Kasus Terorisme
Tangkal Radikalisme di Perguruan Tinggi, Azyumardi Azra: Kembalikan HMI, PMII & IMM ke Dalam Kampus
"Kembalikan organisasi ekstra mahasiswa spt HMI, PMII, dan IMM ke dalam kampus, sehingga mengurangi dominasi organisasi Islam 'kanan'."
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Paham radikalisme telah masuk ke dalam ruang-ruang akademis kampus.
Hal ini dikonfirmasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang telah merilis data kampus yang terpapar paham radikalisme.
Dalam rilisannya, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ir Hamli mengeluarkan data 7 kampus yang terpapar paham radikalisme.
• Isu Jusuf Kalla Maju Cawapres, Rizal Ramli: Berani dan Ambisius Amat
Ironisnya, ke-7 kampus tersebut merupakan kampus negeri yang banyak diminati oleh para pelajar di Indonesia.
Tujuh kampus tersebut di antaranya adalah, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan terakhir Universitas Brawijaya (UB).
Menanggapi adanya fenomena kampus yang terpapar ideologi radikali tersebut, cendekiawan muslim, Azyumardi Azra turut memberikan tanggapan.
Menurut Azyumardi Azra, guna mengurangi paham radikalisme di kampus, organisasi ektra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) perlu dikembalikan lagi ke dalam kampus.
Kehadiran tiga organisasi ekstra kampus tersebut, menurut Azyumardi Azra akan mampu mengurangi dominasi organisasi Islam 'kanan'.
"Kembalikan organisasi ekstra mahasiswa spt HMI, PMII, dan IMM ke dalam kampus, sehingga mengurangi dominasi organisasi Islam 'kanan'," kicau Azyumardi Azra, Senin (4/6/2018).
• Politisi PKPI Teddy Gusnaidi Sebut PKS Menjadi Penentu Terjadinya Capres Tunggal Jokowi
Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh Azyumardi ketika berada di acara Satu Meja Kompas TV yang mengulas tema 'Radikalisme Mencengkeram Kampus'.
Saat itu, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Asrorun Niam menyinggung tentang optimalisasi organisasi ekstra.
Menurut Asrorun Niam, organisasi ekstra (HMI, PMII dan IMM) saat ini kurang hadir dalam memenuhi kehausan nilai-nilai keagamaan yang dirasakan mahasiswa.
Padahal notabene, ketiga organisasi tersebut merupakan organisasi mahasiswa Islam.
"Selama ini (organisasi ekstra) kurang cukup hadir memenuhi ekspektasi kemahasiswaan, khususnya menjawab kehausan akan nilai keagamaan, termasuk organisasi ekstra yang berbasis agama," ujar Asrorun Niam dalam acara Satu Meja Kompas TV.
"PMII, HMI, IMM, tidak cukup hadir dalam pengertian sesuai dengan ekspektasi dari kehausan keagamaan mereka, sehingga mereka (mahasiswa) mencari dengan jalannya," imbuhnya.
• Yusril Ihza Sebut 4 Parpol Perlu Berkoalisi untuk Lawan Jokowi di Pilpres 2019
Pernyataan Asrorun Niam tersebut disepakati oleh Azyumardi Azra.
Azyumardi menambahkan, ketiga organisasi tersebut harus kembali masuk kampus.
Ia menjelaskan, semenjak ditetapkannya Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) di era Orde Baru, organisasi ekstra seperti HMI, PMII dan IMM dilarang untuk berkegiatan di dalam kampus.
Sehingga, yang memegang kendali di organisasi intra kampus dikuasai oleh kelompok organisasi mahasiswa 'kanan' yang mudah tergelincir kepada paham radikalisme.
"Saya kira perlu membawa kembali organisasi ekstra kampus, seperti HMI, PMII, IMM dan sebagainya karena sejak zaman NKK/BKK organisasi ini dikeluarkan semua dari kampus," kata Azyumardi Azra.
"Akibatnya yang memegang kendali di kampus adalah kelompok-kelompok organisasi mahasiswa yang cenderung ke kanan."
"Kalau dia cenderung ke kanan, ya dengan mudah bisa tergelincir ke dalam paham yang intoleran dan radikal."
"Jadi saya kira langkah-langkah itu harus dilakukan," kata Azyumardi.
