Isi Pidato Asli Bung Karno yang Menjadi Cikal Bakal Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945
"Saya namakan ini ... Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas lima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi."
Editor: Fachri Sakti Nugroho
"Tak lain tak bukan adalah yang dinamakan democratie di sana hanya politik demokrasi saja. Semata-mata tidak ada sociale rechtvaardigheid, tak ada keadilan sosial, tidak ada ekonomische democratie sama sekali," tegas Bung Karno.
Dia menambahkan, "Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi ala Barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial."
5. Prinsip Ketuhanan
Setelah menjelaskan sila dalam keempat dasar negara itu, Soekarno menjelaskan prinsip kelima yakni Ketuhanan.
"Bukan saja bangsa Indonesia berTuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang belum ber-Tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW. Orang Budha menjalankan ibadahnya menurut kitabnya," kata Bung Karno.
Prinsip Ketuhanan ini hendaknya dijalankan dengan penuh keadaban. "Apakah cara yang berkeadaban, ialah hormat menghormati satu sama lain. Nabi Muhammad telah memberi bukti yang cukup tentang menghormati agama lain. Nabi Isa pun demikian," katanya.
"Saudara-saudara, dasar negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan!" katanya.
Soekarno mengaku senang simbolik. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai Panca Indera.
"Namanya bukan Panca Dharma. Saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas lima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi," tegas Bung Karno yang disambut gemuruh tepuk tangan hadirin. (*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pidato Asli Bung Karno Terkait Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945