Dikritik Akhmad Sahal, Rocky Gerung: Kalau Ada yang Orisinil, Saya Tanggapi
Rocky Gerung menanggapi kritikan Akhmad Sahal usai ucapannya soal kitab suci adalah fiksi menuai kontroversi dan menjadi sorotan.
Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
TRIBUNWOW.COM - Rocky Gerung menanggapi kritikan Akhmad Sahal usai ucapannya soal kitab suci adalah fiksi menuai kontroversi dan menjadi sorotan.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @rockygerung, cuitan itu ia sebarkan, Rabu (11/4/2018).
Saat itu, acara Indonesia Lawyers Club berdiskusi dengan tema "Jokowi Prabowo Berbalas Pantun".
Rocky Gerung membahas tentang sebuah fiksi.
"Fiksi lawannya realtias bukan fakta, jadi kalau anda bilang itu fiksi dan kata itu menjadi penyoratif, jadi anda tidak memperbolehakn anak anda membaca fiksi karena sudah dua bulan ini kata fiksi sudah menjadi kata yang buruk," ujarnya.
Setelah itu, dosen Filsafat UI itu mempertanyakan soal kitab suci.
• Merasa Kehidupan Pribadinya Terganggu, 5 Artis Hollywood Ini Pernah Marah pada Paparazzi
"Kitab suci itu fiksi bukan? siapa yang berani jawab,"kalau saya berbicara bahwa fiksi itu adalah imajinasi, kitab suci itu adalah fiksi, karena belum selesai,belum tiba, babat tanah jawi itu fiksi," ujar Rocky.
Rupanya, pernyataan Rocky yang membahas soal kitab suci adalah fiksi itu mendapatkan tanggapan dari Akhmad Sahal.
Kemudian, Akhmad Sahal menuliskan tanggapan itu dalam 15 cuitan, berikut cuitan Akhmad Sahal:
1. Bismillahirrahmanirrahim. Berikut adalh kultwitku menanggapi pernyataan @rockygerung di ILC soal "fiksi" dan "kitab suci adalah fiksi." Secara lebih luas, saya mau jg sekalian membahas soal "RG, filsafat, dan politik."
2. Pembasahan saya akan saya bagi menjadi tiga bagian. Pertama, soal makna fiksi yg ditawarkan RG. 2. Pernyataan Rocky "Kitab suci adalah fiksi." 3. Soal RG, Filsafat, dan antipatinya thdp Jokowi.
3. Di ILC, RG menyerukan pemulihan nama baik kata "fiksi." Fiksi, mnrt RG, bermakna mengaktifkan imajinasi. "Fiksi" lawan katanya realitas, bukan fakta. Fiksi itu baik, yg buruk itu fiktif. Fiktif di mata RG = kebohongan. Tp saat ini, kata RG, fiksi dibunuh oleh politisi.
4. Benarkah? Setahuku, tak satupun kamus2 Inggris yg membenarkan klaim RG tsb. Dlm kamus Inggris, fiksi itu karya karangan/rekaan, pernyataan yg tak benar/ menipu. Dan Fiktif adalh kita sifat fiksi. Dua2nya berkonotasi khayalan yg tak sesuai realitas. Kamus KBBI jg sama.
5. Tp kalo kita merujuk kata asli fiksi dlm bhs Latin, yakni "Fictio," pemaknaan RG ttg fiksi ada benarnya. Fictio berasal dari kata fingere, yg artinya: to fashion, to form, to construct, to invent, to fabricate (Ignas Kleden, Jurnal Kalam, 1998).
6. Jadi dlm bhs aslinya, "fictio" adalah sesuatu yg dikonstruksikan, dibuat, dikreasi, tp jg bermakna dibuat-buat. Jadi RG ada benarnya ketika bilang fiksi = mengaktifkkan imajinasi. Tp itu bukan makna satu2nya fictio, krn fictio juga berarti fabrikasi, ga ada tp diada2in.
