Ferdinand Hutahaean: Terlalu Banyak 'Peran Kosong' Diperankan Presiden untuk Menutupi Ketidakmampuan
Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menuliskan sejumlah catatan mengenai kondisi bangsa saat ini.
Penulis: Laila N
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menuliskan sejumlah catatan mengenai kondisi bangsa saat ini.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @LawanPolitikJKW yang diunggah pada Rabu (25/7/2018).
Menurutnya, saat ini adalah waktu memperbaiki Indonesia dari kerusakan.
Ferdinand Hutahaean menyebut, selama dipimpin Joko Widodo, negara diurus dengan cara-cara yang tidak sepatutnya.
Ia pun mengatakan jika ada terlalu banyak peran kosong yang diperankan oleh presiden untuk menutupi ketidakmampuan.
• Nadirsyah Hosen Soroti Manuver Politik Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean: Analisismu Nol Besar
Berikut ini kicauan Ferdinand sebagaimana dilansir TribunWow.com.
"1. SAATNYA MEMPERBAIKI INDONESIA
Tahun politik telah memasuki fase yang semakin keras dan ketat. Fase yang yang sangat mungkin menghalalkan yang tidak halal dalam politik.
Tahun 2019 telah didepan mata. Dalam hitungan yang tidak panjang lagi kita akan menyebrang memasuki thn 2019.
2. Peristiwa Demokrasi yang akan menentukan nasib masa depan anak cucu bangsa ini.
Peristiwa yang akan sangat menentukan apakah para Ibu akan terus berkeluh kesah menyiapkan makanan bagi anak-anaknya dan keluarga ditengah mahalnya bahan makanan.
3. Peristiwa demokrasi yang akan menetukan apakah setiap laki-laki akan kesulitan mencari pekerjaan dan setiap Bapak akan kewalahan memenuhi kebutuhan keluarganya.
Moment politik yang akan menetukan apakah kaum pengusaha akan dijadikan sapi perah atas tingginya pajak dan pungutan.
4. Apakah hak rakyat dalam bentuk subsidi akan dirampas semua dan dialihkan ke beton yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berada, itulah jalan toll.
Semua ptergantung kewarasan publik yang merasakan langsung akibat hidupnya.
5. 4 thn sdh Joko Widodo memerintah negara besar ini dengan cara-cara yang tidak besar.
Negara diurus dengan cara2 yang tidak sepatutnya dan diurus dengan senda gurau semata.
Akhirnya martabat bangsa hilang ditelan cerita2 yang dibuat hebat untuk menutupi ketidak hebatan pmrth.
6. Terlalu banyak peran kosong diperankan Presiden untuk menutupi ketidak mampuan.
Terlalu banyak peran sandiwara diperankan presiden untuk membangun sebuah cerita, ya.. cerita hebat yang menceritakan kehebatan semu penguasa yang sesungguhnya tidak hebat dan berbanding terbalik.
• Najwa Shihab Menemukan Alat Olahraga di Sel Lutfi Hasan hingga Barang Mewah di Ruangan OC Kaligis
7. Dimanakah kini kisah penurunan angka kemiskinan itu ketika di Maluku muncul berita rakyat mati kelaparan?
Dimanakah kini cerita peningkatan kesejahteraan rakyat itu jika dipasar Ibu2 harus menjerit membeli telor dan ayam yang mahalnya melampaui batas kemampuan daya beli rakyat?
8. Dimanakah kini cerita hebat penurunan ongkos distribusi Karena jalan toll yang akan berdampak pada penurunan harga jika Ibu-ibu menahan pedih hati membayar 1 kg beras melampui penghasilan 1 hari suaminya?
9. Dimanakah semua cerita hebat itu kini? Semua hanya cerita dongeng yang menina bobokan masyarakat dengan lakon-lakon kosong bagai serial drama.
10. Masalah bangsa semakin bertumpuk dan menjadi bom waktu yang bisa meledak jika tidak segera dijinakkan.
Begitulah gambaran nyata bangsa kita saat ini.
Bom waktu kerusakan pengelolaan negara ini bisa meledak dan menghasilkan daya rusak yang sangat besar.
11. BUMN terlilit hutang, APBN bertumpu hutang, sementara tidak ada solusi dari pemerintah dan Presiden Jokowi tidak berani mengambil kebijakan yang tidak popular terutama di Pertamin dan PLN.
12. Jokowi menahan harga, tanpa subsidi di APBN karena terlanjur mengejek kebijakan subsidi, akhirnya perusahaan Pertamina dan PLN yang menanggung secara langsung, akibatnya BUMN ini terancam berdara-darah dan rugi.
13. Inikah seorang pemimpin? Menanam banyak bom waktu atas kesalahan pengelolaan negara yang berpotensi menghacurkan dan merusak tatanan sosial berbangsa dan bernegara?
Tidak elok jika hanya karena ingin berkuasa 2 periode, semua dikorbankan termasuk masa depan bangsa.
15. Sekarang saatnya memperbaiki bangsa Indonesia dari kerusakan, memperbaiki Indonesia dari ketidak mampuan mengelola negara oleh pemerintah.
Kegagalan in harus diakhir sebelum bangsa ini terjatuh kejurang krisi yang dalam. Sudah saatnya kita persiapkan diri memilih pemimpin baru.
16. Mempertahankan yang sudah terbutki gagal, hanya akan membawa bangsa ini kedalam kerusakan yang lebih dalam.
Lebih baik memilih pemimpin baru arena membawa harapan baru daripada mempertahankan yang lama dan sudah gagal," tulisnya.
• Tanggapi Omongan Susi Pudjiastuti, Fadli Zon: Apa Sudah Tahu Nelayan Hidup Susah?
(TribunWow.com/Lailatun Niqmah)