Disebut Jual Kualitas pada Parpol, Fahri Hamzah Bandingkan Dirinya dengan Jokowi
Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah memberikan perbandingan dirinya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah memberikan perbandingan dirinya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini ia kemukakan melalui akun Twitter miliknya, @Fahrihamzah saat netizen mengatakan jika Fahri Hamzah hanya jualan kualitas kepada Partai Politik, Jumat (27/7/2018).
Mulanya, netizen @ArdianzidanYuma memberikan komentar terkait tweet Fahri yang mengomentari soal buzzer Twitter.
@FahriHamzah: Maka yang lebih penting bagi kita adalah, keyakinan bahwa kita benar. Itulah yang tidak dimiliki oleh robot2 dan pemilik uang itu. Itulah kesejatian . Semoga Allah memperkuat kita. Jiwa kita agar tidak kalah oleh robot dan uang. Amin.
@ArdianzidanYuma: Skrg dia mencoba menjual kualitasnya kpd parpol agar dpt jatah sprti saat bersama PKS.
Cm mslhnya kan cm PKS partai tolol yg mau terima dia.
Fahri pun membalas kicauan dari netizen tersebut dengan menganggap bahwa netizen itu tersinggung dengan statistik yang baru saja ia tuliskan terkait capaian statistik dari era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
• Sindir Jokowi, Fahri Hamzah Beberkan 38 Data Statistik Capaian Indonesia Era SBY
Fahri pun menganggap dirinya berbeda dengan Joko Widodo (Jokowi).
Ia mengatakan jika dirinya merupakan pendiri partai, sedangkan Jokowi adalah penumpang dari partai yang berbeda.
"Saya mohon maaf kalau anda tersinggung dengan statistik tadi...tapi saya pendiri PKS dan jokowi penumpang di PDIP," tulis Fahri.
• Bantah SBY Baper, Ferdinand Hutahaean Sebut Megawati yang Menutup Pintu
Sebelumnya, netizen tersebut juga mengomentari kicauan Fahri terkait buzzer Twitter.
Fahri kemudian membalas netizen tersebut dengan mengirimkan beberapa tweet-nya.
Berikut ini kicauan Fahri Hamzah yang dirangkum TribunWow.com terkait buzzer.
"Jagad teknologi terkini di dunia maya telah dibeli untuk kepentingan perang di dunia maya.
Ada yang di beli oleh swasta dan ada yang dibeli pakai uang negara. Semuanya akan digunakan oleh yang punya kuasa untuk mendukung dan membela petahana.
Nanti, buzzer itu bukanlah seperti Alex dalam kisah The Guardian itu, yang Mengumpulkan secara manual buzzer-nya dan mereka mengirim pesan sponsor di akun media sosial mereka. Perang baru nanti tidak perlu buzzer.
Teknologi ini bisa memerankan semuanya.
Ini perang digital, tidak memerlukan manusia. Tapi uang. Uang untuk membeli perangkat perang yg sekarang yang dijual dan di pasok ke dunia maya kita.
Menciptakan fitnah dan Hoax serta membunuh karakter lawan. Ia juga punya kemampuan membunuh akun lawan.
Jadi kalau akun anda mati, bukan karena @Twitter atau @facebook membunuhnya. Meski kemungkinan itu ada tetapi mesin pembunuh digital bergentayangan di dunia maya. Mereka memerintahkan pembunuhan kepada robot2 yang digerakkan robot2 uang.
Tapi ada yang mereka tidak bisa matikan, yaitu keyakinan pada kebenaran. Keyakinan baik akan menyebar dan orang2 yang memiliki hati sedang memproduksi robot kebaikan.
Keyakinan tidak bisa dikalahkan dan keyakinan selalu membawa harapan.
Maka yang lebih penting bagi kita adalah, keyakinan bahwa kita benar. Itulah yang tidak dimiliki oleh robot2 dan pemilik uang itu. Itulah kesejatian .
Semoga Allah memperkuat kita. Jiwa kita agar tidak kalah oleh robot dan uang. Amin," kicau Fahri Hamzah.
• Fahri Hamzah Bahas soal Buzzer, Fadli Zon Akui Followersnya Hilang Sebanyak 6.000 Paska Pilkada
Diketahui sebelumnya, dikutip dari The Guardian, Alex adalah nama samaran yang diberikan kepada buzzer yang menghidupkan sejumlah akun palsu.
Dia akan menghidupkan sejumlah akun palsunya dengan melandasi pada garis-garis kemanusiaan.
Bercampur di antara aliran pos-pos politik, avatar-avatarnya, sebagian besar adalah wanita Indonesia yang muda, tapi semuanya palsu (fake).
Sejumlah akun palsu ini memang bekerja untuk menyebarkan fitnah, kebencian, dan SARA, yang dengan mudah dimakan oleh berbagai akun tiruan lainnya.
Tapi, akun palsu ini ada bukan untuk bersenang-senang; Alex dan timnya diberitahu bahwa mereka melakukan "perang".
• Fadli Zon Sebut Pemerintah Gagal karena Tidak Menyerahkan Urusan pada Ahlinya
"Ketika Anda sedang berperang, Anda menggunakan apa saja yang tersedia untuk menyerang lawan," kata Alex, yang ditemui di sebuah kafe di Jakarta Pusat.
"Tapi, kadang-kadang saya merasa jijik dengan diri saya sendiri."
Proyek itu ada yang mengatasnamakan sebagai bagian dari Muslim Cyber Army (MCA): operasi 'berita palsu' yang dirancang untuk menggagalkan pemimpin Indonesia.
MCA yang menggunakan akun palsu untuk provokasi ini sebagian di antaranya sudah ditangkap. (TribunWow.com/Tiffany Marantika