• 3 Fakta Pembangunan UIII, dari Lahan hingga Rujukan Kemajuan Peradaban Islam di Dunia
Penangkapan teroris di Kampus UR
Diberitakan sebelumnya, Tim Densus 88 melakukan penggeledahan di Kampus Universitas Riau, Sabtu (2/6/2018) pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.
Saat penggeledahan, sekitar gedung dengan radius sekitar 15 hingga 20 meter disterilkan.
Puluhan anggota dari Satuan Brimob yang bersenjata lengkap pun bersiaga di sekitar lokasi.
Termasuk sejumlah kendaraan taktis juga standby.
Dari penggeledahan, sejumlah barang, empat bom siap pakai, dan tiga terduga teroris diamankan.
ketiga terduga teroris yang ditangkap tiga orang tersebut masing-masing berinisial Z, K, dan D.
Kapolda Riau Irjen Pol Nandang mengatakan ketiga teroris tersebut merakit bom di gelanggang mahasiswa kampus Fisip Universitas Riau.
"Bom dirakit di gelanggang mahasiswa," kata Nandang saat memberikan keterangan.
Nandang mengatakan, ketiga terduga teroris berinisial J alumni 2005, D alumni 2002 dan K alumni 2004.
"Jumlahnya 3 orang (terduga teroris). Mereka bukan mahasiswa, tetapi sudah alumni," kata Kapolda Riau Irjen Pol Nandang dalam konferensi pers di Mapolda Riau, Sabtu malam.
Tim Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri menyita empat bom siap pakai dalam penggerebekan.
Selain 3 buah bom rakitan, polisi juga menyita 8 bungkus serbuk berbagai jenis yang mudah terbakar, 2 busur panah beserta 8 anak panah serta 1 senapan angin.
"Bom ini siap diledakkan. Tapi sudah dijinakkan oleh Jihandak," kata Kapolda Riau Irjen Pol Nandang dalam konferensi pers di Mapolda Riau, Sabtu malam.
Berdasarkan keterangan pelaku, lanjut Nandang, bom tersebut rencananya akan diledakkan di kantor DPRD Riau dan DPR RI.
"Kita belum tau kapan mau diledakkan oleh pelaku sementara masih kita dalami motifnya," ujar Nandang.
• Breaking News: Kebakaran Terjadi di Kawasan Pekan Raya Jakarta
Langkah antisipasi UR
Pasca penggerebekan dan penggeledahan terhadap terduga teroris yang dilakukan aparat dari Densus 88 dibantu Polda Riau dan Polresta Pekanbaru di lingkungan kampus, Rektor UR Aras Mulyadi beserta jajaran langsung mengambil langkah penanganan.
"Ini kita lakukan untuk mencegah terjadinya lagi hal-hal yang tak diinginkan di kampus kita," kata dia.
Disebutkan Aras, untuk jangka panjang, pihaknya akan membenahi perangkat-perangkat peraturan yang berkenaan dengan tata laksana kegiatan di kampus.
Diantaranya perlunya pendampingan dan pembinaan yang dilakukan baik mahasiswa dan semua civitas akademika.
Kemudian pengontrolan penggunaan seluruh fasilitas yang ada di kampus.
"Kita juga perlu mendata kalau ada warga lain yang masuk ke kampus, yang bukan civitas akademika, apalagi sampai menginap di kampus," tegas dia.
Selanjutnya dipaparkan Rektor, pihaknya juga akan melakukan revitalisasi kurikulum dalam proses pembelajaran, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pengendalian paham dan ideologi.
"Kita punya dasar ideologi dan falsafah Pancasila. Mari kita internalisasi ke dalam kurikulum dan berbagai proses perkuliahan. Agar paham-paham yang tidak sesuai ini dapat kita hindari dan kita cegah," ujar Rektor UR.
Aras mengakui, memang pihaknya kecolongan terkait kejadian ini.
"Karena memang sebelumnya tidak ada yang mencurigakan. Tidak ada gejala apa-apa," ungkapnya.
Ditambahkan Aras, kegiatan di kampus sendiri pasca peristiwa pada Sabtu (2/6/2018), berlangsung aman dan normal.
"Kegiatan seperti biasa, normal. Karena kan sekarang situasinya sedang ujian akhir semester," tutupnya. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)