Kritisi Utang Negara, Seorang Alumni ITB Bikin Surat Terbuka Untuk Sri Mulyani 'Malu Kita'
Seorang alumni Institut Tekhnologi Bandung (ITB) menuliskan surat terbukanya untuk Menteri Keuangan, Sri Mulyani dan mengkritisi soal utang negara.
Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
Atau Rasio utangnya saja. Utang Jepang secara nominal memang jauh lebih tinggi dari Indonesia. Rasio utangnya juga lebih dari 200%. Tertinggi di dunia.
Tapi mba Sri jangan melihat dari satu sisi saja.
Utang jepang itu dipegang mayoritas oleh dalam negeri Jepang sendiri. Hampir 50% malah dipegang oleh Bank Sentral.
Jadi sebenarnya Pemerintah berhutang pada rakyatnya sendiri. Rate Bunga Utangnya juga sangat-sangat rendah.
Hanya sekitar 1 koma sekian persen. Bandingkan dengan rate yang mba Sri berikan ke pemegang Government Bond Indonesia. Berapa mba Sri? Mba kok baik sekali?
Mba Sri juga senang credit rating Indonesia naik. Mba tau kan credit rating jepang? Coba mba Sri bandingkan. Mba tau kan bedanya BBB- dan A+?
Mba juga tau kan apa itu NIIP? Saya yakin mba Sri tau lah.
Mba kan katanya menteri keuangan terbaik dunia. Tapi saya tulis saja ya supaya yang lain tahu juga.
NIIP itu net international investment positions (NIIPs). Negara dengan NIIP positif artinya negara yang memiliki net external Assets, bukan net external Liabilities. Negara itu adalah negara kreditor.
VIRAL: Zodiak Paling Bahagia di Tahun 2018 hingga Gadis 14 Tahun Miliki Dua Warna Mata yang Berbeda
Nah, Jepang itu memiliki NIIP tertinggi di dunia lho mba Sri. 2,812,543,005,181 USD. Bandingkan dengan Indonesia, -413,106,000,000 USD. Minus mba. Malu kita. Artinya kita termasuk negara debitur. Aduh maaf. Mba Sri pasti sudah tau juga ya.
Makanya mba Sri, jangan lihat hanya dari satu sisi saja.
Nominal utang Jepang memang tinggi. Tapi utang itu dipegang mayoritas dalam negeri sendiri.
Sehingga Jepang sebenarnya adalah negara kreditur. Sedangkan kita ya negara debitur.
Tahu diri lah kita mba..
Akhyar, sarjana teknik."
(TribunWow.com/Woro Seto)
Baca juga: Kritisi Jokowi, Ferdinand Hutahaean: Presiden Pilih Kata Gebuk, Cenderung Arahnya Main Hakim Sendiri