7. Kalo RG konsisten dgn arti fiksi sbg fictio, dikotominya bukan antara "Fiksi itu baik, dan fiktif itu kebohongan. Juga bukan antara fiksi versus realitas. Tp antara anggapan bahwa kenyataan itu hasil konstruksi vs sesuatu yg dianggap given, alami, terberi.
• Sebut Fadli Zon Tukang Kompor, Anggota DPR RI Fraksi PDIP Jadi Sorotan
8. Dgn kerangka ini, saya bisa bilang RG ngawur dgn pernyataannya bahwa kata "fiksi" dibunuh baru2 ini aja oleh politisi. Ngawurnya di mana? Satu, pembunuhan makna fiksi yg tadinya luas menjadi identik dgn khayalan itu terjadi sejak akhir abad 19. Yg bunuh? Positivisme.
9. Dominasi Positivisme yg menganggap bahwa yg disebut fakta adalh sesuatu yg riil dan empiris pada akhirnya memosisikan "fiksi" sbg sesuatu yg melulu identik dgn khayalan, tak sesuai dgn realitas.
10. Dari situlah munculi dikotomi antara fiksi sbg khayalan vs realitas sbg sesuatu yg alami. Tp sejak pertengahan abad 20, dikotomi tsb mulai dipertanyakan. Makna Fiksi yg tadinya direduksi sbg "khayalan" diperkaya lagi maknanya, mencakup sesuatu yg dikonstrusidan dikreasi.
11. Dlm filsafat, tren perluasan makna fiksi tsb dimulai sejak fenomenologi awal abad 20, tp paling nampak muncul dlm ide sosiolog Peter Berger dlm The Social Construction of Reality. Di sini bahkan realitas pun bukan alami, tp hasil fictio, produk konstruksi sosial.
12. Dlm ilmu politik, khususnya kajian ttg nasionalisme, dikenal aliran konstruksivisme seperti Ben Anderson dan Ernest Gellner. Anderson bilang nasionalisme itu fiksi (dlm arti fictio): komunitas yg dibayangkan/ diimajinasikan.
• Gerindra Resmi Deklarasikan Prabowo di Pilpres 2019, Guntur Romli: Jangan Sibuk Cuma Sablon Kaus
13. Yg ingin saya katakan, seruan RG agar fiksi dimaknai sbg pengaktifan imajinasi menarik secara keilmuan, meski itu bukan hal baru. Masalahnya, RG menjadikannya sbg "senjata" utk menyerang politisi (Jkw/ Jokower) dan menuduhnya sbg pembunuh makna kreatif fiksi.
14. Reduksi makna fiksi yg diidentikkan dgn khayalan terjadi sejak positivisme dominan di akhir abad 19. Tp bagi RG, pembunuh fiksi itu bukan positvisme, tp politisi, Jokowi, Jokower. Di sini RG terjatuh pada fiksi dlm arti fabrikasi: mengada2, ngarang.
15. Inilah mnrt saya problem utama pandangan RG ttg fiksi sbg pengaktifan imajinasi, bukan fiksi sbg khayalan. Hal yg mestinya mrpkn discourse ilmiah filosofis dipelintir RG utk nyerang Jokowi. Yg bermasalah bukan isi discourse-nya, tp penggunaannya utk tujuan politik.
Lantaran namanya ditandai dan pendapatnya soal kitab suci adalah fiski itu dikritik oleh Akhmad Sahal, Rocky Gerung sontak memberi tanggapan.
Rocky menuliskan bahwa cuitan Akhmad Sahal itu penting, namun ia kan menaggapi jika cuitan itu orisinal.
"Wuih, seharusnya ini kultwit penting Hal. Kalo ada yg orisinil, saya tanggapi."
(TribunWow.com/Woro Seto)
• Sebut Fadli Zon Tukang Kompor, Anggota DPR RI Fraksi PDIP Jadi Sorotan