Balas Dipo Alam, Rustam Ibrahim: Nggak Risau soal Impor Beras, Banyak Bendungan di Bangun Era Jokowi
Dipo Alam menuliskan cuitannya soal impor beras dan kemudian mendapatkan tanggapan dari Rustam Ibrahim.
Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
TRIBUNWOW.COM - Mantan Sekretaris kabinet di era SBY, Dipo Alam menuliskan cuitannya soal impor beras dan kemudian mendapatkan tanggapan dari Rustam Ibrahim.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @RustamIbrahim yang ia tuliskan pada Sabtu (26/2018).
Mulanya, Dipo alam mengkawatirkan nasib petani dan menagih janji nawacita soal tidak akan impor beras.
"Jangan kelamaan saling beda pendapatnya.Yang penting petani dan konsumen tidak terganggu kebutuhannya..juga cita2 Nawacita tidak impor pangan jangan tergerus," tulisnya.
• Soal Pertumbuhan Ekonomi yang Dibandingkan dengan Era SBY, Rustam Ibrahim: Tunggu Jokowi 10 Tahun
Menjawab kerisauan Dipo Alam, Rustam lantas mengaku tidak khawatir soal impor beras.
Menurutnya di era Gus Dur, Megawati dan SBY juga melakan hal yang sama.
"Bagi saya soal impor beras bukan hal yg perlu terlalu dirisaukan. Jaman Soeharto impor beras, Gus Dur impor, Megawati impor, SBY impor. Jadi mengapa risau jika Jokowi impor? Tapi dengan banyaknya bendungan dibangun masa Jokowi sy justru lebih optimis dimasa depan kita swasembada," tulis Rustam.
• Rupiah 14 Ribu, Andi Arief Analisis Kepemimpinan Jokowi dengan Soeharto hingga Presiden Filipina
Ia justru semakin optimis dengan bendungan yang kini dibuat Jokowi untuk menuju swasembada pangan.
"Utk negara seluas & penduduk sebanyak Indonesia tidak mudah menjamin produksi beras selalu cukup. Kadang perlu impor. Tapi dengan banyaknya bendungan dibangun dimasa Jokowi, aplg jika pemerintah membangun perkebunan2 padi (rice farming) bukan tdk mungkin swasembada akan tercapai," imbuhnya.
Direktur LP3ES itu mnegatakan impor beras udah dilakukan semenjak era Sukarno.
Dan kini, hal itu terpkasa dilakukan karena lahan pertanian semakin terbatas.
"Saya heran dengan mereka yang terlalu meributkan impor beras. Apa mereka itu tidak tahu masa Soekarno impor, Soeharto impor, Gus Dur impor, Megawati impor, SBY impor dan Jokowi juga impor. Apa mereka tidak tahu bahwa penduduk semakin banyak & lahan pertanian padi terbatas?," tulis Rustam.
• Sindir Rocky Gerung, Rustam Ibrahim: Menyombongkan Intelektualitas, Seolah Pemikirannya Sempurna
"Dengan banyak bendungan dan waduk2 baru dibangun, saya justru lebih optimis bahwa swasembada beras akan terwujud dimasa @jokowi Apalagi jika diikuti dengan membuka perkebunan padi (rice farming) besar2an di luar Jawa
Siapapun, yang namanya politisi, janji kampanyenya akan selalu berlebihan. Bahkan "politisi itu bisa berjanji membangun jembatan meski tidak ada sungai dibawahnya". Jadi saya tidak pernah menilai politisi dari janji kampanyenya. Tapi perubahan/perbaikan yg dilakukan utk rakyatnya," tulisnya
Diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah membuka keran impor beras pada tahun 2018. Sebanyak 500.000 ton beras akan diimpor dari Vietnam dan Thailand.
Menteri Perdagangan Enggartiato Lukita akhirnya mengambil kebijakan impor beras untuk menurunkan harga beras.
Kebijakan ini tertuang dalan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2018.
Kebijakan tersebut kembali merupakan pertama kalinya dalam dua tahun terakhir setelah pemerintah mengimpor beras terakhir pada 2015.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan menyebutkan, stok beras Bulog hingga saat ini mencapai 900.000 ton.
Menurut Oke, jumlah stok tersebut tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. "Iya (tidak cukup), perhitungannya juga begitu," kata Oke yang dilansir dari Kompas.com.
Atas data tersebut, tidak ada upaya lain pemerintah harus impor beras untuk menutupi kekurangan stok. Namun, keputusan impor beras tidak seperti membalikan tangan. Mendag Enggartiasto mengaku sempat berdebat dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mengambil keputusan impor.
• Ditantang Kritik Anies Baswedan yang Menjual Saham PT. Delta, Ratna Sarumpaet: Aku Setuju Sama Dia
Namun, menurut Mendag kebijakan impor memang harus cepat dilakukan, karena beras merupakan komoditi utama yang harus dijaga kestabilan harganya.
"Political risk-nya terlalu beras, kalau supply beras kurang. Saya lakukan impor beras, jenis beras yang diimpor adalah yang tidak ditanam di Indnesia. Masuk dalam kategori beras khusus," tutur dia
"Kita minta beras khusus ini masuk ke pasar dengan harga beras medium. Saya impor 500.000 ton, dan yang kita tugaskan adalah PPI BUMN,"pungkasnya. (TribunWow.com/Woro Seto)
• Sindir Fahri Hamzah dan Fadi Zon, Ruhut Sitompul: Baru Sadar Mereka Anak 16 Tahun