurut Suhariyanto, hal ini didorong dengan meningkatnya permintaan terhadap impor barang konsumsi menjelang lebaran hingga 25,86 persen atau senilai dengan 310 juta dollar AS.
Sementara untuk bahan baku dan modal, masing-masing meningkat 10,73 persen dan 6,59 persen (mtm). Dirinya melanjutkan, meningkatnya impor bahan baku didorong oleh pelaku industri yang optimis untuk menggerakkan produksi mereka.
"Bahan-bahan baku dan modal itu naik karena antisipasi liburan panjang menjelang lebaran, jenis bahan bakunya yang dibutuhkan digunakan untuk menggerakkam industri dalam negeri," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, untuk menekan angka defisit, Presiden Joko Widodo memerintahkan agar impor barang non strategis dibatasi.
Termasuk impor BBM dan impor kebutuhan pembangunan infrastruktur.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan hal ini sudah dirumuskan oleh pemerintah.
Langkah yang diambil adalah membuat aturan mandatori biodiesel sebanyak 20 persen.
“Mengenai bahan bakar, penggunaan B20 bisa diterapkan segera dan ini akan pengaruhi impor BBM dan mensubstitusi impor. Ini juga bisa meningkatkan ekspor kita dari segi crude palm oil (CPO),” kata Sri Mulyani di Gedung Kemkeu, Jakarta, Selasa (31/7), dikutip Kontan.
• Teddy Gusnaidi: Apa Mahfud MD Tidak Sadar kalau Pernyataannya Bisa Digunakan untuk Menyerang Jokowi?
“Untuk infrastruktur yang konten impornya besar kami koordinasi dengan Kemenko Perekonomian untuk portofolio di Kementerian ESDM, PLN, dan Pertamina serta instansi yang memiliki proyek strategis yang punya konten impor yang tinggi.
Dari sisi peraturan (kami ingin) untuk bisa yakinkan proyek tersebut penting dan urgent dilakukan maka dia bisa ditunda ke tahun yang akan datang,” sambungnya.
Sementara itu, Chief Echonomist PT Bank CIMB Niaga, Adrian Pangabean, mengungkapkan apabila melebarnya defisit transaksi proyek infrastruktur bisa menekan rupiah pada sisa tahun 2018.
Menurutnya, defisit transaksi berjalan tahun 2018 di angka 2,4 persen dari PDB.
"Defisit ganda di kedua neraca ini berpotensi menekan kurs rupiah di sisa tahun 2018," ujar Adrian. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)