Breaking News:

Pilkada Serentak 2018

Pakar Statistik IPB Beri Penjelasan Beda Quick Count dan Hasil KPU

Kharil Anwar Notodiputro selaku pakar statistik Intitut Pertanian Bogor (IPB) memberikan penjelasan mengenaik beda quick count dan KPU.

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Astini Mega Sari
IPB
Pakar Statistik Institut Pertanian Bogor (IPB), Khairil Anwar Notodiputro 

TRIBUNWOW.COM - Kharil Anwar Notodiputro selaku pakar statistik Intitut Pertanian Bogor (IPB) memberikan penjelasan mengenaik beda quick count dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Penjelasan tersebut diberikan Khairil melalui akun Twitter-nya, @kh_notodiputro, Kamis (28/6/2018).

Khairil mengatakan jika quick count (QC) merupakan statistik, sementara KPU adalah parameter, dan selalu ada pembeda antar keduanya.

Perbedaan tersebut dikarenakan statistik yang selalu berubah-ubah dari satu survei ke survei yang lain, dan hal tersebut bukan suatu keburukan.

Anggap Penting Pendidikan Politik Bagi Pemilih, Sekjen PSI: Tugas Parpol Mengajarkan Rasionalitas

Walaupun statistik berbeda antar suvei dan hasilnya selalu berbeda dengan parameter.

Namun, jika dirata-rata, semua hasil survei tersebut maka hasilnya akan sama dengan parameter.

Hal itu merupakan sifat unik dan keunggulan dari statistik.

Hasil tersebut bisa sama asalkan survei itu dilakukan berbasis contoh acak (random samples).

Penarikan Bangkai KM Sinar Bangun, Robot Khusus dari Singapura hingga Jenazah Masih Utuh

Maka, yang terjadi adalah rata-rata dari hasil survei itu akan konvergen (memusat) ke parameternya.

Sehingga quick count konvergen ke real count asalkan quick count didasarkan pada sample yang representatif.

Hal itu dikenal dengan sifat tak bias.

Tweet Khairil
Tweet Khairil (Capture Twitter)

Jadwal Live Piala Dunia 2018, Uruguay Vs Portugal Pukul 01.00 WIB di Trans Tv: Pembuktian Ronaldo

Berikut ini penjelasan lain mengenai quick count yang dirangkum Tribunwow.com melalui akun Twitter Khairil.

"QC itu tidak seperti hitung cepat yang dilakukan di RM Padang. Hitung cepat harga makanan disitu tidak boleh salah. Tapi kalau QC selalu mengandung kesalahan. Jadi dalam QC kesalahan itu adalah suatu keniscayaan, bukan keburukan.

Dalam bhs Inggris ada dua kata yang berarti kesalahan, yaitu “mistake” dan “error”. Kesalahan yang terjadi pada hitung cepat di RM Padang disebut “mistake”. Kesalahan yang terjadi pada QC disebut “error”. “Mistake” dan “error” adalah dua hal yang berbeda.

Apa beda kedua istilah itu dalam khasanah ilmu pengetahuan? “Mistake” adalah kesalahan yang bisa dihindari sehingga bisa ditiadakan. Sedangkan “error” adalah kesalahan yang tidak dapat dihindari sehingga menjadi keniscayaan

Ketika mahasiswa ditanya berapa 2+7 lalu dijawab 10, maka mahasiswa ini telah membuat “mistake”. Tetapi jika mahasiswa janji bimbingan dengan dosen jam 7:00 dan mahasiswa tiba ruang dosen jam 7:01 atau jam 6:59 maka mahasiswa itu membuat “error”. Yang pertama bisa dihindari, yang kedua tidak bisa.

Untuk memperjelas beda kedua istilah itu misal kita menyuruh 2 anak dengan kecerdasan yang sama untuk menjawab 2+7 maka hasilnya harus 9. Jika hasil berbeda maka yang terjadi adalah “mistake”.

Mardani Ali Sera: Kita Perlu Lembaga Survei yang Tak Partisan, Berintegritas dan Jujur

Tetapi jika kita ambil 2 butir jagung dari satu induk, lalu ditanam dengan cara yang sama dan dikendalikan secara ketat maka hampir bisa dipastikan pertumbuhan keduanya berbeda. Inilah yang namanya “error”.

Lalu menjadi pertanyaan, jika QC itu jelas mengandung kesalahan (baca: “error”) apakah QC itu ada gunanya? Tidak perlu diragukan, pada saat pilkada kita masih menggunakan sistem pencoblosan manual spt sekarang ini maka QC banyak memberikan manfaat.

Manfaat pertama adalah hasil QC dapat mengobati rasa ingin tahu masyarakat terhadap hasil pilkada secara cepat. Sistem pencoblosan yang manual seperti saat ini cukup lama proses perhitungannya. Dengan mengetahui prediksi hasilnya maka antisipasi bisa dilakukan.

Manfaat kedua adalah QC dapat menjadi pendorong atau penekan terhadap KPU agar bekerja serius, hati2 dan jujur dalam penghitungan perolehan suara paslon. Jika tidak maka hasil QC bisa menjadi pembandingnya. Perbedaan hasil QC dan RC harus bisa dipertanggung-jawabkan.

Fadli Zon: Kredibilitas Lembaga Survei Kembali Dipertanyakan

Manfaat ketiga adalah QC bisa digunakan untuk mendidik masyarakat agar melek statistik (statistics literate) atau sekarang disebut sebagai “statisticacy”. Statisticacy merupakan ciri dari masyarakat moderen. Sebaliknya ciri masyarakat primitif adalah percaya pada mistik, rumor, atau fitnah.

Manfaat keempat adalah terbukanya lapangan kerja karena tumbuhnya industri lembaga survei. Banyak ahli pengumpulan data, analis data, pemrograman, dan ahli lainnya terserap bekerja di lembaga survei. Jadi ada kontribusi thd geliat ekonomi kita.

Manfaat kelima QC dapat menjadi pendidikan politik bagi masyarakat. Perbedaan hasil QC yang selalu terjadi akan mengajarkan kepada masyarakat bahwa berbeda itu biasa dan tidak perlu harus anarkhis. Akhirnya masyarakat akan mampu menerima perbedaan dalam politik.

Lalu bisakah kita menakar kualitas dari suatu QC? Bisa, tapi penjelasannya nanti saja ya.. mudah2an ada kesempatan berikutnya.. sekian dan TABIK," tulis Khairil. (Tribunwow/Tiffany Marantika)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Pilkada Serentak 2018Institut Pertanian Bogor (IPB)Quick countKomisi Pemilihan Umum (KPU)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved