Tanggapi Mundurnya Yudi Latif dari Kepala BPIP, Dahnil Anzar: Sangat Pancasilais
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simajuntak memberi tanggapan terkait mundurnya Yudi Latif sebagai Kepala BPIP.
Penulis: Rekarinta Vintoko
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif mendadak mengajukan pengunduran diri.
Pengumuman tersebut ia tulis melalui akun Facebook pribadinya di Yudi Latif Dua, Jumat (8/6/2018) sebagai berikut:
"Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit. Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan," begitu penggalan alasan mundurnya Yudi Latif dari BPIP yang dikutip dari akun Facebook Yudi Latif Dua.
• Seorang Mucikari Ditangkap usai Jual Pelajar SMA sebagai PSK Melalui Situs Website
Padahal akhir-akhir ini BPIP sedang menjadi sorotan perihal gaji tinggi yang diterima dari para pejabatnya.
Sejumlah tokoh pun angkat bicara mengenai mundurnya Yudi Latif dari jabatannya sebagai Kepala BPIP.
Diantaranya, Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, CEO AMI Group, Azzam M Izzulhaq, hingga Pengamat Hukum Tata Negara, Refly Harun.
Seperti yang diungkapkan, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simajuntak melalui akun Twitternya, @Dahnilanzar, yang diunggah pada Jumat (8/6/2018).
• Menunggu Detik-detik Kelahiran, Begini 5 Potret Maternity Shoot Caca Tengker, Elegan Banget
Dahnil mengatakan jika langkah yang diambil oleh Yudi Latif sangat Pancasilais.
Menurutnya, mundur ketika ada yang tidak benar menjadi keputusan yang terbaik.
Sehingga, Yudi Latif tidak perlu membuat kata-kata pembenaran terkait BPIP.
"Apa yang dilakukan oleh Yudi Latief saya kira sangat Pancasilais. Mundur ketika ada yg tidak benar dan tidak sanggup menangani, tanpa perlu mati2an merangkai kata pembenaran," tulis Dahnil.
Berikut isi surat lengkap pengunduran diri Yudi Latif:
TERIMA KASIH, MOHON PAMIT
Salam Pancasila!
Saudara-saudaraku yang budiman,
Hari kemarin (Kamis, 07 Juni 2018), tepat satu tahun saya, Yudi Latif, memangku jabatan sebagai Kepala (Pelaksana) Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)--yang sejak Februari 2018 bertransformasi menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Selama setahun itu, terlalu sedikit yang telah kami kerjakan untuk persoalan yang teramat besar.
Lembaga penyemai Pancasila ini baru menggunakan anggaran negara untuk program sekitar 7 milyar rupiah. Mengapa? Kami (Pengarah dan Kepala Pelaksana) dilantik pada 7 Juni 2017.
Tak lama kemudian memasuki masa libur lebaran, dan baru memiliki 3 orang Deputi pada bulan Juli.
Tahun anggaran telah berjalan, dan sumber pembiayaan harus diajukan lewat APBNP, dengan menginduk pada Sekretaris Kabinet.
Anggaran baru turun pada awal November, dan pada 15 Desember penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga harus berakhir.
Praktis, kami hanya punya waktu satu bulan untuk menggunakan anggaran negara.
Adapun anggaran untuk tahun 2018, sampai saat ini belum turun.
• Demam Tik Tok, Indra Herlambang Tak Bisa Berhenti Goyang Dua Jari
Selain itu, kewenangan UKP-PIP berdasarkan Perpres juga hampir tidak memiliki kewenangan eksekusi secara langsung.
Apalagi dengan anggaran yang menginduk pada salah satu kedeputian di Seskab, kinerja UKP-PIP dinilai dari rekomendasi yang diberikan kepada Presiden.
Kemampuan mengoptimalkan kreasi tenaga pun terbatas.
Setelah setahun bekerja, seluruh personil di jajaran Dewan Pengarah dan Pelaksana belum mendapatkan hak keuangan.
Mengapa? Karena menunggu Perpres tentang hak keuangan ditandatangani Presiden.
Perpres tentang hal ini tak kunjung keluar, barangkali karena adanya pikiran yang berkembang di rapat-rapat Dewan Pengarah, untuk mengubah bentuk kelembagaan dari Unit Kerja Presiden menjadi Badan tersendiri. Mengingat keterbatasan kewenangan lembaga yang telah disebutkan.
Dan ternyata, perubahan dari UKP-PIP menjadi BPIP memakan waktu yang lama, karena berbagai prosedur yang harus dilalui.
Dengan mengatakan kendala-kendala tersebut tidaklah berarti tidak ada yang kami kerjakan.
Terima kasih besar pada keswadayaan inisiatif masyarakat dan lembaga pemerintahan.
Setiap hari ada saja kegiatan kami di seluruh pelosok tanan air; bahkan seringkali kami tak mengenal waktu libur.
Kepadatan kegiatan ini dikerjakan dengan menjalin kerjasama dengan inisiatif komunitas masyarakat dan Kementerian/Lembaga.
Suasana seperti itulah yang meyakinkan kami bahwa rasa tanggung jawab untuk secara gotong-royong menghidupkan Pancasila merupakan kekuatan positif yang membangkitkan optimisme.
Eksistensi UKP-PIP/BPIP berhasil bukan karena banyaknya klaim kegiatan yang dilakukan dengan bendera UKP-PIP/BPIP.
Melainkan, ketika inisiatif program pembudayaan Pancasila oleh lembaga kenegaraan dan masyarakat bermekaran, meski tanpa keterlibatan dan bantuan UKP-PIP/BPIP.
• Laporkan Akun Instagram Anti Halu, Jenis Kelamin Lucinta Luna Jadi Sorotan
Untuk itu, dari lubuk hati yang terdalam, kami ingin mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya atas partisipasi semua pihak dalam mengarusutamakan kembali Pancasila dalam kehidupan publik.
Selanjutnya, harus dikatakan bahwa transformasi dari UKP-PIP menjadi BPIP membawa perubahan besar pada struktur organisasi, peran dan fungsi lembaga.
Juga dalam relasi antara Dewan Pengarah dan Pelaksana.
Semuanya itu memerlukan tipe kecakapan, kepribadian serta perhatian dan tanggung jawab yang berbeda.
Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan.
Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit.
Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan.
Pada titik ini, dari kesadaran penuh harus saya akui bahwa segala kekurangan dan kesalahan lembaga ini selama setahun lamanya merupakan tanggung jawab saya selaku Kepala Pelaksana.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin menghaturkan permohonan maaf pada seluruh rakyat Indonesia.
Pada segenap tim UKP-PIP/BPIP yang dengan gigih, bahu-membahu mengibarkan panji Pancasila, meski dengan segala keterbatasan dan kesulitan yang ada, apresiasi dan rasa terima kasih sepantasnya saya haturkan.
Saya mohon pamit. "Segala yang lenyap adalah kebutuhan bagi yang lain, (itu sebabnya kita bergiliran lahir dan mati). seperti gelembung-gelembung di laut berasal, mereka muncul, kemudian pecah, dan kepada laut mereka kembali" (Alexander Pope, An Essay on Man).
Salam takzim,
Yudi Latif
(TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)