Pilpres 2019
Rekam Jejak dan Kesaksian Para Tokoh Terkait ke-NU-an Mahfud MD, Kiai Maimoen: Pak Mahfud NU Tulen
Kehidupan, pendidikan dan corak pemikirannya pun sangat kental terasa ke-NU-annya. Masihkah diragukan ke-NU-annya Mahfud MD?
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Wulan Kurnia Putri
Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika Serikat ini mengatakan jika Said Aqil Siraj pernah mengangkat Mahfud MD sebagai penasihat LPBH PBNU.
"Tahun 2015 Pak Mahfud MD jadi penasehat Lembaga bantuan hukum PBNU. Yang ngangkat Kiai Said Aqil. Kurang NU apa coba Pak Mahfud," kicau Sahal, Kamis (9/8/2018).
3. Kiai Maimoen Zubair: Pak Mahfud MD NU tulen
Sesepuh NU, Kiai Maimoen Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen tak meragukan ke-NU-an Mahfud MD.
Diberitakan di Tribunnews.com, Jumat 21 Juli 2018 silam, Mahfud mengunjungi kediaman Mbah Moen untuk menjalin silaturrahim.
Dalam kesempatan tersebut, Mbah Moen mengajak Mahfud MD ke satu ruangan khusus untuk berbicara berdua selama sekitar satu jam.
Setelah diskusi tertutup berdua Mbah Moen dan Mahfud bergabung dengan tamu-tamu lain termasuk dengan beberapa wartawan.
Atas pertanyaan tentang adanya isu yang meragukan ke-NU-an Mahfud MD, Mbah Moen tegas menjawab, "Saya tak meragukan bahwa Pak Mahfud MD ini NU tulen. Sejak sebelum Gus Dur jadi Presiden dan saat Gus Dur jadi Presiden bahkan setelah Gus Dur lengser dan sampai sekarang Pak Mahfud sering ke sini. Saya tahu dia tak diragukan sama sekali ke-NU-annya," kata Mbah Moen.
Mahfud MD mengaku sangat kagum kepada Mbah Moen karena dalam usianya yang sudah 90 tahun ulama kharismatik tersebut pikiran dan ingatannya masih sangat tajam.
"Luar biasa. Setelah berdiskusi empat mata berdua dengan Mbah Moen selama satu jam saya sudah merasa mendapat ilmu seperti kuliah dua semester tentang Islam dan kebangsaan," kata Mahfud MD.
"Beliau masih ingat detail sejarah Nabi dan sahabat-sahabatnya serta semua kebijakan negaranya yang madani, juga hafal sejarah perjuangan dan persahabatan Bung Karno dan Kiai Hasyim Asy’ari serta paham kenegaraan, kebangsaan, dan keaganaan keduanya," kata dia.
Kiai Maimoen, menurutnya, bisa dicatat sebagai referensi penting tentang nasionalisme Indonesia yang religius pada saat ini. (*)