Breaking News:

Bukan Polling di Twitter, Refly Harun Buat 'Testing The Water' di Instagram Pilihan Capres Cawapres

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun turut meramaikan polling yang diadakan oleh para tokoh politik maupun akun-akun dengan pengikut yang banyak.

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Wulan Kurnia Putri
Tribunnews
Refly Harun 

Harap dicatat disini bhw “dapat dipercaya” itu tidak sama dengan “benar”. Begitu juga “tidak dapat dipercaya” itu tidak sama dengan “salah”.

Dapat dipercaya disini artinya akurasinya terukur, risiko salahnya terukur, dan presisinya terukur pula.

Apa syarat dari metode pengumpulan data agar sahih? Syarat pertama, “sample” yg kita pilih merupakan representasi dari “population”.

Jadi “sample” itu haruslah mrp miniatur dari “population” dan sample itu bagian dari “population” yg ingin diprediksi.

Bagaimana agar “sample” itu representatif? “Sample” bisa representatif jika “sample” itu ada dalam kendali kita. Jadi “sample” itu harus terkendali. Pengendalian ini sangatlah penting.

Pengendaian di sini maksudnya kita tahu bhw “sample” yg terpilih adalah anggota dari “population”. Selain itu “sample” yg terpilih bukanlah sembarang orang (“voluntary”) melainkan orang yg terpilih. Jadi sample itu dipilih, bukan sembarangan.

Bagaimana memilih “sample” supaya data yg terkumpul sahih? Banyak cara untuk memilih “sample” ini. Disini diperlukan pemahaman ilmu statistik agar dapat memilih “sample” yg sahih.

Tapi apa pun teknik memilih “sample”nya prinsipnya adalah “sample” dipilih dari “population” menggunakan teknik peluang (“probability”) tertentu.

Mengapa pakai teknik peluang? Supaya risiko salahnya terukur dan supaya hasilnya tdk berbias. Lagi2 ini perlu ilmu statistik.

Syarat kedua dari metode pengumpulan data agar sahih adalah jumlah “sample”nya cukup. Ukuran “sample” mencerminkan akurasi dan juga presisinya.

Nah, sekarang bagaimana dengan polling via twitter? Ada banyak kelemahan dari polling twitter shg tidak sesuai dengan kaidah ilmiah. Ini menjadi masalah ketika akan kita gunakan untuk menyimpulkan populasi, khususnya populasi rakyat Indonesia.

 

Pertama, siapa yg menjadi populasinya ketika kita melakukan polling via twitter? Kita tdk bisa mengatakan bhw pengguna twitter adalah populasi Indonesia. Tidak bisa juga dikatakan bhw semua pengguna twitter berhak memilih. Tidak ada jaminan bhw satu org hanya punya satu akun.

Kedua, siapa yg menjadi “sample”nya? Apakah teknik peluang bs digunakan disini? Sayangnya tdk bs digunakan krn yg ikut polling twitter bukan mereka yg terpilih tetapi mereka yg mau ikut polling saja. Juga brp jumlah “sample” yg tepat utk mencapai akurasi dan presisi tertentu?

Berbagai kelemahan tsb menjadikan data yg terkumpul tidak sahih adanya, sehingga sulit mengetahui akurasi dan presisinya. Jadi hasil polling twitter tidak layak untuk dipercaya.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Tags:
TwitterTribunWow.comInstagram
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved