Stephen Hawking Meninggal, Seperti Ini Perjalanan Hidupnya
Fisikawan Stephen Hawking tutup usia dengan tenang, di kediamannya di Cambrdige, Inggris, Rabu (14/3/2018)
Editor: Kurnia Aji Setyawan
TRIBUNWOW.COM - Fisikawan Stephen Hawking tutup usia dengan tenang, di kediamannya di Cambrdige, Inggris, Rabu (14/3/2018).
Keluarga Hawking sudah memberikan pernyataan resmi, terkait kepergian ilmuwan hebat di era modern itu.
"Kami sangat sedih karena ayah tercinta kami telah meninggal dunia hari ini," kata anak-anak Hawking, seperti TribunJogja.com kutip dari Daily Mail.
"Dia adalah ilmuwan hebat dan pria luar biasa yang pekerjaan dan warisannya akan selalu hidup bertahun-tahun," lanjut mereka dalam sebuah pernyataan.
Beberapa teori Hawking tentang alam semesta sangat terkenal.
Ia menjelaskan dengan sangat cerdik misteri ruang, waktu dan lubang hitam di bukunya, 'A Brief History of Time''.
Buku tersebut laris secara internasional dan membuatnya menjadi salah satu selebritis sains, sejak Albert Einstein.
Hawking lahir di Oxford, Inggris, pada 8 Januari 1942.
Sejak kecil, ia sudah menunjukkan bakat luar biasa di bidang sains.
Ia belajar dari sejumlah buku, tanpa harus membuat catatan untuk dapat memahaminya.
Saat hendak belajar di perguruan tinggi, pria berkacamata itu sebenarnya ingin mengambil jurusan Matematika, tetapi tidak ada cabang yang sesuai minatnya.
Akhirnya, ia memilih jurusan Fisika.
Ia sudah mulai melakukan penelitian di bidang kosmologi di tahun 1962, saat belajar di Universitas Cambridge.
Di tahun 1965, ia menerima gelar PhD dengan tesis berjudul 'Properties of Expanding Universes' dan tak lama kemudian menerbitkan buku akademis pertamanya, 'The Large Scale Structure of Space-Time'.
Saat masih berusia 21 tahun, Hawking justru didiagnosa menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS), yakni penyakit sistem saraf yang melemahkan otot dan mempengaruhi fungsi fisik.