Kisah Pilu Para Pengusaha Rumah Makan di Jalur Pantura, 'Jalur Emas Itu Tinggal Kenangan'
Dioperasionalkannya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) mempunyai dampak ekonomi terhadap warga sekitar.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Dioperasionalkannya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) mempunyai dampak ekonomi terhadap warga sekitar.
Salah satunya adalah para pemilik rumah makan yang berada di sepanjang jalur pantura Cirebon, Jawa Barat.
Pengusaha rumah makan tersebut mengeluh penghasilan mereka menurun setelah beroperasinya jalan tol Cipali pada pada 13 Juni 2015 lalu.
"Waktu belum ada tol penghasilan saya bisa sampai Rp 2 juta per bulan sekarang hanya Rp 900 ribu jelas sangat menurun," ujar Asep Karna (45 tahun), salah satu pelayan Restoran Hilda II, yang saat ini masih ditugaskan untuk menjaga restoran tersebut, saat ditemui Minggu (10/6/2018).
• Pemudik Asal Pangandaran Melahirkan Bayinya di Rest Area Km 88 Tol Cipularang
Restoran Hilda II, di Jalan Patok Besi, Kabupaten Subang ini merupakan salah satu restoran terbesar yang ada di jalur Pantura Jabar.
Restoran yang dibangun dengan arsitektur bergaya tradisional ini sudah melayani pemudik sejak diresmikan pada tahun 2010.
Pada masa keemasannya, restoran cukup laris karena menu yang disajikannya beraneka ragam, terutama menu prasmanan nya.
"Nggak pernah sepi, mas. Apalagi, kalau memasuki puasa dan arus mudik lebaran, sangat ramai," kata Asep.
Namun, pasca-beroperasinya Tol Cipali, semuanya berubah 180 derajat.
Pelan tapi pasti, Restoran Hilda II kehilangan pelanggan yang terjadi dari waktu ke waktu.
"Akhirnya ya sepi mas, kayak gini, pemudik lebih milih lewal tol" ujarnya.
• Info Mudik: Jalur Brebes-Purwokerto Macet 6 Kilometer, Polisi Berlakukan Contra Flow
Menghadapi kondisi yang seperti ini, dirinya pun hanya bisa bergumam lirih.
"Tak ada lagi yang mampir," katanya.
Dia pun bercerita, sebelum Tol Cipali diresmikan, kehidupan warga di sepanjang ruas jalan Pantura, dari Cikampek hingga Indramayu, mendirikan rumah makan masih menjadi satu- satunya mata pencarian para warga setempat.
Luas halaman yang lebar dan fasilitas yang lengkap menjadi modal mereka untuk bisa menawarkan tempat peristirahatan bagi para pengendara mobil yang melintas.