Rachland Nashidik: Sikap Andi Arief Sebenarnya Suara Hati Setiap Kader Demokrat, Dia Tidak Sendirian
Rachland mengatakan sikap Andi Arief terkait pernyataan 'jenderal kardus' dan mahar Rp 500 miliar mewakili suara hati setiap kader Partai Demokrat.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Setelah polemik 'jenderal kardus' yang dilontarkan Andi Arief, kini Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik juga memberikan pernyataan terkait koalisi yang telah dijalin partainya dengan Gerindra.
Hal ini diungkapkan Rachland melalui kicauan di akun Twitter miliknya, @RachlandNashidik, Rabu (15/8/2018).
Rachland mengatakan sikap Andi Arief terkait pernyataan 'jenderal kardus' dan mahar Rp 500 miliar mewakili suara hati setiap kader Partai Demokrat.
Rachland pun juga mengatakan alasannya yang kini mendukung Prabowo lewat Demokrat padahal dulu ia kerap mengkritik Ketua Umum Gerindra itu saat pilpres 2009.
• Andi Arief: Demokrat Ibarat Istri Setia yang Meneruskan Bahtera Rumah Tangga
Ia juga masih mempertanyakan elektabilitas cawapres Prabowo, Sandiaga Uno yang masih kalah dibanding kader Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono.
Rachland juga menyebut bahwa partainya telah dikhianati.
Berikut ini kicauan dari Rachland Nashidik yang dikutip TribunWow.com.
"Di balik realitas politik, yang di atas kertas tak lagi bisa diubah, sikap Andi Arief yang terang-terangan mewakili sebenar-benarnya suara hati setiap kader Demokrat. Dia tidak sendirian.
Dia berkelahi demi kehormatan Partai dan setiap kadernya -- bukan untuk dia pribadi.
Dari dulu, saya pengeritik terkeras Prabowo. Pemilu 2009, saat Prabowo bersekutu dengan Mega, mereka ancam adukan saya ke Polisi. Saat itu saya belum masuk Parpol.
Kenapa kini mendukung? Bukan cuma keputusan partai. Saya mau ganti Presiden! Alat yang tersedia cuma Prabowo.
Kenapa tidak keluar Koalisi Prabowo-Sandi? Demokrat memegang komitmen. Kami tak ingkar janji untuk berjuang memenangkan Prabowo-Sandi.
Tapi silahkan Gerindra-PKS-PAN, bila tak suka, bujuk lagi Pak Prabowo untuk tendang ke luar Demokrat.
Kami akan mundur dengan kepala tegak.
• Politikus PDIP: Hati Tulus Saya Menyelipkan Doa agar Mardani Ali Sera jadi Wagub DKI

Tweet Rachland Nashidik (Capture Twitter)
Kami dikhianati. Tapi kami tak akan berkhianat. Kenapa? Bukan karena kami malaikat. Tapi karena itu satu-satunya cara untuk membuktikan kami berbeda dari mereka.
Prabowo yang datang pada kami, bukan sebaliknya. Prabowo yang menyebut nama AHY, bukan kami. Prabowo yang memberi alasan kenapa AHY, bukan kami.
Ketika dia pilih Sandi, kami bertanya:
Elektabilitas Sandi berapa? Kenapa Gerindra dengan Gerindra? Saudara mau menang, tidak?
Elektabilitas AHY jauh di atas Sandi.
Di atas kertas, dia bisa menyumbang elektabilitas Prabowo.
Begitupun, karena konon Prabowo tak bisa melawan PKS dan PAN, kami tak memaksa. Kami bilang: kalau mau menang, cari Cawapres lain dengan elektabilitas cukup dan diterima semua pihak.
Saya harus sampaikan semua tadi agar sejarah mencatat. Kami kini fokus memenangkan Prabowo-Sandi. Sebuah tugas sangat berat, karena syarat-syaratnya tak dipenuhi.
Tapi saya akan bicara lagi bila PKS dan PAN kembali menyerang Andi Arief." tulis Rachand Nashidik.
• Tanggapan Sejumlah Tokoh terkait Pernyataan Mahfud MD di Program ILC

Cuitan Rachlan Nashidik (Capture Twitter Rachlan Nashidik)
Sementara itu, diberitakan sebelumnya dari Kompas.com, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief membeberkan awal mula cuitannya yang membuat heboh sejumlah elite jelang pengumuman cawapres Prabowo Subianto.
Andi saat itu menuding ada tawaran Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno kepada Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk posisi cawapres yang kini didapat Sandi.
Andi menyatakan bahwa pernyataannya itu benar adanya.
• Mahfud MD Batal jadi Cawapres Jokowi, Rocky Gerung: Ia Tidak Terhina, yang Terhina Moralitas Publik
Dia mengaku sudah mendapat "restu" dari Partai Demokrat untuk mengungkap kejadian hampir gagalnya koalisi Partai Demokrat dengan Gerindra kala itu.
"Hasil rapat menyarakan, untuk dikemukakan ke publik. Koalisi yang seharusnya ideal dari awal 20 hari berjalan, tapi di dua hari jelang pendaftaran tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka masalahnya dikemukakan saja," ujar Andi saat diwawancarai Kompas TV, Senin (13/8/2018).
Andi lantas ditanya alasannya tak membawa masalah itu ke Badan Pengawas Pemilu.
Menurut dia, cara yang diambilnya adala upaya pencegahan jangan sampai terjadi politik uang.
"Jadi malam itu, kok tiba-tiba ada intercept untuk mengabaikan apa yang sudah terjadi. Saya kira kalau kita sudah susah-susah belajar, lalu ada yang nyontek, Anda juga marah," ucap Andi.
Dia pun yakin atas sikapnya itu, Partai Demokrat tak akan memecatnya.
Menurut dia, selama ini Partai Demokrat mengajarkan politik yang taat terhadap undang-undang.
Andi Arif pun siap jika persoalan ini akhirnya benar-benar dibawa ke ranah hukum oleh PAN dan PKS.
Dia siap dikonfrontasi dan menghadirkan saksi-saksi yang bisa menjelaskan kondisi yang sebenarnya terjadi. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)