Pilpres 2019
Unggah Foto KH Maruf Amin, Hidayat Nur Wahid Beri Kutipan soal Polemik Kesantrian Sandiaga Uno
Waketum Majlis Syura ini juga mengaitkan soal polemik ke-santrian Sandiaga Uno yang ramai dibincangkan dengan pernyataan Maruf Amin
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Majlis Syura PKS, Hidayat Nur Wahid (HNW), mengunggah foto KH Maruf Amin yang kini menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari calon presinden (capres) Joko Widodo (Jokowi).
Melalui Instagram miliknya, @hnwahid tampak mengunggah foto Maruf Amin yang sedang dicium tangannya oleh Ketua Umum Nahdatul Ulama (NU), Said Aqil, Senin (13/8/2018).
HNW juga menuliskan terkait pernyataan Maruf Amin yang pernah dimuat di situs resmi NU.
Waketum Majlis Syura ini juga mengaitkan soal polemik ke-santrian Sandiaga Uno yang ramai dibincangkan.
"Pernyataan yang sangat jelas tentang apa dan siapa Santri, dari KH Ma’ruf Amin, smoga dapat dudukkan masalah dan selesaikn polemik ttg kesantrian Sandi. WaLlahul Muwaffiq.
“Santri adalah orang-orang yang ikut kiai, apakah dia belajar di pesantren atau tidak, tapi ikut kegiatan kiai, manut pada kiai, itu dianggap sebagai santri walaupun dia tidak bisa baca kitab, tapi dia mengikuti perjuangan para santri.” tulis HNW.
• Fahri Hamzah: Pengelolaan Dana Haji Sangat Sensitif

Maruf Amin dan Said Aqil (Capture Instagram @hnurwahid)
Sementara itu, dikutip TribunWow.com dari situs Nu.or.id yang diterbitkan tanggal 22 Oktober 2017, artikel ini menuliskan soal siapa yang bisa disebut santri dan penjelasannya oleh Maruf Amin.
Maruf Amin menjelaskan, santri tidak hanya orang yang berada di pondok pesantren dan bisa mengaji kitab atau ahli agama.
Namun, santri adalah orang-orang yang ikut kiai dan setuju dengan pemikiran serta turut dalam perjuangan kaum santri.
Sementara dari sisi keberadaan, santri ada yang tinggal di pondok pesantern, namun ada pula yang hanya sesekali ke pesantren yang biasa disebut santri kalong.
Santri lainnya ada juga yang hanya sesekali bertemu dengan sang kiai.
“Pokoknya, santri itu ikut kiailah. Karena itu dia mencakup hampir semua lapisan masyarakat,” ujar Maruf Amin yang saat itu berada di gedung PBNU.
• Tinjau Korban Gempa Lombok, Joko Widodo Akan Beri Bantuan Rp 50 Juta untuk Perbaikan Rumah
Sementara itu, Said Aqil mengatakan jika santri adalah umat yang menerima ajaran islam dari para kiai.
Santri juga menghormati budaya, bahkan menjadikannya sebagai infrastruktur agama, kecuali budaya yang bertentangan ajaran Islam seperti seks bebas atau minum-minuman keras.
“Santri itu jelas, adalah orang-orang yang menindaklanjuti dakwah dengan budaya seperti yang dilakukan Wali Songo. Dakwah seperti itu yang jelas ampuh, efektif,” ujar Said Aqil.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, polemik kesantrian Sandiaga Uno ini dimulai saat Presiden PKS, Sohibul Iman, mengakui dalam kacamata publik selama ini, Sandiaga tidak masuk dalam kategori santri.
Namun, ia mengaku memiliki pandangan yang berbeda.
"Saya kira, beliau hidup dialam modern, tapi beliau mengalami proses spiritualisasi dan Islamisasi. Saya bisa mengatakan, Saudara Sandi merupakan sosok santri di era post Islamisme," ujar Sohibul.
• Jadi Jubir Tim Kampanye Jokowi-Maruf, Farhat Abbas Disiapkan untuk Hadapi Kritik Fadli Zon
"Mudah-mudahan dia benar-benar menjadi contoh pemimpin Muslim yang kompatibel dengan perkembangan zaman," tambah Sohibul.
Sandiaga pun menanggapi positif pernyataan dari Sohibul Iman ini.
Julukan santri era post islamisme yang disematkan padanya ini mulanya dikira diberikan padanya karena berkaitan dengan kegiatan kewirausahaannya.
"Mungkin Pak Sohibul Iman mengaitkan posisi saya di santripreneur. Bersama dengan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia yang dipimpin Gus Gozali, waktu itu saya di dewan pembina," kata Sandiaga ditemui di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (13/8/2018).
Menurut Sandiaga, era post-islamisme berarti santri tidak hanya belajar agama.
• Andi Arief Mengaku Diperintahkan Partai untuk Menyampaikan Adanya Mahar Politik 500 M pada Publik
Namun, juga berinovasi. Ia menilai santri sebaiknya belajar berwirausaha dan membuka lapangan kerja.
"Kami lagi mendorong santri ini menjadi entrepreneur karena santri ke depan adalah santri yang inovatif yang juga bisa memulai usaha dan membuka lapangan kerja," ujar dia.
Sandiaga mengakui ia memang bukan lulusan pesantren.
Ia lulus dari SD PSKD, kemudian lanjut ke SMPN 12 Jakarta, dan SMA Pangudi Luhur. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)