Pilpres 2019
Tanggapi Cuitan Fadli Zon, Jansen Sitindaon: Sudah Selayaknya Gerindra Memantaskan Posisi Demokrat.
Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon tampak menanggapi postingan Fadli Zon mengenai koalisi Gerindra-Demokrat.
Penulis: Laila N
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon tampak menanggapi postingan Fadli Zon mengenai koalisi Gerindra-Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari laman Twitter @jansen_jsp yang diunggah pada Senin (13/8/2018).
Awalnya, Fadli Zon mengatakan jika Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih pantas sebagai seorang pengarah atau penasihat.
@fadlizon: Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, mengatakan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono lebih cocok sebagai pengarah atau penasihat.
• Soal Wagub DKI Pengganti Sandiaga Uno, Aboe Bakar Al Habsyi: Jangan sampai Dua Matahari Bersatu
Menanggapi hal tersebut, Jansen Sitindaon mengatakan jika sebagai pemimpin koalisi, Gerindra selayaknya memantaskan posisi Demokrat.
Ia pun mengungkapkan pada Fadli Zon jika partainya beda dengan Gerindra.
@jansen_jsp: Tanpa perlu diminta apalagi di debatkan, @Gerindra sbg pimpinan koalisi sdh selayaknya memantaskan posisi @PDemokrat.
Itulah jalan menaikkan militansi kembali.
Bang @fadlizon: Demokrat ini partai 2 digit, beda suara dgn kalian Gerindra cuma 1,62% saja. SOLID #PrabowoSandi2019!
• Fotonya Bersama AHY Dicibir, Gibran Rakabuming Tanggapi Santai

Sebelumnya, Jansen Sitindaon sempat menyinggung soal dua digit suara yang partainya miliki.
Ia menyebutkan apabila sebenarnya partainya sudah mengantongi dua digit sebagai syarat presidential threshold atau penetuan ambang batas presiden 20 persen memiliki suara kursi DPR.
Jansen mengatakan jika sebenarnya dari segi suara di DPR, Demokrat hanya beda 1,62 persen.
Di mana Gerindra memperoleh 11,81 persen sedangkan Demokrat memiliki 10,19 persen.
Namun, Jansen tetap mengikuti apa yang sudah menjadi keputusan Demokrat untuk bergabung pada koalisi Gerindra yang mengajukan Prabowo-Sandi.
"3 hari berlalu.. terasa masih pedih. Namun sikap dan keputusan sdh diambil: kami akan berjuang utk #PrabowoSandi! Demokrat ini partai 2 digit, beda dgn @Gerindra cuma 1,62% saja.
Sentuhlah dgn cara yg pas pak @prabowo dan @sandiuno. Kami akan memberikan kemenangan ini untuk anda." tulis Jansen, Senin (13/8/2018).

Dalam postingannya, Jansen juga mengunggah foto pertemuan antara Partai Gerindra dan Demokrat yang dilakukan sebelum pendaftran capres dan cawapres Prabowo-Sandiaga.
• Sri Mulyani Angkat Bicara soal Pemberitaan Dirinya yang akan Menjual Daerah Bali demi Utang Negara
Dikutip dari Tribunnews, pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno menjelaskan alasan Partai Demokrat tetap mendukung pasangan capres cawapres Prabowo-Sandiaga Uno.
Adi mengatakan jika koalisi itu disebut sebagai koalisi 'mentok' karena tak ada pilihan lain bagi Demokrat setelah koalisi Jokowi menutup rapat pintu koalisi bagi Demokrat.
Terlebih lagi, jika Demokrat memilih untuk abstain pada kontestasi Pilpres 2019.
Hal ini kan berdampak pada sanksi yang membuatnya absen di Pemilu 2024 sesuai peraturan KPU.
"Pertama, itu bentuk koalisi mentok karena tak ada opsi lain setelah kubu Jokowi menggembok rapat-rapat pintu koalisi ke Demokrat," ujar Adi, Jumat (10/8/2018).
"Jika Demokrat memilih non blok maka akan kena sanksi tak boleh ikut pemilu berikutnya (2024). Sebab itu, suka tak suka Demokrat dipaksa keadaan mendukung Prabowo," tambahnya.
• Kembali Jadi Saksi di Persidangan, JK Minta Hukuman Jero Wacik Diringankan
Adi juga menilai jika dukungan Demokrat terhadap Prabowo-Sandi mengharuskan adanya arus balik.
Ia menjelaskan jika SBY dan Demokrat harus lebih membumi, tak bisa terus-terusan merasa besar.
Oleh karena itu, menurut Adi, Demokrat yang membutuhkan partai lain.
"Koalisi mentok ini mesti jadi feedback bagi SBY dan Demokrat bahwa mereka harus lebih membumi karena aktor dan dan kekuatan mesin politik sudah berubah drastis. Tak bisa terus-terusan SBY dan Demokrat merasa besar dan dibutuhkan partai lain. Logika harus dibalik, Demokratlah yang harus agresif mencari partner koalisi," ungkapnya. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)