Ramadan dan Idul Fitri 2018
Andi Arief: Arus Mudik ke Jawa Turun, Semakin Membenarkan Orasi Anak Ingusan AHY
Politisi Partai Demokrat Andi Arief menanggapi pernyataan dari pihak kepolisian yang mengungkapkan apabila arus mudik tahun ini cenderung turun.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Pertama, daya beli.
Meski angka-angka indikator ekonomi makro relatif baik, namun pada kenyataannya di lapangan, masyarakat merasakan hal yang berbeda.
Hampir di setiap tempat yang kami datangi, rakyat berteriak, “Pak, bagaimana ini?
Harga-harga kebutuhan pokok naik! Barang-barang makin mahal.” Bahkan, ada satu perkataan seorang ibu di Jawa Tengah yang selalu terngiang di telinga saya,
“Jangankan untuk sekolah anak, untuk hidup sehari-hari saja, susah.”
Di satu sisi, harga-harga kebutuhan naik secara signifikan. Di sisi lain, kemampuan dan kesempatan masyarakat makin terbatas untuk memperoleh penghasilan yang layak.
Sebagai contoh: di laut Pangandaran, para nelayan menunjukkan kepada saya minimnya tangkapan mereka.
Petani garam di Kabupaten Cirebon, mengeluhkan melimpahnya garam impor.
Buruh, di berbagai tempat mengadukan upah minimum mereka yang sulit mengejar kenaikan harga barang.
Para pekerja honorer - guru dan bidan – mengadukan, ketidakpastian masa depan mereka yang tidak kunjung diangkat menjadi PNS.
Sekarang, mari kita lihat gambar besarnya.
Konsumsi rumah tangga menurun.
Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan, komponen utama dalam ekonomi kita, mewakili lebih dari setengah Produk Domestik Bruto (PDB) kita.
• Tuai Kontroversi, Gus Yahya Hanya Bahas Islam dan Yahudi di Israel, Tonton Videonya!
Ada yang berpendapat, bahwa penurunan konsumsi rumah tangga ini, akibat pergeseran pola pembelian dari ritel fisik menjadi online.
Tapi faktanya, ritel online hanya mewakili satu hingga dua persen dari nilai total penjualan barang konsumsi.
Angka ini tidak bisa menutupi turunnya pembelian ritel fisik.
Harus diakui, daya beli rakyat memang menurun.