Pilpres 2019
Rustam Ibrahim Pertanyakan Sikap SBY yang Membongkar Hambatannya Berkoalisi dengan Jokowi
Rustam Ibrahim menganggap sebaiknya persoalan tersebut tidak perku dikemukakan ke publik.
Penulis: Laila N
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Direktur LP3ES Rustam Ibrahim mempertanyakan sikap Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengungkapkan hambatan partainya untuk berkoalisi dengan kubu Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @RustamIbrahim yang diunggah pada Kamis (26/7/2018).
Rustam Ibrahim menganggap sebaiknya persoalan tersebut tidak perku dikemukakan ke publik.
• PSI Unggah Data Bakal Calon Legislatif Mantan Napi Korupsi: Gerindra Tertinggi
Melainkan cukup berlangsung di bawah permukaan.
Menurut Rustam, hal itu supaya tidak ada kesan jika Prabowo Subianto menjadi pilihan kedua.
@RustamIbrahim: Untuk apa perlunya Pak SBY mengemukakan hambatan dan kesulitan2 yang dihadapi untuk berkoalisi dengan Jokowi?
Biarlah itu berlangsung di bawah permukaan.
Agar tidak timbul kesan koalisi dengan Prabowo Subianto, menjadi "the second best" atau pilihan kedua.
• Ruhut Sitompul: Kok Tega Melempar Isu Negatif Masa Lalu 08

Diberitakan KompasTV, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan hubungannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Megawati Soekarnoputri.
SBY mengatakan pada Oktober 2014 Jokowi mengajak dirinya untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan.
"Waktu itu saya jawab kepada beliau, barang kali tidak tepat bapak, karena dalam pilpres yang baru saja dilaksanakan. Partai Demokrat tidak mengusung Pak Jokowi, dan juga tidak mengusung Pak Prabowo," kata SBY.
SBY menyatakan jika saat itu Demokrat memutuskan tidak mengusung capres-cawapres pada Pilpres 2014.
Pria 68 tahun ini mengaku jika dirinya kemudian bertemu dengan Jokowi pada tahun 2015.
Pada saat itu, Jokowi mengulangi ajakannya untuk bergabung.
SBY mengatakan saat itu jawabannya masih sama.
SBY lantas menyebutkan apabila dirinya sempat difitnah mengenai aksi 212.
Hal tersebut membuatnya datang ke istana untuk memberikan klarifikasi kepada Jokowi, dan semenjak itu keduanya sering bertemu.
• Sindir Jokowi, Fahri Hamzah: Kalau Punya Hak Eksekusi, Semua Aku Selesaikan Sehari
SBY mengatakan, jika cocok, Jokowi bisa diusung oleh partainya pada Pilpres 2019.
Pada Mei 2018, SBY menyatakan dirinya masih berhubungan baik dengan Jokowi.
Menurutnya, Jokowi sungguh-sungguh mengajaknya untuk bergabung.
Setiap bertemu dengan Jokowi, SBY menanyakan apakah partai koalisi Jokowi lainnya bisa menerima Demokrat jika bergabung.
Jokowi mengatakan bisa, namun, SBY kemudian melihat realitas hubungannya dengan Megawati, yang menurutnya belum pulih.
"Masih ada jarak, masih ada hambatan di situ," terang SBY.
Ia pun masih berfikir positif karena yang mengajak Jokowi, jadi kenapa tidak?
Kemudian, SBY memberikan klarifikasi terkait pemberitaan yang mengatakan jika dirinya mengajukan cawapres kepada Jokowi.
SBY menegaskan jika hal tersebut sama sekali tidak benar.
"Tidak pernah, termasuk yang disebut-sebut AHY, silahkan ditanyakan kepada Pak Jokowi. Pak Jokowi juga tidak pernah menawarkan posisi cawapres kepada Demokrat," ungkapnya.
• SBY: Saya Bukan Bawahan Jokowi, Ngabalin Hati-hati kalau Berbicara
"Jadi kami selama melakukan 5 kali pertemuan secara intensif tidak pernah membahas cawapres, kami tidak pernah meminta, dan beliau juga tidak pernah menawari posisi itu."
SBY lantas menjelaskan perubahan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
"Saya harus mengatakan tampaknya ada hambatan bagi Demokrat untuk berada dalam koalisi. Sungguh pun saya benar-benar merasakan kesungguhan Pak Jokowi untuk mengajak kami, tetapi saya mengetahui tanpa harus saya sampaikan dari mana sumbernya, memang tidak terbuka jalan bagi Demokrat untuk berkoalisi dengan beliau," ujar SBY. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• Menkumham Akui Ruangan yang Ditunjukkan Setya Novanto adalah Sel Palsu, Berikut Kejanggalannya